tag:blogger.com,1999:blog-85915754385741103422024-03-13T20:56:10.389-07:00INDAHNYA ISLAMوَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
”Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 55).
Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.comBlogger419125tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-28788736423329668202019-05-23T04:47:00.002-07:002019-05-23T04:49:05.258-07:00KEHILANGAN 😢<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<u><b>Kehilangan</b></u><br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
Mengapa…?</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
mengapa aku harus kehilangannya untuk kedua kalinya</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
kini aku tak mengerti…</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
hatiku <span class="IL_AD" id="IL_AD3">kini</span> <span class="IL_AD" id="IL_AD10">retak</span>,remuk,dan hancur…</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
dulu hatiku yang slalu senang saat bersamanya</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
kini hilang harapan itu</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
dia pergi…</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
pergi menghadap sang khaliq</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
seharusnya aku harus ikhlaskannya</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
tapi tak bisa,</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
air <span class="IL_AD" id="IL_AD7">mataku</span> trus mengalir,dan membasahi pipiku</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
sekarang,fikirku hanya bagaimana bisa menyusulnya</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
aku kehilangan <span class="IL_AD" id="IL_AD11">jati</span> diriku saat ini,karna dia…</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
aku hanya bisa menangis dan menagisinya,</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
menjerit dan rasa penyesalan yang dalam</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
mengapa ku tak nyatakan rasaku padanya ?</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
sekarang, yang didepanku hanya raga tanpa nyawa</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
Dia pergi,Dia pergi,tinggalkanku,hanya itu ucapku</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
dulu waktu aku ingin ungkapkan rasaku padanya</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
ternyata Dia sudah memiliki orang yang dicintainya…</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
haruskah kurusak itu ?</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
tak mungkin, kini dia telah sendiri, tanpa kekasih hati</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
dan hari ini, saat kuberencana ingin ucapkan rasaku</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
tiba-tiba aku dengar dia kecelakaan dan tewas ditempat</div>
tak terlintas difikirku, bahwa hari ini akan menjadi hari kelabu bagiku. . .<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEbHobbtEFndrWYmjv1PqaBOBkeSIekkl44nYS5a5ToCTHN48_57L-mBJfIX40XqOM9gMJWrO3iAsUl7I0VHxBYMvzANE_1QzjqrmP9MTIKRpO_7QkTBLWMjr4w8cnXPeiMjrnpgFhLUPj/s1600/wp-1499882981976.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="461" data-original-width="820" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEbHobbtEFndrWYmjv1PqaBOBkeSIekkl44nYS5a5ToCTHN48_57L-mBJfIX40XqOM9gMJWrO3iAsUl7I0VHxBYMvzANE_1QzjqrmP9MTIKRpO_7QkTBLWMjr4w8cnXPeiMjrnpgFhLUPj/s320/wp-1499882981976.png" width="320" /></a></div>
</div>
Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-85786114848840062562014-05-07T22:24:00.004-07:002014-05-07T22:24:58.303-07:00Lima Belas Dosa di Kepala Wanita <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<img alt="" id="main-content" src="http://static.pulsk.com/images/2013/09/14/a0db7b20c1095368ff6a7777a3964bc7.jpg" style="width: 626px;" /><br /><br /><br />BETAPA Allah Subhana Wa Ta'ala sangat menjaga seorang wanita. Lihat saja, aturan
menutup tubuh saja sudah dibedakan dari lelaki. Ini tentu saja untuk
menjaga fitnah bagi wanita. Maklum, berbeda dengan lelaki, setiap lekuk
tubuh wanita berpotensi mengundang kaum lain jenis. Termasuk juga di
kepalanya. Jika tidak pandai-pandai mendalami dan memahami agama,
mungkin kepala wanita bisa menjadi sumber dosa. Kenapa? <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>1. Tidak
berhijab (menutup aurat).</b></span> Allah berfirman, yang artinya: <i><b>“Hai Nabi
katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mu’min:”Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59). </b></i><br />
<br />
Allah Ta’ala
juga berfirman, yang artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: <b><i>
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya.” (QS. An Nuur: 24). </i></b><br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>2. Menyambung rambut / memakai konde. </b></span><br />
Dari
Asma’ binti Abi Bakr, ada seorang perempuan yang menghadap Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Telah kunikahkan anak
gadisku setelah itu dia sakit sehingga semua rambut kepalanya rontok dan
suaminya memintaku segera mempertemukannya dengan anak gadisku, apakah
aku boleh menyambung rambut kepalanya. Rasulullah lantas melaknat
perempuan yang menyambung rambut dan perempuan yang meminta agar
rambutnya disambung,” (HR Bukhari no 5591 dan Muslim no 2122). <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>3. Mewarnai / menyemir rambut dengan warna hitam. </b></span><br />
Dari
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada akhir zaman nanti akan muncul suatu
kaum yang bersemir dengan warna hitam seperti tembolok merpati. Mereka
itu tidak akan mencium bau surga.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Hibban
dalam shahihnya, dan Al Hakim. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib
mengatakan bahwa hadits ini shahih). <br />
<br />
Dari Jabir radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, ”Pada hari penaklukan Makkah, Abu Quhafah (ayah Abu
Bakar) datang dalam keadaan kepala dan jenggotnya telah memutih (seperti
kapas, artinya beliau telah beruban). Lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tetapi
hindarilah warna hitam.” (HR. Muslim). <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>4. Mencabut uban. </b></span><br />
Dari
‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah mencabut uban.
Tidaklah seorang muslim yang beruban dalam Islam walaupun sehelai,
melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat
nanti.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash
Shagir mengatakan bahwa hadits ini shahih). <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>5. Memakai bulu mata palsu. </b></span><br />
Fatwa:
“…Menurut hemat saya, tidak diperbolehkan memasang bulu mata buatan
(palsu) pada kedua matanya, karena hal tersebut sama dengan memasang
rambut palsu, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melaknat wanita yang
memasang dan yang minta dipasangi rambut palsu. Jika Nabi telah
melarang menyambungkan rambut dengan rambut lainnya (memasang rambut
palsu) maka memasang bulu mata pun tidak boleh. Juga tidak boleh
memasang bulu mata palsu karena alasan bulu mata yang asli tidak lentik
atau pendek. Selayaknya seorang wanita muslimah menerima dengan penuh
kerelaan sesuatu yang telah ditakdirkan Allah, dan tidak perlu melakukan
tipu daya atau merekayasa kecantikan, sehingga tampak kepada sesuatu
yang tidak dimilikinya, seperti memiliki pakaian yang tidak patut
dipakai oleh seorang wanita muslimah…” (Disampaikan dan didiktekan oleh
Syaikh Abdullah Bin Abdurrahman al-Jibrin. Sumber : Fatwa-Fatwa Terkini
jilid 3, hal.80-81 cet, Darul Haq, Jakarta.) <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>6. Bertabarruj. </b></span><br />
Allah
Azza wa Jalla berfirman, yang artinya: “Dan janganlah kalian (para
wanita) bertabarruj (keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku)
seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu” [al-Ahzaab:33].
<br />
<br />
<span style="color: blue;">7. Merenggangkan / mengikir gigi. </span><br />
Dari Ibn Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam <span style="color: red;"><u><b>melarang orang mencukur alis, mengkikir gigi, menyambung rambut,
dan<span style="color: blue;"> mentato,</span> kecuali karena penyakit.</b></u> </span>(HR. Ahmad 3945 dan sanadnya
dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnaut). <br />
<br />
Dari ibn Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Semoga Allah melaknat orang yang
mentato, yang minta ditato, yang mencabut alis, yang minta dikerok
alis, yang merenggangkan gigi, untuk memperindah penampilan, yang
mengubah ciptaan Allah. (HR. Bukhari 4886). <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>8. Membuat tatto. </b></span><br />
Lihat point ke-7. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>9. Memakai jilbab gaul / tidak memenuhi syarat hijab. </b></span><br />
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahkan telah memperingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:<br />
“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat
sebelumnya, yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi
betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia; wanita-wanita yang
berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok
menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya
seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Surga
dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah
tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Hadits shahih. Riwayat Muslim
(no. 2128) dan Ahmad (no. 8673). <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>10. Memakai rambut palsu. </b></span><br />
Memakai
wig/rambut palsu hukumnya haram, karena termasuk al-washl yaitu
menyambung rambut yang diharamkan. (Fatwa asy-Syaikh Ibnu Utsaimin
rahimahullah). Seandainya tidak dianggap al-washl, maka wig itu
menampakkan rambut si wanita lebih panjang daripada yang sebenarnya
sehingga menyerupai al-washl. Padahal wanita yang melakukannya dilaknat
sebagaimana disebutkan oleh hadits: “Allah melaknat wanita yang
menyambung rambutnya dan minta disambungkan rambutnya.” (HR. al-Bukhari
no. 5941, 5926 dan Muslim no. 5530). (Fatwa asy-Syaikh Ibnu Utsaimin
rahimahullah). <br />
<br />
Perbuatan al-washl ini diharamkan, sama saja
apakah si wanita melakukannya dengan izin suami atau tidak, karena
perbuatan haram tidak terkait dengan izin dan ridha. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>11. Mencukur rambut menyerupai laki-laki atau wanita kafir. </b></span><br />
a.
Potongan yang menyerupai potongan laki-laki maka hukumnya haram dan
dosa besar, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kaum
wanita yang menyerupai kaum pria. Sebagaimana disebutkan dalam hadis,
dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, bahwa beliau mengatakan: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat kaum lelaki yang menyerupai
wanita dan para wanita yang menyerupai lelaki.” (H.r. Bukhari) <br />
<br />
b.
Potongan yang menyerupai potongan khas wanita kafir, maka hukumnya juga
haram, karena tidak boleh menyerupai orang-orang kafir. Sebagaimana
disebutkan dalam hadis dari Ibn Umar radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
“Siapa yang meniru-niru (kebiasaan) suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut” (H.r. Abu Daud, dan dishahihkan al-Albani) <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>12. Mencukur / mencabut bulu alis. </b></span><br />
Lihat point ke-7. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>13. Memakai lensa kontak berwarna untuk tabarruj. </b></span><br />
Syaikh
Muhammad shalih Al-Munajjid hafidzahullah berkata: “…lensa kontak
berwana untuk perhiasan (untuk bergaya). Maka hukumnya sama dengan
perhiasan, jika digunakan untuk berhias bagi suaminya maka tidak
mengapa. Jika digunakan untuk yang lain maka hendaknya tidak menimbulkan
fitnah. Dipersyaratkan juga tidak menimbulkan bahaya (misalnya iritasi
dan alergi pada mata, pent) atau menimbulkan unsur penipuan dan
kebohongan misalnya menampakkan pada laki-laki yang akan melamar. Dan
juga tidak ada unsur menyia-nyiakan harta (israaf) karena Allah
melarangnya.” <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>14. Operasi plastik untuk kecantikan. </b></span><br />
Syekh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya, “Bagaimana hukum melaksanakan
operasi kecantikan dan hukum mempelajari ilmu kecantikan?” <br />
<br />
Jawaban
beliau,”Operasi kecantikan (plastik) ini ada dua macam. Pertama,
operasi kecantikan untuk menghilangkan cacat yang karena kecelakaan atau
yang lainnya. Operasi seperti ini boleh dilakukan, karena Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan izin kepada seorang
lelaki–yang terpotong hidungnya dalam peperangan–untuk membuat hidung
palsu dari emas. Kedua, operasi yang dilakukan bukan untuk menghilangkan
cacat, namun hanya untuk menambah kecantikan (supaya bertambah cantik).
Operasi ini hukumnya haram, tidak boleh dilakukan, karena dalam sebuah
hadis (disebutkan), ‘Rasulullah melaknat orang yang menyambung rambut,
orang yang minta disambung rambutnya, orang yang membuat tato, dan orang
yang minta dibuatkan tato.’ (H.R. Bukhari). (Fatawa Al-Mar’ah
Al-Muslimah, hlm. 478–479). Sumber: Majalah As-Sunnah, edisi 5, tahun
IX, 1426 H/2005 M. <br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>15. Memakai kawat gigi untuk kecantikan / tabarruj. </b></span><br />
Syaikh
Ibnu Utsaimin pernah ditanya, “Apa hukumnya memperbaiki gigi?” Syaikh
menjawab, “Memperbaiki gigi ini dibagi menjadi dua kategori: <br />
<br />
<span style="color: blue;">Pertama,</span>
jika tujuannya supaya bertambah cantik atu indah, maka ini hukumnya
haram. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menata
giginya agar terlihat lebih indah yang merubah ciptaan Allah. Padahal
seorang wanita membutuhkan hal yang demikian untuk estetika (keindahan),
dengan demikian seorang laki-laki lebih layak dilarang daripada wanita.
