INDAHNYA ISLAM

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ”Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 55).


Senin, 10 Oktober 2011

QODHOYA ASASIYAH ‘ALA THORIQID-DA’WAH

Diposting oleh Yusuf shadiq
Da’wah dan Qodhoya AsasiyahJalan da’wah adalah jalan yang satu, jalan yang telah dilalui oleh para Nabi dan Rosul Allah. Setiap du’at wajib memahami berbagai Qodhoya Asasiyah (isu-isu mendasar) di seputar jalan da’wah, untuk menjaga keselamatannya di sepanjang perjalanan, dan agar ia sampai di tujuan juga dengan selamat, imma memperoleh kemenangan wa imma memperoleh syahid. Isu-Isu Mendasar di Jalan Da’wah

  1. Ar-Ru’yatu Al Wadihah ( Pandangan Yang Jelas )
  2. Al-Istimroriyah ( Kesinambungan )
  3. An-Namwu wa Al Quwwah ( Pertumbuhan dan Kekuatan )
  4. Al-Muhafatazhatu ‘ala Al-Asholah ( Memelihara Orisinalitas )
  5. At-Takhtithu wa At-Tathwir ( Perencanaan dan Pengembangan )
  6. Jam’u Kalimatil-Muslimin ( Kesatuan Pandangan Kaum Muslimin )
  7. Al-‘Amalu Fi Majalid-Da’wah ( Bekerja Dalam Lapangan Da’wah )
  8. At-Taurits wa At-Tuhamu Al-Ajyal ( Pewarisan dan Regenerasi )
 Isu Pertama : Ar-Ru’yatu Al Wadihah ( Pandangan Yang Jelas )
  •  
    • Pentingnya bagi setiap aktivis da’wah memahami Ahdaf (sasaran) Da’wah dan Karakteristik jalan yang akan dilaluinya.
    • Salah satu Hadafud-Da’wah yang penting adalah Tegaknya Khilafah Islamiyah ‘Alamiyah
      • Tugas kekhalifahan (mandataris) Allah bagi manusia di muka bumi (QS 2:30)
      • Hadits tentang periodesasi kekhalifahan (periode ; Nubuwwah, Khilafah ‘ala Minhajin-Nubuwwah, Mulkan A’dhan, Mulkan Jabbariyan, dan kembali berulangnya periode Khilafah ‘ala Minhajin-Nubuwwah)
      • Kaidah Ushul : Kullu ma la yatimmul wajib illaa bihi fahuwa wajib
    • Sesuai dengan kesenjangan antara realitas kehidupan di satu sisi dengan sasaran da’wah yang ingin dicapai di sisi lain, maka di antara Karakteristik Jalan Da’wah yang penting dipahami oleh setiap du’at adalah :
      • Volume problematika yang dihadapi sedemikian banyak & luas, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengatasinya sedemikian panjang, sementara kapasitas dan umur kita terbatas (konsekuensinya pada persiapan yang matang, tekad yang kuat, kesabaran yang tinggi, keikhlashan yang penuh, kesiapan untuk menyambungkan tongkat estafet da’wah dari generasi ke generasi dsb.)
      • Banyak orang yang tidak senang dengan aktivitas da’wah ini karena hawa nafsu dan tipu daya syaithan. Sunnatullah berupa mihnah, ibtila’ dan fitnah yang dihadapi para Nabi & Rosul Allah merupakan “satu paket” dalam perjalanan da’wah ini (konsekuensinya pada kewaspadaan yang tinggi, kesabaran yang kokoh, dll.)
    • Bahayanya kesalahan dalam memahammi Ahdafud Da’wah dan Karakteristik Jalan yang harus dilalui adalah :
      • Aspek Fikriyah : Terjebak pada pola pemikiran Takfir
      • Aspek Harakiyah : Isti’jal, Tambal Sulam, Fragmentaris
      • Aspek Syakhshiyah : Cenderung bersifat Politis dan Mengabaikan Tarbiyah
    • Pentingnya memahami dan berinteraksi secara intensif, menyeluruh dan seimbang dengan 10 rukun bai’at : al-Fahmu, al-Ikhlash, al-‘Amal, al-Jihad, at-Tadhhiyah, ath-Tho’ah, ats-Tsabat, at-Tajarrud, al-Ukhuwwah, dan ats-Tsiqoh
