INDAHNYA ISLAM

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ”Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 55).


Jumat, 30 September 2011

Jangan Biarkan Waktu Berlalu Begitu Saja

Diposting oleh Yusuf shadiq
Waktu adalah kehidupan dan merupakan bagian tak terpisahkan dari eksistensi (keberadaan) manusia, maka orang yang menyia-nyiakan waktu pada hakikatnya menyia-nyiakan hidupnya. Kelak, di akhirat, mereka akan ditanya tentang waktu yang mereka nikmati selama hidupnya di dunia, dan secara sendiri-sendiri pula harus mempertanggungjawabkan untuk apa waktu itu dihabiskan.

Proses kehidupan manusia selalu terkait dengan dimensi waktu. Waktu yang telah berlalu dengan segala kenangannya, yang sedang kita geluti dengan segala problematikanya dan yang akan kita masuki dengan segala harapannya.
Waktu tidak menunggu kita. Banyak orang yang terperdaya dengan waktu, sehingga mengabaikan waktunya sendiri dan atau waktu orang lain.

Orang-orang mukmin itu tidak terikat dengan waktu kecuali oleh tiga hal; membekali diri untuk kembali ke akhirat, berjuang untuk kehidupan, dan menikmati apa yang tidak diharamkan. (Al Hadits)

Seiring dengan waktu, kewajiban yang harus kita laksanakan sangat banyak dan berpacu dengan waktu yang kita miliki. Asy Syahid Hasan Al Banna menyatakan, “Kewajiban lebih banyak daripada waktu yang kita miliki.”
Setiap manusia, semestinya dapat mengambil bagian untuk masa depannya. Sebab ke sanalah setiap diri sedang menuju. Untuk itu waktu yang tersedia harus sepenuhnya digunakan untuk tetap istiqomah dalam mengerjakan kebajikan dan ketaatan di jalan Allah swt.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, seungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al Hasyr, 59:18)

Agar perputaran waktu yang demikian kompleks dan rumit dengan segala dinamikanya menuai keberhasilan dan keberuntungan maka kita harus mengisi waktu dengan sebanyak-banyaknya kebaikan.

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah, 2:148)

Suatu ketika, Mu’an bin Zaidah yang telah berumur tua datang menghadap Khalifah Al Ma’mun. Khalifah bertanya kepadanya (untuk mengingatkan kepada yang masih muda agar mengisi masa mudanya dengan beramal dan tidak menangguhkan ibadah ke masa tua), “Bagaimana keadaanmu ketika umurmu setua ini?” Ia menjawab, “Aku mudah tergelincir lantaran menginjak batu kecil. Bila lapar aku marah-marah. Bila makan, aku merasa bosan. Bila dalam majelis aku mengantuk. Sebaliknya, bila aku diatas pembaringan justru mataku tidak mau mengantuk.”
Asy Syahid Hasan Al Banna, sehubungan dengan pentingnya kita memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kualitas diri, untuk hal-hal yang berguna bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat, menyerukan kepada kita semua,
“Wahai saudaraku yang mulia! Setiap hari terbentang waktu pagi, sore dan waktu sahur dihadapanmu; engkau dapat menggunakannya untuk membawa ruhmu yang suci ke haribaan Tuhanmu, yang dengan begitu engkau akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Dihadapanmu terbentang hari Jumat dan malamnya; engkau dapat menggunakannya untuk mereguk limpahan rahmat yang dicurahkan oleh Allah untuk hambaNya pada saat itu. Di hadapanmu terbentang musim ketaatan, hari-hari ibadah dan malam-malam yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang telah dijelaskan oleh Al Quran dan Rasulullah saw. Karena itu, usahakan dirimu termasuk orang yang melakukan dzikir dalam waktu-waktu itu; bukan termasuk yang lalai. Jadilah orang-orang yang beramal; bukan yang malas. Manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya, sebab waktu itu seperti pedang. Janganlah menunda amal baik, sebab tiada yang lebih berbahaya dari sikap penundaan itu.”

Disarikan dari buku “Recik-recik spiritualitas Islam” karya Abu Ridho

0 komentar:

Posting Komentar