<br />
<br />
<span style="color: blue;">Kedua,</span> jika seseorang memperbaikinya karena ada cacat, tidak
mengapa ia melakukannya. Sebagian orang ada suatu cacat pada giginya,
mungkin pada gigi serinya atau gigi yang lain. Cacat tersebut membuat
orang merasa jijik untuk melihatnya. Keadaan yang demikian ini dimaklumi
untuk membenarkannya. Hal ini dikategorikan sebagai menghilangkan aib
atau cacat bukan termasuk menambah kecantikan. Dasar argumentasinya
(dalil), Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang
laki-laki yang hidungnya terpotong agar menggantinya dengan hidung palsu
dari emas, yang demikian ini termasuk menghilangkan cacat bukan
dimaksudkan untuk mempercantik diri.” Allahu a’lam. [konsultasi syariah]<br />
<br />
http://www.hadist.web.id/2013/08/lima-belas-dosa-di-kepala-wanita.html
</div>
Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-44354601172332146532013-12-28T22:32:00.001-08:002013-12-28T22:32:07.729-08:00Kemiskinan yang Kalian Takutkan?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kebanyakan manusia takut terjatuh ke dalam kemiskinan. Mereka
berusaha dengan berbagai cara untuk menghindarinya. Mereka begitu sedih
dan berduka cita ketika mengalami kekurangan harta. Bahkan sampai-sampai
di antara mereka ada yang menukar agamanya hanya untuk mendapatkan
sebagian harta benda duniawi. Seperti datang ke dukun, paranormal dan
yang sejenisnya untuk meminta jimat, jampi-jampi dan sejenisnya kepada
mereka. Atau memelihara/meminta bantuan makhluk halus (baca:jin) dalam
rangka mendapat kekayaan. Dengan ini mereka telah menjual aqidah dan
agamanya dengan kesenangan duniawi yang rendah dan sesaat.
Nas`alullaahas salaamah wal ‘aafiyah.<br />
Benarkah kemiskinan yang perlu kita takutkan? Benarkah kemiskinan
yang dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atas
ummatnya?<br />
<br />
عَنْ عَمْرو بْنِ عَوْفٍ الأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ بَعَثَ
أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ إِلَى الْبَحْرَيْنِ يَأْتِي
بِجِزْيَتِهَا، فَقَدِمَ بِمَالٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ، فَسَمِعَتِ
الأَنْصَارُ بِقُدُوْمِ أَبِي عُبَيْدَةَ، فَوَافَوْا صَلاَةَ الْفَجْرِ
مَعَ رَسُوْلِ اللهِ، فَلَمَّا صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ، اِنْصَرَفَ،
فَتَعَرَّضُوْا لَهُ، فَتَبَسَّمَ رَسُوْلُ اللهِ حِيْنَ رَآهُمْ، ثُمَّ
قَالَ: ((أَظُنُّكُمْ سَمِعْتُمْ أَنَّ أَبَا عُبَيْدَةَ قَدِمَ بِشَيْءٍ
مِنَ الْبَحْرَيْنِ)) فَقَالُوْا: أَجَل يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَقَالَ:
((أَبْشِرُوْا وَأَمِّلُوْا مَا يَسُرُّكُمْ، فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ
أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا
عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوْهَا
كَمَا تَنَافَسُوْهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ))<br />
<br />
Dari ‘Amr bin ‘Auf Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abu ‘Ubaidah Ibnul
Jarrah radhiyallahu ‘anhu ke negeri Bahrain untuk mengambil upeti dari
penduduknya (karena kebanyakan mereka adalah Majusi ?pent). Lalu dia
kembali dari Bahrain dengan membawa harta. Maka orang-orang Anshar
mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah. Lalu mereka bersegera menuju masjid
untuk melaksanakan shalat shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai
shalat beliau pun berpaling (menghadap ke arah mereka). Lalu mereka
menampakkan keinginannya terhadap apa yang dibawa Abu ‘Ubaidah dalam
keadaan mereka butuh kepadanya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun tersenyum ketika melihat mereka.<br />
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menduga
kalian telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah telah datang dengan membawa
sesuatu (harta) dari Bahrain.” Maka mereka menjawab, “Tentu Ya
Rasulullah.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bergembiralah dan harapkanlah apa-apa yang akan menyenangkan kalian.
Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian. Akan
tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana
telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun
berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya.
Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah
menghancurkan mereka.” (HR. Al-Bukhariy no.3158 dan Muslim no.2961)<br />
Jangan Takut dengan Kemiskinan!<span id="more-2755"></span><br />
Ketika Abu ‘Ubaidah kembali dengan membawa harta dari negeri Bahrain,
terdengarlah hal ini oleh orang-orang Anshar. Lalu mereka pun bersegera
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan shalat
shubuh. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat,
mereka menampakkan keinginannya terhadap apa yang dibawa Abu ‘Ubaidah
dalam keadaan mereka butuh kepadanya. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun tersenyum yakni tertawa tanpa mengeluarkan suara.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum karena mereka datang
dalam keadaan mengharapkan harta.<br />
Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menduga kalian
telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah telah datang dengan membawa sesuatu
(harta) dari Bahrain.” Maka mereka menjawab, “Tentu Ya Rasulullah.”
Yakni kami telah mendengarnya dan kami sengaja datang untuk mendapatkan
bagian kami.<br />
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bergembiralah dan harapkanlah apa-apa yang akan menyenangkan kalian.
Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian.”<br />
Berarti kemiskinan bukanlah yang dikhawatirkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atas kita.<br />
Bahkan kadang-kadang kemiskinan bisa menjadi kebaikan bagi seseorang
ketika dia bersabar dan tetap taat kepada Allah ? dalam kemiskinannya
tersebut.<br />
S<br />
abda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bukan kemiskinan yang aku
khawatirkan atas kalian.” Yakni aku tidak mengkhawatirkan kemiskinan
atas kalian.<br />
Karena sesungguhnya orang yang miskin secara umum lebih dekat kepada kebenaran daripada orang yang kaya.<br />
Perhatikanlah oleh kalian keadaan para rasul! Siapakah yang
mendustakan mereka? Yang mendustakan mereka adalah para pembesar
kaumnya, orang-orang yang paling jeleknya dan orang-orang kaya. Dan
sebaliknya, kebanyakan yang mengikuti mereka adalah orang-orang miskin.
Sampai pun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kebanyakan yang mengikuti
beliau adalah orang-orang miskin.<br />
Maka kemiskinan bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Jangan sampai
kita takut miskin atau tidak bisa makan. Jangan sampai selalu terbetik
dalam hati kita, “Besok kita makan apa?” Jangan khawatir! Yang penting
kita berusaha mencari rizki dengan cara yang halal, berdo’a dan
bertawakkal kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin rizki
seluruh makhluk-Nya.<br />
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا<br />
“Dan tidak ada suatu yang melata pun (yakni manusia dan hewan) di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya.” (Huud:6)<br />
Bahkan sesuatu yang harus kita khawatirkan adalah ketika dibentangkan
dunia kepada kita. Yakni ketika kita diuji dengan banyaknya harta benda.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Akan tetapi aku
khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah
dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun
berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya.
Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah
menghancurkan mereka.”<br />
Menghancurkan kalian artinya menghilangkan agama kalian yakni
dikarenakan dunia, kalian menjadi lalai dan meninggalkan ketaatan kepada
Allah.<br />
Bahayanya Dunia bagi Seorang Muslim<br />
Dunia sangat berbahaya bagi seorang muslim. Inilah kenyataannya.
Lihatlah keadaan orang-orang di sekitar kita. Ketika mereka lebih dekat
kepada kemiskinan (yakni dalam keadaan miskin), mereka lebih bertakwa
kepada Allah dan lebih khusyu’. Rajin shalat berjama’ah di masjid,
menghadiri majelis ‘ilmu dan lain-lain. Namun, ketika banyak hartanya,
mereka semakin lalai dan semakin berpaling dari jalan Allah. Dan
muncullah sikap melampaui batas dari mereka.<br />
Akhirnya, sekarang manusia menjadi orang-orang yang selalu merindukan
keindahan dunia dan perhiasannya: mobil, rumah, tempat tidur, pakaian
dan lain-lainnya. Dengan ini semuanya, mereka saling membanggakan diri
antara satu dengan lainnya. Dan mereka berpaling dari amalan-amalan yang
akan memberikan manfaat kepadanya di akhirat.<br />
Jadilah majalah-majalah, koran-koran dan media lainnya tidaklah
membicarakan kecuali tentang kemegahan dunia dan apa-apa yang berkaitan
dengannya. Dan mereka berpaling dari akhirat, sehingga rusaklah manusia
kecuali orang-orang yang Allah kehendaki.<br />
Maka kesimpulannya, bahwasanya dunia ketika dibukakan ?kita memohon
kepada Allah agar menyelamatkan kami dan kalian dari kejelekannya- maka
dunia itu akan membawa kejelekan dan akan menjadikan manusia melampaui
batas.<br />
كَلاَّ إِنَّ الإِنْسَانَ لَيَطْغَى. أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى<br />
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Al-’Alaq:6-7)<br />
Dan sungguh Fir’aun telah berkata kepada kaumnya,<br />
يَاقَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلاَ تُبْصِرُونَ<br />
“Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah)
sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kalian tidak
melihat(nya)?” (Az-Zukhruf:51)<br />
Fir’aun berbangga dengan dunia. Oleh karena itulah, maka dunia adalah sesuatu yang sangat berbahaya.<br />
Hadits di atas mirip dengan hadits berikut:<br />
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: جَلَسَ رَسُوْلُ اللهِ عَلَى
الْمِنْبَرِ، وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ، فَقَالَ: ((إِنَّ مِمَّا أَخَافُ
عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِي مَا يُفْتَحُ عَلَيْكُمْ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا
وَزِيْنَتِهَا))<br />
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di atas mimbar dan kami pun duduk
di sekitar beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya di antara yang paling aku takutkan atas kalian
sepeninggalku adalah ketika dibukakan atas kalian keindahan dunia dan
perhiasannya.” (HR. Al-Bukhariy no.1465 dan Muslim no.1052)<br />
Dunia Itu Manis dan Hijau<br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan tentang
keadaan dunia sekaligus memperingatkan ummatnya dari fitnahnya.<br />
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: ((إِنَّ
الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى مُسْتَخْلِفُكُمْ
فِيْهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا
وَاتَّقُوا النِّسَاءَ))<br />
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis
dan hijau. Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kalian
pemimpin padanya. Lalu Dia akan melihat bagaimana amalan kalian. Maka
takutlah kalian dari fitnahnya dunia dan takutlah kalian dari fitnahnya
wanita.” (HR. Muslim no.2742)<br />
Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya dunia itu
manis dan hijau.” Yakni manis rasanya dan hijau pemandangannya, memikat
dan menggoda. Karena sesuatu itu apabila keadaannya manis dan sedap
dipandang mata, maka dia akan menggoda manusia. Demikian juga dunia, dia
manis dan hijau sehingga akan menggoda manusia.<br />
Akan tetapi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan,<br />
“Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kalian
pemimpin padanya.” Yakni Dia menjadikan kalian pemimpin-pemimpin
padanya, sebagian kalian menggantikan sebagian yang lainnya dan sebagian
kalian mewarisi sebagian yang lainnya.<br />
“Lalu Dia akan melihat bagaimana amalan kalian.” Apakah kalian
mengutamakan dunia atau akhirat? Karena inilah beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam memperingatkan, “Maka takutlah kalian dari fitnahnya
dunia dan takutlah kalian dari fitnahnya wanita.”<br />
Harta dan Kekayaan yang Bermanfaat<br />
Akan tetapi apabila Allah memberikan kekayaan kepada seseorang, lalu
kekayaannya tersebut membantunya untuk taat kepada Allah, dia infakkan
hartanya di jalan kebenaran dan di jalan Allah, maka jadilah dunia itu
sebagai kebaikan.<br />
Kita semua tidak bisa lepas dari dunia secara keseluruhan. Kita butuh
tempat tinggal/rumah, kendaraan, pakaian dan lain sebagainya. Bahkan
kalau benda-benda tadi kita gunakan untuk membantu ketaatan kepada Allah
niscaya kita mendapatkan pahala. Sebagai contohnya adalah kendaraan.