 Isu Kedua : Al-Istimroriyah ( Kesinambungan )
  •  
    • Istimroriyah dalam da’wah adalah salah satu tuntutan yang harus dipenuhi sebagai konsekuensi dari karakteristik jalan da’wah yang panjang
    • Problematika Istimroriyah dalam da’wah bisa bersifat internal maupun eksternal
    • Perbekalan yang penting disiapkan oleh setiap du’at dalam memelihara istimroriyah ini antara lain adalah :
      • Tarbiyah Pribadi (Syakhshiyah) yang seimbang antara aspek Ruh, ‘Aqal dan Jasmani
      • Membangun dan memelihara Ukhuwwah (Ta’aruf, Tafahum, Ta’awwun, Takaful)
      • Merapatkan shaf para du’at dengan ‘amal jama’I
 Isu Ketiga : An-Namwu wa Al Quwwah ( Pertumbuhan dan Kekuatan )
  •  
    • Istimroriyah (yang statis) saja belum cukup di dalam harakah yang dinamis. Ahdafud-Da’wah yang luas menuntut adanya pertumbuhan dan kekuatan dalam kesinambungan.
    • Pertumbuhan da’wah adalah bersifat horizontal (manuver dan penambahan kuantitas afrad du’at dan wilayah yang menyeluruh / ‘alamiyah) dan vertikal (peningkatan mustawa afrad du’at dari sisi kualitas individu, keluarga dan komunal).
    • Yang penting dipahami dalam aspek pertumbuhan ini adalah bahwa prosesnya bersifat tadarruj (bertahap) tidak seketika / tergesa-gesa, dan bahwa komposisi mujtama’ muslim yang ideal tidaklah mengharuskan seluruhnya berkualitas teladan dan utuh. Cukuplah sejumlah individu dan keluarga muslim yang ideal ditambah masyarakat yang responsif partisipatif terhadap da’wah Islam.
    • Aspek kekuatan merupakan tuntutan yang mengiringi aspek pertumbuhan, yang meliputi kekuatan ‘Aqidah, Wihdah (persatuan), dan Silah (sarana ; Ilmu, Fisik, Dana, Senjata, Publikasi, dsb.)
    • Hal-hal yang penting diperhatikan dalam memperkokoh kekuatan adalah :
      • Irodah Qowiyyah
      • Wafa’ Tsabit
      • Tadhkhiyyah ‘Azizah
      • Ma’rifatul Mabda’
 Isu Keempat : Al-Muhafatazhatu ‘ala Al-Asholah ( Memelihara Orisinalitas )
  •  
    • Memelihara Orisinalitas merupakan hal yang penting untuk diperhatikan agar kesinambungan, pertumbuhan dan kekuatan tidak menjadi kehilangan arah dan keluar dari rute perjalanan yang sebenarnya
    • Problema Internal (‘aqidah, fikriyah, akhlaqiyah, ukhuwwah, iqtishodiyah, dll) dan eksternal (ghozwul fikri, ghozwul askari, fitnah, dll) menuntut setiap du’at senantiasa terikat pada asholahnya (akar konsep rujukannya, manifestasi dari syahadatainnya, yakni Kitabullah dan Sunnah beserta Siroh Rosulullah saw).
    • Di antara bahaya mengabaikan pemeliharaan asholah ini adalah lahirnya bentuk-bentuk pemahaman dan aktivitas yang bersifat juz’iyah (parsial), mengutamakan satu hal dan mengabaikan hal-hal penting lainnya.
 Isu Kelima : At-Takhtithu wa At-Tathwir ( Perencanaan dan Pengembangan )
  •  
    • Upaya pencapaian Ahdafud Da’wah yang luas menuntut adanya takhthith (perencanaan) yang teliti dan seksama, tidak asal-asalan, spontanitas dan reaksioner.
    • Pentingnya dipahami bahwa perencanaan tidaklah bertentangan dengan keyakinan akan taqdir Allah, karena perencanaan juga disyari’atkan oleh Allah (QS 59:18). Tawakkal adalah mempergunakan seluruh sebab dan kemudian menyerahkan keputusannya pada Allah.