Kita gunakan untuk menghadiri majelis ‘ilmu atau kegiatan lainnya yang
bermanfaat. Bahkan kita pun bisa mengajak teman-teman ikut bersama kita.
Dengan menggunakan kendaraan sendiri kita bisa menghindari kemaksiatan
seperti ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita yang bukan
mahram) dan lainnya.<br />
Akan tetapi jangan sampai kendaraan ataupun harta benda duniawi
menjadikan kita bangga, sombong sehingga akhirnya merendahkan dan
meremehkan orang lain. Jadikan harta tersebut sebagai alat bantu untuk
taat kepada Allah yang dengannya kita bisa menjadi orang yang bersyukur.<br />
Bahkan sebagian ‘ulama mewajibkan untuk memiliki kendaraan pribadi.
Dengan kendaraan tersebut seorang muslim akan terhindar dari ikhtilath
dan kemaksiatan lainnya. Sedangkan menghindari maksiat adalah wajib.
Sementara di dalam kaidah ushul fiqh disebutkan, “Suatu kewajiban tidak
akan sempurna kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu adalah wajib.”<br />
Akan tetapi tentunya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Jangan sampai karena ingin mendapatkan kendaraan, dia mati-matian
mencari harta siang dan malam. Yang terbenak dalam otaknya adalah uang,
uang dan uang. Sehingga lupa berdzikir kepada Allah, mempelajari
agamanya, menghadiri majelis ilmu, shalat berjama’ah dan ketaatan
lainnya.<br />
Ingatlah selalu firman Allah subhanahu wa ta’ala,<br />
فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ<br />
“Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian.” (At-Taghaabun:16)<br />
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا<br />
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al-Baqarah:286)<br />
Oleh karena itulah, keadaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan
Allah dan pada keridhaan-Nya seperti kedudukan orang ‘alim yang telah
Allah berikan hikmah dan ilmu kepadanya, yang mengajarkan ilmunya kepada
manusia.<br />
Maka di sana ada perbedaan antara orang yang rakus/ambisi terhadap
dunia dan berpaling dari akhirat dengan orang yang Allah berikan
kekayaan yang digunakannya untuk mendapatkan kebahagiaan baik di dunia
maupun di akhirat dan dia infakkan di jalan Allah.<br />
رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ<br />
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (Al-Baqarah:201)<br />
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu membimbing kita untuk
mengamalkan apa-apa yang dicintai dan diridhai-Nya serta memperbaiki
urusan-urusan kita. Aamiin. Wallaahu A’lam.<br />
Maraaji’: Syarh Riyaadhish Shaalihiin 2/186-189, Maktabah Ash-Shafaa; dan Bahjatun Naazhiriin 1/528, Daar Ibnil Jauziy.<br />
Sumber : Bulletin Al Wala Wal Bara<br />
<span class="fullpost">
</span></div>
Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-87135285656302716792013-12-28T22:13:00.003-08:002013-12-28T22:15:07.043-08:00Terompet, Tradisi Bangsa Yahudi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJuufPbuZs1Kl6Vs_RluneBEKimi0OTXjK0wR3YphP5EGVtPPMCIMO9ZZcOLFaffIQIZG0OkyB4Ordnquqz5JoQITTy35aWwW2FUNxTcKilFaxogpdUAVq6hzekGdanW3jquzwBw75o6wV/s1600/1483107_660713900647266_2076150810_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJuufPbuZs1Kl6Vs_RluneBEKimi0OTXjK0wR3YphP5EGVtPPMCIMO9ZZcOLFaffIQIZG0OkyB4Ordnquqz5JoQITTy35aWwW2FUNxTcKilFaxogpdUAVq6hzekGdanW3jquzwBw75o6wV/s320/1483107_660713900647266_2076150810_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Tiup-meniup terompet sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia
raya. Tragisnya, mereka tak memahami arti dan fungsi terompet dalam
sejarah perkembangannya. Mereka tak tahu asal-muasal penggunaan
terompet.<br />
Setiap malam tahun baru, seluruh dunia meniup terompet. Apakah ini
adalah suatu kebudayaan? Darimana asalnya? Ternyata, setelah dilakukan
banyak penelitian sejarah, budaya ini diikuti dari budaya Yahudi “Rosh
Hashanah” (bahasa Ibrani: ראש השנה) yang adalah tahun baru dalam
penanggalan Yahudi. Sebenarnya, Yudaisme (ajaran Yahudi) memiliki empat
hari “tahun baru” yang menandai berbagai “tahun” resmi, seperti halnya 1
Januari menandai tahun baru dalam penanggalan Gregorian. Rosh Hashanah
adalah tahun baru Yahudi untuk manusia, binatang, dan kontrak hukum,
menurut kepercayaan batil mereka!!<br />
<span id="more-3528"></span><br />
Jadi, menilik sejarahnya, bangsa yang pertama kali meniup terompet digunakan di malam tahun baru adalah <b>bangsa Yahudi.</b><br />
Seluruh penjuru dunia telah menyambut pergantian tahun. Seperti
negara-negara lain di dunia, masyarakat di Indonesia pun juga demikian.
Jika di beberapa negara Asia, seperti Jepang, Korea, dan China,
masyarakatnya menghabiskan malam Tahun Baru dengan mengunjungi tempat
ibadah untuk berdoa. Maka di Indonesia, meniup terompet sudah menjadi
tradisi masyarakat saat menyambut pergantian tahun.<br />
Sayangnya, hingga saat ini tak banyak orang yang tahu mengapa
terompet dipilih untuk menyambut datangnya tanggal 1 Januari!! Mereka
juga tak tahu hukumnya menurut syariat Islam!!!<br />
Semula, budaya meniup terompet ini merupakan budaya masyarakat Yahudi
saat menyambut tahun baru bangsa mereka yang jatuh pada bulan ke tujuh
pada sistem penanggalan mereka (bulan Tisyri). Walaupun setelah itu
mereka merayakannya di bulan Januari sejak berkuasanya bangsa Romawi
kuno atas mereka pada tahun 63 SM. Sejak itulah mereka mengikuti
kalender Julian yang kemudian hari berubah menjadi kalender Masehi alias
kalender Gregorian.<br />
Pada malam tahun barunya, masyarakat Yahudi melakukan introspeksi diri dengan tradisi meniup <i>shofar</i> (serunai), sebuah alat musik sejenis terompet. Bunyi <i>shofar</i> mirip sekali dengan bunyi terompet kertas yang dibunyikan orang Indonesia di malam Tahun Baru.<br />
Sebenarnya <i>shofar</i> (serunai) sendiri digolongkan sebagai
terompet. Terompet diperkirakan sudah ada sejak tahun 1.500 sebelum
Masehi. Awalnya, alat musik jenis ini diperuntukkan untuk keperluan
ritual agama dan juga digunakan dalam militer terutama saat akan
berperang. Kemudian terompet dijadikan sebagai alat musik pada masa
pertengahan Renaisance hingga kini.<br />
Para pembaca yang budiman, inilah sejarah terompet dan asal
penggunaannya. Dia merupakan syi’ar dan simbol keagamaan mereka saat
merayakan tahun baru. Selain itu, terompet juga dipakai oleh bangsa
Yahudi dalam mengumpulkan manusia saat mereka ingin beribadah dalam
sinagoge (tempat ibadah) mereka.<br />
Perkara ini telah dijelaskan oleh hadits yang diriwayatkan oleh
Sahabat Abdullah bin Umar -radhiyallahu anhu- saat beliau berkata,<br />
<b>كَانَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ
يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلاَةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا
فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوا نَاقُوسًا
مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوقًا مِثْلَ
قَرْنِ الْيَهُودِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِي
بِالصَّلاَةِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَا بِلاَلُ قُمْ
فَنَادِ بِالصَّلاَةِ</b><br />
<i>“Dahulu kaum muslimin saat datang ke Madinah, mereka berkumpul
seraya memperkirakan waktu sholat yang (saat itu) belum di-adzani. Di
suatu hari, mereka pun berbincang-bincang tentang hal itu. Sebagian
orang diantara mereka berkomentar, “Buat saja lonceng seperti lonceng
orang-orang Nashoro”. Sebagian lagi berkata, “Bahkan buat saja terompet
seperti terompet kaum Yahudi”. Umar pun berkata, “Mengapa kalian tak
mengutus seseorang untuk memanggil (manusia) untuk sholat”. Rasulullah
-Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Wahai Bilal, bangkitlah lalu
panggillah (manusia) untuk sholat”.</i> [HR. Al-Bukhoriy (604) dan Muslim (377)]<br />
Al-Hafizh Ibnu Hajar -<i>rahimahullah</i>- berkata, <i>“Terompet
dan sangkakala sudah dikenal. Maksudnya (hadits ini), bahwa terompet itu
ditiup lalu berkumpullah mereka (orang-orang Yahudi) saat mendengar
suara terompet. Ini adalah syi’ar kaum Yahudi. Ia disebut juga dengan </i><i><b>shofar</b></i><i> (serunai)”. </i>[Lihat <b><i>Fathul Bari</i></b> (2/399), cet. Dar Al-Fikr]<br />
Seorang sahabat Anshor berkata,<br />
<b>اهْتَمَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِلصَّلَاةِ كَيْفَ يَجْمَعُ النَّاسَ لَهَا فَقِيلَ لَهُ انْصِبْ رَايَةً
عِنْدَ حُضُورِ الصَّلَاةِ فَإِذَا رَأَوْهَا آذَنَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا
فَلَمْ يُعْجِبْهُ ذَلِكَ قَالَ فَذُكِرَ لَهُ الْقُنْعُ يَعْنِي
الشَّبُّورَ وَقَالَ زِيَادٌ شَبُّورُ الْيَهُودِ فَلَمْ يُعْجِبْهُ ذَلِكَ
وَقَالَ هُوَ مِنْ أَمْرِ الْيَهُودِ قَالَ فَذُكِرَ لَهُ النَّاقُوسُ
فَقَالَ هُوَ مِنْ أَمْرِ النَّصَارَى فَانْصَرَفَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ وَهُوَ مُهْتَمٌّ لِهَمِّ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأُرِيَ الْأَذَانَ فِي مَنَامِهِ</b><br />
<i>“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- amat memperhatikan perkara
sholat, bagaimana caranya mengumpulkan manusia untuk sholat? Ada yang
berkata, “Tancapkanlah bendera ketika waktu sholat datang. Jika mereka
melihatnya, maka sebagian orang akan memberitahukan yang lain”. Tapi hal
tak menyenangkan beliau. Lalu disebutkanlah kepada beliau tentang
terompet, yakni shofar (serunai). Tapi hal itu tak menyenangkan beliau
seraya bersabda, “Itu urusan agama Yahudi”. Dia (sahabat Anshor)
berkata, “Lalu disebutkanlah kepada beliau tentang lonceng. Beliau
bersabda, “Itu termasuk urusan agama Nashoro”. Abdullah bin Zaid bin
Abdi Robbih pulang, sedang ia amat perhatian kepada keinginan Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam-. Kemudian diperlihatkan adzan kepada
Abdullah bin Zaid dalam mimpinya…”.</i>[HR. Abu Dawud (498). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam <b><i>Jilbab Al-Mar'ah Al-Muslimah </i></b>(hal. 167)]<br />
Syaikhul Islam Abul Abbas Al-Harroniy -<i>rahimahullah</i>- berkata, <i>“Tujuan
kita disini bahwa Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- tatkala membenci
terompet Yahudi yang tertiup dengan mulut dan lonceng Nashoro yang
dipukul dengan tangan, maka beliau menjelaskan sebab (beliau membenci
terompet) bahwa ini (terompet Yahudi) termasuk urusan agama Yahudi, dan
beliau menjelaskan sebab (beliau membenci lonceng) bahwa ini (lonceng
Nashoro) termasuk urusan agama Nashoro.</i><br />
<i>Karena penyebutan sifat setelah hukum menunjukkan bahwa ia adalah
sebab bagi kebencian tersebut. Ini mengharuskan pelarangan dari segala
perkara yang termasuk urusan agama Yahudi dan Nashoro”. Demikianlah
perkaranya. Padahal terompet Yahudi, konon kabarnya ia terambil dari
Musa –alaihis salam- dan bahwa di zaman beliau terompet ditiup. Adapun
lonceng, maka ia perkara yang diada-adakan. Sebab mayoritas syariat kaum
Nashoro telah diada-adakan oleh para pendeta dan ahli ibadah mereka.</i><br />
<b><i>Kebencian Rasul -Shallallahu alaihi wa sallam- terhadap terompet Yahudi dan lonceng Nashoro demi menyelisihi mereka.</i></b><i>
Ini menuntut dibencinya jenis suara ini secara mutlak pada selain
sholat juga. Karena hal itu termasuk urusan agama Yahudi. Sebab
orang-orang Nashoro memukul lonceng di luar waktu-waktu ibadah mereka
Sungguh kebanyakan orang dari kalangan umat ini (baik raja, maupun
selainnya) telah tertimpa oleh syi’ar Yahudi dan Nashoro ini”.</i> [Lihat <b><i>Al-Iqtidho' </i></b> (5/19)]<br />
Apa yang dinyatakan oleh Syaikhul Islam -<i>rahimahullah</i>-
amatlah benar. Anda lihat di malam tahun baru, banyak diantara kaum
muslimin yang jahil ikut meniup terompet. Padahal semua itu adalah
syi’ar agama Yahudi yang dilarang untuk ditiru.<br />
<blockquote>
Lantaran itu, perbuatan ini kita harus jauhi, sebab Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda,<br />
<span style="color: #ff6600;"><b>مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ</b><br />
<br />
</span><br />
<span style="color: #ff6600;"><i>“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut”</i>(HR. Abu Dawud (4031). Di-<i>hasan</i>-kan oleh Al-Albaniy dalam <b><i>Takhrij Al-Misykah</i></b>(4347)]</span><br />
Al-Imam Ibnu Taimiyyah -<i>rahimahullah</i>- berkata, <i>“Hadits ini serendah-rendahnya mengharuskan pengharaman tasyabbuh (menyerupai orang kafir atau fasiq)”.</i> [Lihat <b><i>Iqtidho' Ash-Shiroth Al-Mustaqim </i></b>(83)]</blockquote>
Dari sini kita telah mengetahui hukum meniup terompet bahwa meniup
terompet, baik di malam tahun baru atau selainnya adalah haram. Demikian
pula haram berjual beli terompet, sebab ia merupakan syi’ar agama
Yahudi, yang tak boleh kita serupai mereka di dalamnya.<br />
Selain itu, terompet tergolong alat musik yang masuk dalam larangan Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sebuah sabdanya,<br />
<b>لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِيْ أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَّ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ</b><br />
<i>“Akan ada beberapa kaum diantara ummatku yang akan menghalalkan zina, kain sutera (bagi laki-laki), khomer, dan musik”. </i>[HR. Al-Bukhoriy dalam <b><i>Shohih</i></b>-nya (5590), dan Abu Dawud dalam <b><i>Sunan</i></b>-nya (4039)]<br />
Kenapa kita dilarang meniru orang-orang kafir dalam perkara-perkara
yang menjadi simbol agama mereka? Karena telah jelas faktanya bahwa <span style="color: red;"><b>asal lunturnya agama Allah dan syariat-Nya, serta tersebarnya kekafiran dan maksiat adalah <i>tasyabbuh</i><br />
<br />
(menyerupai) kaum kafir sebagaimana halnya asal segala kebaikan adalah
melazimi sunnah dan syariat Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.</b><br />
<br />
</span><br />
Karena inilah, amat besar permasalahan munculnya bid’ah (ajaran baru)
dalam agama, walaupun tak ada penyerupaan diri terhadap kaum kafir.
Nah, bagaimana kira-kira bila suatu perkara mengumpulkan dua hal itu,
yakni bid’ah dan menyerupai kaum kafir!! [Lihat <b><i>Majmu' Fataawa wa Rosa'il Al-Utsaimin </i></b>(7/175)]<br />
Terakhir, kami nasihatkan kepada kaum muslimin agar menjauhkan
terompet-terompet Yahudi dari anak-anak dan rumah-rumah kita setelah
kita mengetahui haramnya, membenci dan meninggalkannya. Sebab, benda itu
hanyalah mengingatkan kita kepada agama dan syi’ar kekafiran mereka!!!<br />
<span class="fullpost">
</span></div>
Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-10522143351021603182013-06-19T23:31:00.000-07:002013-06-19T23:31:14.348-07:00INILAH KATA-KATA TERAKHIR IMAM SYAFI’I, ABU HANIFAH & IMAM MALIK RAHIMAHUMULLAH SEBELUM WAFAT <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhUAy06a-DTPfjgLaE4UlNcVbn2d67jF0ycL8eTR2AQy8qaPvziwP-DJLvBEpMw5VDD54_NIGaaNXBxRM7Xzk4NWSCBSkA2xe-V88hNLjcJ___AxXv8m_0Og1vnoFQjxKwJMcIPLWi1o4B/s1600/kecambah1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhUAy06a-DTPfjgLaE4UlNcVbn2d67jF0ycL8eTR2AQy8qaPvziwP-DJLvBEpMw5VDD54_NIGaaNXBxRM7Xzk4NWSCBSkA2xe-V88hNLjcJ___AxXv8m_0Og1vnoFQjxKwJMcIPLWi1o4B/s320/kecambah1.jpg" width="320" /><br /><span style="font-size: large;"><span style="color: lime;"><span style="text-align: left;">Kematian Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah</span></span></span></a></div>
<div>
Imam Al-Muzani sahabat Imam Asy Syafi’i berkata : ” saya menjenguk
Imam Asy Syafi’i saat beliau sakit yang menjelang wafatnya,kemudian saya
bertanya kepadanya : ”Wahai Abu Abdillah,bagaimana keadaanmu? “,beliau
mengangkat kepalanya,lantas berkata : <span style="color: lime;"><strong>”
Aku akan pergi dari dunia ,berpisah dengan sahabat sahabatku dan
bertemu dengan kejelekan amalku,kemudian aku akan menghadap Allah,aku
tidak tahu apakah ruh ku akan menuju surga lalu kuucapkan kata selamat
padanya,ataukah keneraka lalu aku menolaknya “</strong></span>,selanjutnya beliau menangis.</div>
<div>
******</div>
<blockquote>
<div>
Menjelang Akhir Hidupnya di dunia dan permulaan hidupnya di
akhirat, salah seorang murid beliau yang bernama Imam Muzani datang
membesuk.Saat itu Imam Syafi’i hanya bisa terbaring di pembaringan. Imam
Muzani bertanya kepadanya, “Bagaimana Keadaanmu?” Beliau menjawab, <strong>“Aku
merasa sebentar lagi akan meninggalkan dunia ini dan berpisah dengan
teman-teman. Segelas Anggur Kematian telah aku teguk dan hanya kepada
Alloh saja aku kembali. Sungguh, demi Alloh aku tidak tahu, kemana ruhku
akan berjalan. Ke Surgakah atau ke Neraka? Jika ke Surga maka aku akan
selamat. Namun, jika ke Neraka, maka aku akan celaka.”</strong>
Setelah berkata demikian, Beliau menangis sambil melantunkan bait-bait syair berikut:<span id="more-4573"></span><br />
“<em>Kala hatiku mengeras dan jalanku mulai menyempit</em><br />
<em>Aku hanya bisa mengharap titihan ampunan-Mu</em><br />
<em>Dosa-dosaku amat besar, namun jika aku bandingkan</em><br />
<em>Dengan ampunan-Mu, ya Robb, ampunan-Mu jauh lebih besar</em><br />
<em>Engkau Senantiasa melimpahkan ampunan atas segala dosa</em><br />
<em>Dan Engkau tiada pernah bosan memberi ampunan.”</em><br />
(Sifat Ash-Shofwah, 3/146)<br />
Sumber : Lilin-lilin Yang Tak Pernah Padam, Biografi Para Ulama Salaf.<br />
Penulis : Abu Malik Muhammad ibn Hamid ibn Abdul Wahab<br />
</div>
</blockquote>
<h2 style="text-align: right;">
<span style="color: lime;">Kematian Abu Hanifah Rahimahullah</span></h2>
Imam Abu Hanifah menjelang wafatnya berkata : <span style="color: lime;"><strong>” Sayangilah aku,sebab aku menderita di tengah tangah ahli dunia,kuobati diriku wahai …..Dzat Yang Maha Penyayang “.</strong></span><br />
<h2 style="text-align: right;">
<span style="color: lime;">Kematian Imam Malik Rahimahullah</span></h2>
Isma’il Bin Abi Uwais berkata : ” ketika Malik sakit maka aku
bertanya pada sebagian keluarganya tentang apa yang diucapkannya
menjelang wafat,mereka menjawab :<span style="color: red;"><strong> <span style="color: lime;">” Beliau bersyahadat,lalu berucap : ” Segala urusan hanya milik Allah,sebelum dan sesudahnya “</span></strong></span>.kemudian beliau wafat.<br />
Sumber : Buku Pemandangan Sekarat, Penerbit : Pustaka Al Adwa, Penerjemah : Ust Abu Hamzah Yusuf<br />
*****<br />
<h2>
<span style="color: lime;"><strong>Kisah orang-orang shalih ketika ajal menjemput mereka</strong></span></h2>
<strong>Penulis : Ibrahim bin ‘Abdullah al-H’zimy</strong><br />
Berikut ini beberapa kisah orang-orang shalih ketika ajal menjemput mereka<br />
<strong>1. Abu Sufyan bin al-H’rits</strong> Beliau adalah anak paman
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam (sepupu beliau Shallallaahu ‘alaihi
wasallam). Tatkala ajal menjemputnya, dia berkata kepada keluarganya, <strong>‘Janganlah kalian menangisiku sebab aku tidak pernah sekalipun menyentuh dosa semenjak masuk Islam.’</strong><br />
<strong>2. ‘Umar bin Abi Rabi’ah</strong> Tatkala ajal menjemputnya,
saudaranya, al-H’rits menangis, lalu dia berkata kepada saudaranya
tersebut, ‘Wahai saudaraku, jika yang kau permasalahkan terhadap diriku
adalah untaian sya’ir yang pernah kau dengar dari ucapanku berbunyi, Aku
katakan kepadanya (wanita) dan dia berkata kepadaku, Semua budakku
adalah bebas Sungguh! Aku tidak pernah menyingkap sekalipun jua sesuatu
yang haram.’ Maka berkatalah al-H’rits, ‘Segala puji bagi Allah, Engkau
telah membuat hatiku tenang.”<br />
<strong>3. Abu Y’suf Bisyr al-Wal’d</strong> berkata, ‘Aku pernah mendengar Abu Yusuf berkata pada saat sakit yang membawa ajalnya, <strong>‘Ya
Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa aku tidak pernah
sekalipun menyentuh farji (melakukan hubungan badan) secara haram saat
aku menyadarinya. Dan aku juga tidak pernah sekalipun memakai satu
dirham dari yang haram saat aku menyadarinya.’</strong><br />
<strong>4. Abu Bakar bin ‘Ayyasy Ibrahim bin Abu Bakar ‘Ayyasy</strong>
berkata, ‘Ketika menjelang ajal, aku menyaksikan ayahandaku, lalu aku
menangis karenanya. Maka dia berkata kepadaku, ‘Nak, Ayahandamu ini
tidak pernah sekalipun melakukan perbuatan keji.’ ‘<br />
<strong>5. Hafsh bin Ghayy’ts ‘Umar bin Hafsh bin Ghayy’ts</strong>
berkata, ‘Tatkala ajal menjemput ayahandaku, dia sempat pingsan, lalu
aku menangis di samping kepalanya. Maka, dia berkata kepadaku saat
tersadar, ‘Kenapa gerangan kamu menangis?.’ Aku menjawab, ‘Karena akan
berpisah denganmu.’ Dan tatkala aku masuk pada pembicaraan seputar qadla
(kematian), dia berkata, ‘Janganlah kamu menangis, sesungguhnya aku
tidak pernah sekalipun menggunakan celanaku ini untuk sesuatu yang
haram. Dan tidak pernah pula ada dua orang yang bersengketa di hadapanku
duduk, lalu aku telanjangi (permalukan) salah seorang dari mereka yang
terkena vonis.’<br />
<strong>6. al-Haytsam bin Jamil Sufyan bin Ahmad al-Mash’shy</strong>
berkata, ‘Tatkala sedang sekarat, aku menyaksikan al-Haytsam bin Jamil
telah diarahkan ke kiblat dan budak wanitanya menutupi kedua kakinya,
lalu dia sempat berkata, ‘Tutuplah keduanya, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui bahwa keduanya tidak pernah sekalipun berjalan untuk hal-hal
yang haram.’<br />
<br />(SUMBER: al-Maw’id:Jann’t an-Na”m karya Ibrahim bin ‘Abdullah al-H’zimy, hal.82)<br />
<span class="fullpost">
</span></div>
Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-54969179111847703772012-10-24T23:55:00.002-07:002012-10-24T23:55:55.152-07:00 Tarbiyyah + Dakwah <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
<br /></h3>
<div class="post-header">
</div>
<div style="text-align: left;">