    • Perencanaan yang baik memperhatikan, menginventarisir, menghimpun berbagai potensi, faslitas, keahlian individu, dan mengarahkan, mendayagunakan dan memanfaatkannya secara optimal untuk mendukung pencapaian sasaran-sasaran da’wah.
    • Perencanaan yang baik memperhatikan berbagai faktor perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan berbagai sunnah kauniyah lainnya sehingga akan membuat khiththah da’wah berjalan secara waqi’I (realistis) dan praktis, tidak bersifat nazhari (teoritis) yang khayali / jauh dari kenyataan.
    • Aspek pengembangan dan pembaharuan sangat penting dan berpengaruh dalam proses da’wah Islam. Setiap du’at dapat memanfaatkan setiap penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung sarana da’wahnya. Bersikap statis dan menolak perkembangan iptek merupakan kekeliruan yang mesti segera diluruskan karena akan merugikan da’wah sendiri.
 Isu Keenam : Jam’u Kalimatil-Muslimin ( Kesatuan Pandangan Kaum Muslimin )
  •  
    • Kesatuan adalah qodhiyah paling penting dalam ‘amal jama’i. Tanpa persatuan dan kesatuan boleh dikatakan hampir mustahil dapat mewujudkan sasaran-sasarannya.
    • Diantara Kaidah Utama di dalam memelihara persatuan di antara kaum muslimin dan mengoptimalkan kerja berbagai gerakan da’wah Islam adalah ungkapan :
“Mari kita bekerja sama dalam hal-hal yang disepakati, dan Tasamuh (tolerans) dalam hal-hal yang tidak / belum disepakati”. Isu Ketujuh : Al-‘Amal Fi Majalid-Da’wah ( Bekerja Dalam Lapangan Da’wah )
  •  
    • Yang dimaksud dengan ‘amal fi majalid da’wah mencakup aktivitas penanaman iman yang teguh, pembentukan yang cermat dan kerja yang berkesinambungan
    • Setiap du’at hendaknya lebih mementingkan segi ‘amaliyah daripada di’ayah (kampanye) dan propaganda, dan hendaknya setiap du’at siap untuk menjadi orang yang teruji dengan ‘amal.
    • Perbedaan bentuk kontribusi ‘amaliyah dalam da’wah hendaknya dipahami dalam konteks ‘amal jama’i. Keseimbangan dalam beramal juga mutlak diperlukan.
    • Yang penting diperhatikan adalah landasan yang memotivasi dalam ber’amal yakni ‘ibadah (kepada Allah) dan dalam rangka memberikan kemanfaatan (langsung maupun tak langsung) bagi kemashlahatan umum (manusia, alam semesta dan segenap isinya).
 Isu Kedelapan : At-Taurits wa At-Tuhamu Al-Ajyal ( Pewarisan dan Regenerasi )
  •  
    • Pewarisan dan Regenerasi merupakan salah satu konsekuensi dari luasnya sasaran da’wah yang akan dicapai, yang mana pencapaiannya tidak cukup hanya melalui upaya satu generasi (boleh jadi dibutuhkan beberapa generasi yang secara berkesinambungan berupaya melaksanakan ‘amaliyah-‘amaliyah da’wah untuk tercapainya sasaran tersebut).
    • Yang penting dipahami adalah bahwa pewarisan tidak akan berjalan mulus hanya dengan buku dan risalah-risalah.
      • Dibutuhkan mu’ayasah yang intensif antar generasi, sebab dengan keteladanan yang langsung akan melahirkan kesatuan hati, persenyawaan dan kecintaan yang tulus, sebagai landasan yang utama dalam proses regenerasi.

0 komentar:

Posting Komentar