Alhamdulillah diri ini masih boleh untuk
menghidu udara yang segar disamping dapat melihat burung-burung
berkicauan di angkasa yang terbentang luas subhanallah... ucapan syukur
tidak terhingga juga kepada Pencipta atas segala nikmat dan nikmat
tertinggi,iman & islam. itulah ciptaan Allah swt... ketika diri
melihat ciptaan Sang Pencipta yang memutarkan bumi yang langit dan tanah
tiada paksi. Terlintas di fikiran sejenak.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Adakah ukhuwwahfillah sesama ikh/akh cukup kuat?</div>
<div style="text-align: center;">
Adakah ahlinya sudah jauh dari segala musykilah?</div>
<div style="text-align: center;">
Adakah mutabaah amal sudah ditanda + diamal?</div>
<div style="text-align: center;">
Adakah wajibat yang ditaklifatkan sudah terselesai?</div>
<div style="text-align: center;">
Adakah DF kita semakin bergerak kencang atau hanya di awangan semata2?</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
tepuk dada tanya IMAN...</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tergerak
jari-jemari ini untuk menulis dan berkongsi gambaran mengenai PROSES
DAKWAH oleh seorang qudama' yang sekian lama memperjuangkan ISLAM hingga
ke titisan darah terakhir...</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Sebelum itu, apakah tarbiyyah yang difahami?</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Telah didefinasi tarbiyyah dari seorang pakar tarbiyyah yang mengatakan </div>
<div style="text-align: center;">
"Cara yang paling ideal dalam berinteraksi dengan firah manusia,baik secara langsung melalu</div>
<div style="text-align: center;">
i
perkataan atau secara tidak langsung melalui keteladanan untuk
memproses perubahan diri manusia ke arah kondisi yang lebih baik."</div>
<div style="text-align: center;">
[Dr.Ali Abdul Halim]</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Gambaran Sayyid Qutb mengenai PROSES DAKWAH adalah seperti biola.</div>
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5633418787076682802" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN2QR5qCH5NuEoQRUZyUGAsSiy4CflpOeue22Bo-oOxrP_GMXPM0AcX73VOKz8v3051Z63QuuSzcwzwJRLDD6cR6fouAVI_8YyYNMsjTbVZ5NHsjdSp8oPUqK0T24oOoRfoxsjQcxRy2mk/s400/violin.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 266px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; text-align: left; width: 400px;" /><div style="text-align: center;">
<i>"Ia
menganalisa fitrah manusia itu secara teliti, lalu menggesek seluruh
tali dan seluruh nada yang dimiliki oleh tali-tali itu. kemudian
mengubahnya menjadi suara yang merdu. Di samping itu,ia juga menggesek
tali-tali secara menyeluruh,bukan satu demi satu yang akan menimbulkan
suara sumbang dan tidak terasa. Tidak pula menggeseknya hanya sebahagian
dan mengabaikan bahagian yang lain,yang menyebabkan irama tidak
sempurna dan tidak mengungkapkan irama yang indah hingga sampai ke
tingkat gubahan yang paling mengesankan."</i></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Kesan tarbiyyah inilah yang dapat melahirkan "manusia bekerja rajin,produktif dan aktif sepanjang tahun.'</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sebagai
seorang daei yang membawa risalah, bukanlah ibarat anjing yang tertipu
dengan bayangannya sendiri. Jangan terlalu asyik dan berasa berada
didalam zon selesa pabila diri berasa tinggi dari yang lain. Sedarlah,
risalah ISLAM yang dibawa bukan untuk individu semata-mata tetapi UMMAT.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Mulakan
dari dalaman diri setiap daei. Muhasabah diri kembali takut terleka
dibuai mimpi-mimpi indah dan angan-angan yang tiada titik noktah. Moga
diri-diri yang berjuang demi ISLAM ini thabat atas jalan yang dipilih
kerana Allah bukan kerana lain. Jatuhnya seorang d</div>
<div style="text-align: left;">
aei, daei yang lain harus bangunkan kembali agar dapat bersama-sama memperjuangkan ISLAM.</div>
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5633426335079529794" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaS3fnYt9qhdhmUUY_QzaAZVfsNQhr7HUJYJLGqJ6pZ9g6E0HHGAI5-cMpE8VSlxlESg810828-ARE65CvpFBGUagT564swAm8zayL2J86KakfRL40w5nG3mt8xjAziPn2OpFe3SguRvtP/s400/tumblr_lm63x1ATnW1qk2h8jo1_400.gif" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; text-align: left; width: 400px;" /><div style="text-align: left;">
<span class="Apple-style-span"><br /></span></div>
<span class="Apple-style-span"><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: medium;"><span class="Apple-style-span">Firman Allah,</span></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span"><br /></span></div>
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: medium; line-height: normal;"><div style="text-align: center;">
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ
يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمْ الصَّادِقُونَ</div>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span"><br /></span></div>
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: medium; line-height: normal;"><div style="text-align: center;">
<i>{Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan RasulNya dan mereka tidak ragu (dalam keimanan itu) dan mereka
berjihad dengan harta benda mereka serta diri mereka pada jalan Allah.
Merekalah orang-orang yang benar (dalam menghayati keimanan/aqidah)}</i></div>
</span></div>
</span></div>
Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-87936136371264121232012-10-04T23:12:00.002-07:002012-10-04T23:12:52.755-07:00 Profesi Mulia Yang Ditinggalkan Wanita <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmFJpeJAoEtj4uLwY4pd-zgo5f-pGa9ytK-nF-k7zaU7uAqSBy3sfbF0YwgaXsIWgphhO5JUz9Ku4EVTf3Qh8BpDruH05Zrs7y9Vxky9cKWIyYSBdOCl_FsfL3cCWnrloDjLrgWsBibiWx/s1600/timthumb.php.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmFJpeJAoEtj4uLwY4pd-zgo5f-pGa9ytK-nF-k7zaU7uAqSBy3sfbF0YwgaXsIWgphhO5JUz9Ku4EVTf3Qh8BpDruH05Zrs7y9Vxky9cKWIyYSBdOCl_FsfL3cCWnrloDjLrgWsBibiWx/s320/timthumb.php.jpg" width="320" /></a></div>
<span class="fbPhotosPhotoCaption" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"><br /> <br /> Imbalannya surga, dan penentu masa depan bangsa. Tapi mengapa banyak ditinggalkan perempuan-perempuan modern? <br /> <br />
Urusan domestik, hingga saat ini masih menjadi cibiran orang. Pekerjaan
urusan teknis kerumah-tanggaan ini hanya dianggap sepele dan dipandang
sebelah mata saja oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Itu sebabnya
kaum feminis memperjuangkan agar kaum wanita tidak dikaplingkan untuk
urusan domestik saja. Kelompok ini sangat menginginkan peningkatan
harkat dan martabat kaum wanita agar sejajar sebagai mitra kaum
laki-laki. <br /> <br /> Yang mereka definisikan sebagai peningkatan harkat
dan martabat wanita itu, satu diantaranya adalah pembebasan kaum wanita
dari pengkotakan peran sebagai ibu rumah tangga. Menurut mereka, peran
tersebut memberikan citra rendah pada diri wanita, sehingga untuk
mengangkat citra dirinya, mereka menuntut untuk lepas dari tanggung
jawab yang dianggap memalukan itu. <br /> <br /> Dianggap memalukan, salah
satunya karena pekerjaan urusan domestik tersebut tidak menghasilkan
pemasukan keuangan, padahal selama ini umumnya seseorang dihargai sesuai
prestasinya dalam mengumpulkan uang. Apalagi secara sepintas, urusan
domestik tersebut hanya berupa kegiatan teknis kasar dan kotor, sehingga
tak pantas dikerjakan oleh orang terhormat. <br /> <br /> Kewajiban siapa? <br /> <br />
Opini yang berkembang di tengah masyarakat tentang citra buruk dan
rendah dari pekerjaan urusan domestik ini, menjadi penyebab dari
enggannya para wanita terpelajar untuk mengakuinya sebagai kewajibannya.
Dan dengan berdalih dasar teori peran ganda suami, mereka menuntut agar
bisa melepaskan diri dari tanggung jawab domestik tersebut. <br /> <br />
Secara bijak, Islam sudah pula menyinggung permasalahan ini dalam
pedoman hidup al-Qur'an dan al-Hadits. Abdul Halim Abu Syuqqah,
menyebutkan dalam bukunya, Tahrirul Mar-ah fi `Ashir Risalah, bahwa
seorang wanita berkewajiban mengurus rumah tangga dan anak-anaknya
sebaik mungkin. Dengan demikian kegiatan profesi tidak boleh sampai
menghalanginya melaksanakan tanggung jawab ini. <br /> <br /> Dari Abdullah
bin Umar ra dikatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "....dan seorang
istri adalah pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya, dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban tentang mereka......" (HR Bukhari Muslim) <br /> <br />
Dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah bersabda; "Sebaik-baik
wanita yang mengendarai unta adalah wanita Quraisy". Dalam riwayat lain
disebutkan, "Wanita Quraisy yang saleh adalah wanita yang sangat
menyayangi anaknya yang masih kecil dan sangat menjaga suaminya dalam
soal miliknya." (HR Bukhari) <br /> <br /> Jelas, posisi kaum ibu adalah
sebagai `pemimpin bagi rumah suami' dan `pemimpin anak-anak'. Kalau
orang sekarang kerap menyebut istilah pemimpin dengan sebutan direktur
atau manajer, maka tak salah pula jika profesi ibu di rumah pun disebut
sebagai manajer rumah tangga. Ruang lingkup tugasnya adalah memelihara
rumah dan harta yang ada di dalamnya, dan merawat anak-anak. Tentu saja,
urusan domestik ada di dalamnya. Kelak, kaum ibu akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah swt tentang kepemimpinannya itu. <br /> <br />
Dalam pandangan Islam, urusan domestik keluarga memiliki peran dan
fungsi yang penting dan terhormat dalam mendukung kesuksesan keluarga.
Begitu hebatnya Islam menjunjung tinggi pekerjaan ini, hingga menyamakan
derajatnya dengan kewajiban pergi berperang bagi kaum laki-laki, yang
menjanjikan syahid bagi mereka. <br /> <br /> Anas bin Malik menceritakan
sebuah kisah, "Satu hari beberapa wanita mendatangi Rasulullah saw dan
bertanya: "Ya Rasulullah. Kaum lelaki kembali dengan membawa pahala
perjuangan di jalan Allah; sedang kami tidak mempunyai cara untuk dapat
seperti mereka?" Mendengar ini beliau pun bersabda: "Jangan takut,
tenanglah kalian! Mengurus rumah tangga kalian masing-masing dengan
sungguh-sungguh dapat mengejar pahala syahid di jalan Alah seperti
mereka." <br /> <br /> Walaupun pekerjaan domestik ini tak memberikan
penghasilan secara langsung, tetapi memberikan manfaat sangat besar bagi
seluruh anggota keluarga. Rumah yang bersih, sehat, rapi, indah dan
nyaman ditinggali, tak mungkin tercipta tanpa dukungan keahlian urusan
domestik. Dari surga dunia inilah muncul ide-ide brilyan dari seluruh
anggota keluarga tersebut dalam bidang masing-masing. Ayah menemukan
semangat bekerja dari kenyamanan tidur dan istirahatnya di rumah.
Anak-anak pun menemukan keriangannya bermain dan belajar dari suasana
rumah yang ditata bersih dan menyenangkan. Anda yang ingin lebih
menyelami makna pentingnya urusan domestik ini, cobalah untuk berhenti
satu atau dua hari saja untuk tidak menyapu dan mengepel rumah, tidak
mencuci dan menyeterika baju, serta tidak memasak di dapur. Bagaimana
jadinya keluarga Anda? <br /> <br /> Satu poin lagi untuk urusan domestik
yang kerap dianggap sepele, adalah merawat dan mendidik anak. Salah sama
sekali jika menganggap ini hal yang mudah dan remeh. Sebuah anggukan
wajah, atau sekedar senyumam di ujung bibir, juga belaian tangan ibu di
pundak anak, ternyata sangat menentukan bagi puluhan ribu hari
berikutnya yang masih harus ia lewati. Satu detik keikhlasan ibu merawat
anak, bisa menjadi bibit keuntungan jutaan rupiah yang kelak didapatkan
anak dari kesuksesannya setelah dewasa. <br /> <br /> Beratnya beban urusan
domestik ini, nampaknya seimbang dengan janji syahid yang diberikan
oleh Allah swt kepada kaum ibu yang menunaikannya dengan baik. Pekerjaan
ini bisa menjadi salah satu alternatif tercepat memperoleh surga bagi
mereka. Begitu mulianya pekerjaan ini sehingga Rasulullah memberikan
dorongan penuh kepada putri tercintanya, Fatimah ra, untuk tidak
meninggalkan peran ini, walau seberat apapun beban yang harus
ditanggungnya. <br /> <br /> Fatimah sang putri, yang bersuamikan Ali bin
Abi Thalib, hidup dalam keadaan miskin, sehingga ia harus membanting
tulang untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Diriwayatkan Abu
Daud bagaimana Ali mengisahkan tentang istrinya ini, "Suatu ketika
Fatimah putri Nabi saw berada di dekatku. Dia memutar gilingan hingga
lecet tangannya, dia memanggul girbah air hingga lecet pundaknya, dan
dia menyapu rumah hingga berdebu pakaiannya." Dalam riwayat Abu Daud
yang lain ditambahkan; "Fatimah membuat roti sehingga warna mukanya
berubah (terkena arang)." <br /> <br /> Suatu ketika Ali mendesak istrinya
untuk memohon kepada ayahandanya agar diberi bantuan seorang hamba yang
diperoleh Rasulullah saw sebagai hasil jarahan perang, demi meringankan
pekerjaan-pekerjaannya. Namun Rasulullah menolak permintaan putri
tercintanya itu, sambil membesarkan hati Fatimah dan Ali dengan
mengatakan, "Maukah kalian aku beritahu mengenai sesuatu yang lebih baik
dari yang kalian minta? Apabila kalian sudah siap di tempat tidur
kalian, maka hendaklah kalian baca tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid
tiga puluh tiga kali, dan takbir tiga puluh empat kali. Hal itu lebih
baik buat kalian dari pada seorang pelayan." (HR Bukhari dan Muslim).
Rupanya beliau menginginkan Fatimah memperoleh surganya dengan melalui
ujian dalam rumah tangganya tersebut. <br /> <br /> Apa Kewajiban Suami?<br /> <br />
Suami telah diberi amanah oleh Allah untuk menjadi pemimpin keluarga.
(An Nisa' 24). Agar kewajiban itu dapat terlaksana, maka istri sebagai
anggota keluarga wajib mendukung kewajiban suami tersebut. Bagaimana
caranya memberi dukungan? Yaitu dengan memberikan ketaatannya kepada
sang pemimpin keluarga. Untuk mempertegas hal tersebut, melalui beragam
haditsnya, Rasulullah telah mempertegas kewajiban istri untuk taat
kepada suami. Semua itu diatur agar kepemimpinan suami bisa terlaksana
dengan baik. <br /> <br /> Dianalogikan dengan keseimbangan tersebut, maka
jika ternyata istri mengemban kewajiban menjadi manajer rumah tangga
yang mengurus anak dan urusan domestik rumah tangga, maka suami pun
wajib pula mendukungnya. Sama persis seperti dukungan yang diberikan
istri untuk taat kepadanya, dalam rangka mendukung kewajibannya sebagai
pemimpin keluarga. Lantas, bagaimana bentuk dukungan yang wajib
diberikan suami untuk menyukseskan tugas istri dalam menangani urusan
domestik? <br /> <br /> Yaitu, dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan
istri dalam melaksanakan tugasnya tersebut. Kewajiban suamilah untuk
mencukupi fasilitas tersebut, sesuai dengan kemampuannya dalam mencari
nafkah. Keberadaan fasilitas seperti mesin cuci, almari es dan kompor
gas, misalnya, tentu saja akan sangat membantu meringankan pekerjaan
urusan domestik. Atau dengan menggaji orang yang membantu meringankan
pekerjaan teknis operasional rumah tangga sehari-hari. Semakin banyak
fasilitas bisa diberikan tentu lebih baik, karena akan meringankan beban
istri, sehingga istri bisa memiliki waktu dan tenaga lebih banyak untuk
bisa dipergunakan menangani pekerjaan-pekerjaan lain baik untuk
keluarga ataupun untuk ummat. <br /> <br /> Rasulullah saw sendiri
menyediakan pelayan khusus untuk mengatur urusan kerumahtanggaan
istri-istri beliau. Sementara masing-masing istri pun memiliki pula
budak-budak perempuan yang senantiasa menemani dan memberikan bantuan.
Hal ini membuat Aisyah ra bisa meluangkan waktu untuk mempelajari
berbagai sisi keilmuan dan melayani kebutuhan kaum muslimah sehingga
nantinya ia menjadi ahli hadits dan menjadi guru dari banyak sahabat.
Istri Rasulullah saw yang lain, seperti Hafshah, sempat mempelajari
keahlian menulis kaligrafi, sementara Zainab berkonsentrasi membuka
usaha ketrampilan tangan di rumahnya sehingga bisa memperoleh
penghasilan sendiri. <br /> <br /> Lantas bagaimana jika nafkah yang
diperoleh suami tak mencukupi untuk memberikan fasilitas tersebut? Tak
mengapa, karena banyaknya fasilitas tak bisa ditetapkan dengan standar
tertentu. Semuanya tergantung dari perolehan penghasilan masing-masing
keluarga. Jika memang rejeki keluarga tersebut sedikit, maka suami wajib
mendukung tugas istri dengan memberikan bantuan langsung. <br /> <br />
Rasulullah saw memberi contoh dengan sesekali mengurus sendiri
keperluan-keperluannya. Beliau menjahit sendiri baju-baju yang sobek.
Tentang bantuan itu, Aisyah berkata, "Beliau yang menjahit kainnya,
menjahit sepatunya, dan mengerjakan apa yang biasa dikerjakan oleh kaum
laki-laki di rumah mereka." (HR Bukhari) <br /> <br /> Dari al-Aswad, dia
berkata; "Aku pernah bertanya kepada Aisyah mengenai apa yang dilakukan
oleh Nabi saw di rumah beliau. Aisyah mengatakan; `Beliau biasanya suka
membantu urusan keluarganya. Lalu bila waktu shalat tiba, beliau pergi
untuk mengerjakan shalat.' (HR Bukhari)•</span></span><span class="fbPhotoTagList" id="fbPhotoPageTagList"><span class="fcg"></span></span></div>
Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-24603478130604869742012-07-18T01:46:00.000-07:002012-07-18T01:46:23.973-07:00Zikir Setelah Shalat & Hukum Menjahrkannya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
Dari Tsauban radhiallahu anhu dia berkata:<br />
<strong>كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ<br />
قَالَ الْوَلِيدُ فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِيِّ كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ قَالَ تَقُولُ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ</strong><br />
<em>“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai shalat, beliau akan meminta ampunan tiga kali dan memanjatkan doa ALLAAHUMMA ANTAS SALAAM WAMINKAS SALAAM TABAARAKTA DZAL JALAALI WAL IKROOM (Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang memberi keselamatan, dan dari-Mulah segala keselamatan, Maha Besar Engkau wahai Dzat Pemilik kebesaran dan kemuliaan.”<br />
Al-Walid berkata, “Maka kukatakan kepada Al-Auza’i, “Lalu bagaimana bacaan meminta ampunnya?” dia menjawab, “Engkau ucapkan saja ‘Astaghfirullah, Astaghfirullah’.” </em>(HR. Muslim no. 591)<br />
Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:<br />
<strong>كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ لَمْ يَقْعُدْ إِلَّا مِقْدَارَ مَا يَقُولُ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ</strong><br />
<em>“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan salam, beliau tidak duduk selain seukuran membaca bacaan “ALLAAHUMMA ANTAS SALAAM, WAMINKAS SALAAM, TABAARAKTA DZAL JALAALIL WAL IKRAAMI (Ya Allah, Engkau adalah Dzat Pemberi keselamatan, dan dari-Mulah segala keselamatan, Maha Besar Engkau Dzat Pemilik kebesaran dan kemuliaan).” </em>(HR. Muslim no. 932)<br />
Mughirah bin Syu’bah pernah berkirim surat kepada Muawiyah dimana dia berkata:<br />
<strong>أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا فَرَغَ مِنْ الصَّلَاةِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ</strong><br />
<em>“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai shalat dan mengucapkan salam, beliau membaca: “LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR, ALLAAHUMMA LAA MAANI’A LIMAA A’THAITA WALAA MU’THIYA LIMAA MANA’TA WALAA YANFA’U DZAL JADDI MINKAL JADD (Tiada sesembahan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah segala kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah, dan tidak bermanfaat pemilik kekayaan, dan dari-Mulah segala kekayaan).”</em> (HR. Al-Bukhari no. 844 dan Muslim no. 593)<br />
Dari Abdullah bin Az-Zubair bahwa seusai shalat setelah salam, beliau sering membaca;<br />
<strong>لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ.<br />
وَقَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ</strong><br />
<em>“LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR, LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH, LAA-ILAAHA ILALLAAH WALAA NA’BUDU ILLAA IYYAAH, LAHUN NI’MATU WALAHUL FADHLU WALAHUTS TSANAA’UL HASAN, LAA-ILAAHA ILLALLAAH MUKHLISIHIINA LAHUD DIINA WALAU KARIHAL KAAFIRUUNA.” (Tiada sesembahan yang hak selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya selaga puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah. Tiada sesembahan yang hak selain Allah, dan Kami tidak beribadah selain kepada-Nya, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, hanya bagi-Nya ketundukan, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukai).”<br />
Dan beliau (Ibnu Az-Zubair) berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu bertahlil dengan kalimat ini setiap selesai shalat.” </em>(HR. Muslim no. 594)<br />
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:<br />
<strong>مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ</strong><br />
<em>“Barangsiapa bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertahmid kepada Allah tiga puluh tiga kali, dan bertakbir kepada Allah tiga puluh tiga kali, hingga semuanya berjumlah sembilan puluh sembilan, dan untuk menggenapkan jadi seratus dia membaca: LAA ILAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIKA LAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA ALA KULLI SYAY`IN QADIR, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan.” </em>(HR. Muslim no. 597)<br />
<span id="more-2034"></span><br />
<strong><br />
Pembahasan Fiqhiah:</strong><br />
Setelah selesai shalat, maka sudah menjadi kebiasaan Rasulullah dan para sahabat beliau untuk berzikir dengan zikir-zikir yang warid dalam hadits-hadits di atas. Di dalam zikir-zikir tersebut mengandung kalimat tauhid, pujian, dan pengagungan kepada Allah, serta permohonan agar dosa-dosa diampuni.<br />
Berzikir setelah shalat merupakan hal yang disunnahkan, karenanya tidak sepantasnya seorang muslim untuk meninggalkannya bagaimanapun keadaannya, walaupun sekedar sebentar dan membaca salah satu dari zikir-zikir di atas.<br />
Tidak ada dalil khusus yang menunjukkan urutan zikir yang satu dibandingkan yang lain, karenanya seorang muslim dibolehkan untuk memulai zikirnya dengan yang manapun dari zikir-zikir di atas.<br />
<br />
<strong>Apakah zikir-zikir ini dibaca dengan jahr atau sir?</strong><br />
Ada dua pendapat di kalangan ulama dalam masalah ini:<br />
<br />
1. Ada yang menyunnahkannya. Ini adalah pendapat Imam Ath-Thabari -dalam sebuah nukilan darinya-, Ibnu Hazm, Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, dan yang difatwakan oleh Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin dan Al-Lajnah Ad-Daimah yang diketuai oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz.<br />
Dalil pendapat pertama adalah hadits Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dimana beliau berkata:<br />
<strong>أن رفع الصوت بالذكر حين ينصرف الناس من المكتوبة كان على عهد النبي صلى الله عليه وسلم وقال ابن عباس كنت أعلم إذا انصرفوا بذلك إذا سمعته</strong><br />
<em>“Mengangkat suara dengan zikir ketika orang-orang selesai shalat wajib adalah hal yang dulunya ada di zaman Nabi .” Ibnu Abbas berkata, “Saya mengetahui selesainya mereka shalat jika saya mendengarnya.”</em> (HR. Al-Bukhari no. 805 dan Muslim no. 583)<br />
Dalam sebuah riwayat, Ibnu Abbas berkata:<br />
<strong>كُنْتُ أَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالتَّكْبِيرِ </strong><br />
<em>“Aku dahulu mengetahui selesainya shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari suara takbir.” </em>(HR. Al-Bukhari no. 806 dan Muslim no. 583)<br />
Ibnu Hazm berkata dalam Al-Muhalla (4/260), “Meninggikan suara ketika berzikir di akhir setiap shalat adalah amalan yang baik.”<br />
Catatan:<br />
Bagi yang menyunnahkan berzikir dengan suara jahr, bukan berarti membolehkan zikir secara berjamaah yang dipimpin oleh satu orang, karena amalan ini merupakan amalan yang bid’ah. Akan tetapi yang mereka maksudkan adalah setiap orang menjahrkan sendiri-sendiri bacaan zikirnya.<br />
Asy-Syathibi berkata dalam Al-I’tisham (1/351), “Berdoa secara berjamaah secara terus-menerus bukanlah amalan Rasulullah , sebagaimana itu juga bukan berasal dari sabda dan persetujuan beliau.”<br />
<br />
2. Hukumnya makruh kecuali jika imam ingin mengajari makmum bacaan zikir. Ini merupakan pendapat Imam Asy-Syafi’i, Ath-Thabari -dalam sebagian nukilan lainnya- dan mayoritas ulama, dan ini yang dikuatkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar, Ibnu Baththal, An-Nawawi, Asy-Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi, Asy-Syaikh Al-Albani.<br />
<br />
Dalil-dalil pendapat kedua:<br />
<br />
a. Allah Ta’ala berfirman:<br />
<strong>ولا تجهر بصلاتك ولا تخافت بها</strong><br />
<em>“Dan janganlah kalian menjahrkan shalat kalian dan jangan pula merendahkannya.”</em><br />
Maksudnya: Janganlah kalian meninggikan suara kalian dalam berdoa dan jangan pula merendahkan suaramu sampai-sampai kamu sendiri tidak bisa mendengarnya.<br />
<br />
b. Asy-Syaikh Ali Mahfuzh berkata, “Bagaimana boleh suara ditinggikan dalam zikir sementara Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yang bijaksana, “Berdoalah kalian kepada Rabb kalian dalam keadaan merendah dan suara rendah, sesungguhnya Dia tidak mencintai orang-orang yang melampau batas.” Maka mengecilkan suara lebih dekat kepada keikhlasan dan lebih jauh dari riya`.” (Al-Ibda’ fii Madhaarr Al-Ibtida’ hal. 283)<br />
<br />
c. Dari Abu Musa Al-Asy’ari beliau berkata:<br />
<strong>كنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فكنا إذا أشرفنا على واد هللنا وكبرنا ارتفعت أصواتنا فقال النبي صلى الله عليه وسلم يا أيها الناس اربَعوا على أنفسكم فإنكم لا تدعون أصم ولا غائبا إنه معكم إنه سميع قريب تبارك اسمه وتعالى جده</strong><br />
<em>“Kami pernah bersama Rasulullah (dalam perjalanan). Jika kami mendaki bukit maka kami bertahlil dan bertakbir hingga suara kami meninggi. Maka Nabi bersabda, “Wahai sekalian manusia, kasihanilah (baca: jangan paksakan) diri-diri kalian, karena sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Zat yang tuli dan juga tidak hadir. Sesungguhnya Dia -yang Maha berkah namanya dan Maha tinggi kemuliaannya- mendengar dan dekat dengan kalian.” </em>(HR. Al-Bukhari no. 2830 dan Muslim no. 2704)<br />
Al-Hafizh berkata dalam Al-Fath (6/135), “At-Thabari berkata: Dalam hadits ini terdapat keterangan dibencinya meninggikan suara ketika berdoa dan berzikir. Ini adalah pendapat segenap para ulama salaf dari kalangan sahabat dan tabi’in.”<br />
<br />
d. Berzikir dengan suara jahr akan mengganggu orang lain yang juga sedang berzikir, bahkan bisa mengganggu orang yang masbuk. Apalagi di zaman ini hampir tidak ditemukan satupun masjid kecuali ada yang masbuk di dalamnya, illa ma sya`allah.<br />
<br />
e. Imam berzikir dengan suara jahr akan membuka wasilah kepada bid’ah zikir dan doa berjamaah.<br />
Pendapat yang lebih mendekati kebenaran dalam masalah ini adalah pendapat Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berdasarkan dalil-dalil yang tersebut di atas.<br />
Adapun dalil pihak pertama, maka kesimpulan jawaban dari para ulama yang merajihkan pendapat kedua adalah:<br />
<br />
a. Hadits Ibnu Abbas tidaklah menunjukkan bahwa hal itu berlangsung terus-menerus. Karena kalimat ‘<strong>كُنْتُ </strong>(aku dahulu)’ mengisyaratkan bahwa hal ini tidak berlangsung lagi setelahnya. Karenanya Imam Asy-Syafi’i menyatakan bahwa Nabi mengeraskan zikirnya hanya untuk mengajari para sahabat bacaan zikir yang dibaca setelah shalat. Adapun setelah mereka mengetahuinya maka beliaupun tidak lagi mengeraskan bacaan zikirnya. Demikian diterangkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam kaset silsilah Al-Huda wa An-Nur no. 439<br />
<br />
b. Hal ini diperkuat dengan hadits Aisyah riwayat Muslim di atas yang menunjukkan bahwa setelah beliau salam maka beliau tidak duduk di tempatnya kecuali sekedar membaca zikir yang tersebut di atas.<br />
Sebagai penutup, dan sekedar tambahan faidah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah sebagaimana dalam Majmu’ Al-Fatawa (15/15-19) menyebutkan 10 faidah merendahkan suara dalam berdoa dam berzikir. Barangsiapa yang ingin mengetahuinya maka hendaknya dia merujuk kepadanya.<br />
<br />
[Referensi: Kaset Silsilah Al-Huda wa An-Nur no. 206, 439, dan 471, risalah mengenai hukum meninggikan suara zikir setelah shalat oleh Ihsan bin Muhammad Al-Utaibi, dan Majmu’ Al-Fatawa Ibnu Al-Utsaimin 13/247,261]</div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-8957882518513242382012-07-10T19:38:00.000-07:002012-07-10T19:38:40.376-07:00Derita Muslim Rohingya Myanmar: 15.000 Tewas, 21 Masjid Dibakar!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: yellow; color: black;">Rentetan kekejaman terhadap Muslim Rohingnya di Arakan, Myanmar, masih terus berlangsung. Sejauh ini, jumlah<strong> Muslim yang tewas mencapai 15 ribu orang</strong>. Sebanyak <strong>30 ribu Muslim dinyatakan hilang</strong>, sedangkan <strong>5.000 orang lainnya ditahan</strong>, yang kebanyakannya adalah pemuda. Demikian laporan Nahzdatul Mufaqqirin, seperti dirilis EraMuslim, Jum’at (29/6).</span><br />
<span style="background-color: yellow; color: black;">Masjid juga tak luput dari target kekejaman orang-orang Budha Myanmar. Sedikitnya <strong>21 masjid telah dibakar</strong>. Nahzdatul Mufaqqirin merinci, masjid-masjid yang dibakar itu terletak di desa Kemboh, Furam (2 masjid), Zailar (5 masjid), Buhor, Folton, Shun Dori, Dirom, Godubah, Forhali, Noyah, Shel Gara, Honsi, Am Bari, Sinkir, Santoli, dan Bodur.<br />
<span id="more-10444"></span></span><br />
<span style="color: black;"><br />
Selain pembunuhan dan tindak kekejaman yang melukai fisi, kerugian harta dan kehormatan juga dialami Muslim Rohingnya. <strong>Massa Budha dilaporkan merampok dan menjarah desa-desa Muslim di Arakan serta memperkosa sejumlah Muslimah</strong> di sana. Ribuan Muslim yang ketakutan dengan kekejaman yang terus berlangsung, memilih mengungsi ke Bangladesh. Pejabat imigrasi Bangladesh memperkirakan, saat ini terdapat<strong> 300 ribu pengungsi</strong> Rohingya. Mereka memilih Bangladesh dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik.</span><br />
<span style="color: black;">Namun, pengungsian tersebut bukan berarti tanpa masalah. Pekan lalu pihak berwenang Bangladesh memulangkan secara paksa sekitar 2000 orang etnis Rohingya. Selain itu, di daerah pengungsian kondisi para Muslim juga sangat memprihatinkan karena kekurangan makanan dan gangguan kesehatan akibat tempat tinggal yang memprihatinkan. Pekan lalu perahu-perahu Rohingya yang akan mengungsi ke Bangladesh ditembaki, mengakibatkan sebagian penumpang meninggal sebelum berhasil menginjakkan kaki di Bangladesh. [IK/EM/Ar/Hdy/Rpb]</span><br />
<span style="color: black;"><span class="rg_ctlv"><span class="rg_hl uh_hl"><img alt="" class="rg_hi uh_hi alignleft" height="189" src="https://encrypted-tbn0.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQOp-yEv0YY4GVu79Q3MuPbGOt0EQ1F3t9RvKqXUzm7ntBVMuHnOg" style="height: 189px; width: 267px;" width="267" /></span></span><strong><span style="color: red;">BURMA</span> –</strong>Kekerasan di desa-desa Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine (Arakan) di Burma (Myanmar), meliputi pembunuhan, penjarahan, pembakaran, penangkapan masih berlangsung. Badan-badan internasional, seperti PBB, masih tak berdaya menghadapi sekelompok etnis Buddha yang didukung pasukan gabungan ‘keamanan’ Rakhine. Ribuan Muslim Rohingya telah gugur akibat dibantai oleh etnis Rakhine secara brutal. Puluhan ribu lainnya menjadi tunawisma dan sedang menderita kelaparan dan pengobatan di Arakan.</span><br />
<span style="color: black;">Media-media Burma yang pro-Rakhine telah menyebarkan propaganda terkait Muslim Rohingya. Mereka menggambarkan bahwa Muslim Rohingya adalah teroris dan yang membunuh serta membakar rumah-rumah etnis Buddha Arakan. Salah satu bukti bahwa orang-orang etnis Rakhine-lah yang melakukan kekerasan adalah bisa dilihat dari pakaian mereka yang memakai pakaian khas Buddhis atau celana pendek. Perlu diketahui bahwa kebanyakan Muslim Rohingnya, mereka biasa memakai sarung selutut, mungkin sangat jarang yang terlihat memakai celana pendek. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa etnis Buddha menyamar berpakaian seperti Muslim Rohingya, buktinya saja, polisi Burma yang menangkapi para pemuda Rohingya yang kemudian disiksa, mereka diperlengkapi senjata untuk diambil gambar mereka dan disebarkan.</span><br />
<span style="color: black;"><span class="rg_ctlv"><span class="rg_hl uh_hl"><img alt="" class="rg_hi uh_hi alignright" height="174" src="https://encrypted-tbn2.google.com/images?q=tbn:ANd9GcQIas_kF3LXAJ6v5IEv_1PsV2m2DY4qTG6xOysyixfNcZBIqf5J" style="height: 174px; width: 290px;" width="290" /></span></span>Ribuan lainnya terpaksa melarikan diri ke negeri tetangga, Bangladesh, untuk menyelamatkan diri mereka. Sejumlah Muslim berhasil sampai ke Bangladesh dan berdiam diri di kamp pengungsian Lada, di selatan Bangladesh, yang dioperasikan oleh LSM Muslim Inggris yang menyediakan pengobatan dan bantuan makanan. Namun karena keterbatasan, kamp pengungsian dibangun dengan seadanya bahkan tidak layak. Tak semua Muslim Rohingya dapat tinggal di kamp pengungsian, disebabkan ribuan dari mereka telah diusir oleh otoritas Bangladesh karena dianggap ilegal. Sementara sejumlah Muslim juga ditahan oleh polisi-polisi perbatasan dan bahkan dihukum dijemur di atas pasir pantai yang panas.</span><br />
<span style="color: black;">Muslim Rohingya baik yang masih tinggal di Arakan dan sedang mengungsi ke negara tetangga, sedang dalam kondisi kritis, butuh pertolongan segera dari dunia internasional. Hingga kini Muslim Rohingya masih hidup dalam ketakutan.</span><br />
<span style="color: black;"><span class="rg_ctlv"><span class="rg_hl uh_hl"><img alt="" class="rg_hi uh_hi alignleft" height="194" src="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcRUjdZTv-AMEj6qmaleEQo6hTzIuMZRDgt_NYchbco0WZkWKG8h" style="height: 194px; width: 259px;" width="259" /></span></span><span style="color: red;"><strong>Jumlah kematian Muslim di Arakan capai 6000 jiwa</strong></span></span><br />
<span style="color: black;">Kabar pembunuhan, pembakaran, penjarahan, pemerkosaan serta penangkapan Muslim Rohingya di negara bagian Arakan (Rakhine), Burma (Myanmar) masih terdengar. Kekerasan kejam tersebut dilakukan oleh orang-orang kafir Buddha dan pasukan gabungan tentara Burma. Ribuan jiwa Muslim tak bersalah telah gugur (syahid insya Allah) dalam kekerasan yang memuncak akhir-akhir ini.</span><br />
<span style="color: black;">Berdasarkan laporan dari forum Ansar Al-Mujahidin, para saksi mata dari keluarga korban yang terus berkomunikasi melalui telepon, memperkirakan bahwa jumlah kematian Muslim di Arakan dapat mencapai 6000 jiwa hingga saat ini (innalillahi wa innailaihi roji’uun). Sementara belum ada media yang dapat merinci jumlah spesifik korban, mengingat media-media saat ini hanya menerima laporan dari warga Rohingya di Arakan yang selamat dan masih bisa berkomunikasi. Menurut saksi, jumlah-jumlah yang selama ini dinyatakan hanya mewakili bahwa benar-benar terjadi pembantaian brutal terhadap Muslim di Arakan.</span><br />
<span style="color: black;">Selain itu dikatakan bahwa para etnis kafir Buddha telah membunuh ratusan orang Rohingya kemudian melemparkan jasad mereka ke teluk Bengal. Untuk menyembunyikan fakta dan menyebarkan propaganda busuk, para penganut Buddha etnis Rakhine itu menempatkan pakaian-pakaian yang biasa dikenakan warga Buddha kepada Muslim yang meninggal dan mengklaim bahwa mereka adalah jasad orang Buddha yang menjadi korban.</span><br />
<span style="color: black;">Pasukan gabungan Nasaka dan orang-orang Buddha Rakhine juga menangkapi warga-warga Rohingya dari desa-desa mereka yang dapat memimpin penduduk Muslim, kebanyakan pria dewasa atau para pemuda, dibawa ke tempat yang tidak diketahui dan dikabarkan telah tewas tak terlihat oleh penduduk setempat.</span><br />
<span style="color: black;">Lebih jauh lagi, karena kebanyakan yang dibunuh adalah Muslim laki-laki, sehingga banyak Muslim tinggal di rumah mereka tanpa perlindungan dari laki-laki, dan banyak Muslimah serta anak-anak yang melarikan diri menuju perbatasan Bangladesh, namun ironisnya pasukan ‘keamanan’ perbatasan Bangladesh mengirim kembali perahu-perahu mereka ke Myanmar, sehingga orang-orang kafir Buddha menenggelamkan perahu-perahu kaum Muslimin dan membunuh para penumpangnya.</span><br />
<span style="color: black;">Sementara puluhan ribu Muslim Rohingya di kota-kota di Arakan sedang menderita kelaparan karena tidak ada pasokan pangan yang cukup, juga karena toko-toko mereka telah dibakar habis, dan mereka juga menderita karena harus menjadi tunawisma karena rumah-rumah mereka ludes terbakar, hanya tinggal di tempat-tempat pengungsian yang sangat buruk kondisinya.</span><br />
<span style="color: black;">© <a href="http://www.bersamadakwah.com/2012/06/derita-muslim-rohingya-15000-tewas-21.html"><span style="color: black;">Bersamadakwah.com</span></a> dan <a href="http://kabarnet.wordpress.com/2012/06/19/korban-pembantaian-muslim-rohingya-capai-6000-jiwa/"><span style="color: black;">Kabarnet.Wordpress.com</span></a> publish kembali oleh Moslemsunnah.Wordpress.com</span><br />
<span style="color: black;">Artikel Terkait: <a href="http://moslemsunnah.wordpress.com/2012/06/16/doa-untuk-kaum-minoritas-muslimin-di-myanmar/"><span style="color: black;">Do’a Untuk Kaum Minoritas Muslimin di Myanmar </span></a></span><br />
<img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-10447" height="441" src="http://moslemsunnah.files.wordpress.com/2012/07/524085_407722372596226_1243512967_n.jpg?w=500&h=441" title="524085_407722372596226_1243512967_n" width="500" /></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-56823100268000489292012-06-17T15:27:00.000-07:002012-06-17T15:27:14.749-07:00Kisah Seorang Pemuda dan Bidadari Bermata Jeli<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><img alt="" class="alignleft size-thumbnail wp-image-7320" height="192" src="http://artikelmuslimah.files.wordpress.com/2012/05/french-veil-ban-001.jpg?w=150&h=90" title="french-veil-ban-001" width="320" /><br />
<br />
Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di majelis kami, aku pun sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk bersiap-siap sejak Senin pagi. Kemudian saja ada seorang laki-laki membaca ayat, (artinya) <em>‘Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan memberi Surga.’ </em>(At-Taubah: 111). Aku menyambut, “Ya, kekasihku.”<br />
<br />
<br />
Laki-laki itu berkata, “Aku bersaksi kepadamu wahai Abdul Wahid, sesungguhnya aku telah menjual jiwa dan hartaku dengan harapan aku memperoleh Surga.”<br />
Aku menjawab, “Sesungguhnya ketajaman pedang itu melebihi segala-galanya. Dan engkau sajalah orang yang aku sukai, aku khawatir manakala engkau tidak mampu bersabar dan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.”<br />
<br />
Laki-laki itu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli kepada Allah dengan harapan mendapat Surga, mana mungkin jual beli yang aku persaksikan kepadamu itu akan melemah.” Dia berkata, “Nampaknya aku memprihatinkan kemampuan kami semua, …kalau orang kesayanganku saja mampu berbuat, apakah kami tidak?” Kemudian lelaki itu menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah kecuali seekor kuda, senjata dan sekedar bekal untuk perang. Ketika kami telah berada di medan perang dialah laki-laki pertama kali yang tiba di tempat tersebut. Dia berkata, “<em>Assalamu ’alaika</em> wahai Abdul Wahid,” Aku menjawab, “<em>Wa’alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh</em>, alangkah beruntungnya perniagaan ini.”<span id="more-7313"></span><br />
Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa berpuasa di siang hari dan qiyamullail pada malam harinya melayani kami dan menggembalakan hewan ternak kami serta menjaga kami ketika kami tidur, sampai kami tiba di wilayah Romawi.<br />
<br />
Ketika kami sedang duduk-duduk pada suatu hari, tiba-tiba dia datang sambil berkata, “Betapa rindunya aku kepada bidadari bermata jeli.” Kawan-kawanku berkata, “Sepertinya laki-laki itu sudah mulai linglung.” Dia mendekati kami lalu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar lagi, aku sangat rindu pada bidadari bermata jeli.” Aku bertanya, “Wahai saudaraku, siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata jeli itu.” Laki-laki itu menjawab, “Ketika itu aku sedang tidur, tiba-tiba aku bermimpi ada seseorang datang menemuiku, dia berkata, ‘Pergilah kamu menemui bidadari bermata jeli.’ Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah taman di pinggir sebuah sungai yang berair jernih. Di taman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan sangat indah sampai-sampai aku tidak mampu mengungkapkan keindahannya.<br />
<br />
Ketika para pelayan cantik itu melihatku, mereka memberi kabar gembira sambil berkata, ‘Demi Allah, suami bidadari ber-mata jeli itu telah tiba.’ Kemudian aku berkata, ‘<em>Assalamu ‘alaikunna,</em> apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Pelayan cantik itu menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan terus!’<br />
<br />
Aku pun meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah sungai yang mengalir air susu, tidak berubah warna dan rasanya, berada di sebuah taman dengan berbagai perhiasan. Di dalamnya juga terdapat pelayan bidadari cantik dengan mengenakan berbagai perhiasan. Begitu aku melihat mereka aku terpesona. Ketika mereka melihatku mereka memberi kabar gembira dan berkata kepadaku, ‘Demi Allah telah datang suami bidadari bermata jeli.’ Aku bertanya, ‘<em>Assalamualaikunna</em>, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, <em>Waalaikassalam </em>wahai<em>waliyullah</em>, kami ini sekedar budak dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan terus.’<br />
<br />
Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada di sebuah sungai khamr berada di pinggir lembah, di sana terdapat bidadari-bidadari sangat cantik yang membuat aku lupa dengan kecantikan bidadari-bidadari yang telah aku lewati sebelumnya. Aku berkata, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pembantu dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan maju ke depan.’<br />
<br />
Aku berjalan maju, aku tiba di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli di sebuah taman dengan bidadari-bidadari sangat cantik berkilauan wajahnya dan sangat jelita, membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya. Aku bertanya, ‘<em>Assalamu alaikunna</em>, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, ‘Wahai <em>waliyurrahman</em>, kami ini pembantu dan pelayan bidadari jelita, silahkan maju lagi.’<br />
Aku berjalan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di se-buah tenda terbuat dari mutiara yang dilubangi, di depan tenda terdapat seorang bidadari cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu mengungkapka keindahannya. Begitu bidadari itu melihatku dia memberi kabar gembira kepadaku dan memanggil dari arah tenda, ‘Wahai bidadari bermata jeli, suamimu datang!’<br />
Kemudian aku mendekati kemah tersebut lalu masuk. Aku mendapati bidadari itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan dan berlian. Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku dengan berkata, ‘Selamat datang waliyurrahman, telah hampir tiba waktu kita bertemu.’ Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, ‘Sebentar, belum saatnya engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan. Tenanglah, engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku, insya Allah. ‘<br />
<br />
Seketika itu aku bangun dari tidurku wahai Abdul Wahid. Kini aku sudah tidak bersabar lagi, ingin bertemu dengan bida-dari bermata jeli itu.”<br />
Abdul Wahid menuturkan, “Belum lagi pembicaraan kami (cerita tentang mimpi) selesai, kami mendengar pasukan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami pun bergegas meng-angkat senjata begitu juga lelaki itu.<br />
Setelah peperangan berakhir, kami menghitung jumlah para korban, kami menemukan 9 orang musuh tewas dibunuh oleh lelaki itu, dan ia adalah orang ke sepuluh yang terbunuh. Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku lihat, tubuhnya berlu-muran darah sementara bibirnya tersenyum yang mengantarkan pada akhir hidupnya.”<br />
Sumber: 99 Kisah Orang Shalih, Penerbit Darul Haq</div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-7311260401294122422012-05-26T19:15:00.001-07:002012-05-26T19:19:37.581-07:00Akhwat - Akhwat Luar Biasa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><h2 class="date-header"></h2><div class="post-body entry-content"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/akhwat-akhwat-luar-biasa.html"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl1Oh6m1kTE_rrudW_S4nYIBZN5yRKQ8MmB-YZLq-3KXImB8ZrIfmWSBWtfpq0Ffc0lQI4YOTqc-1XfdgZ4gC808RfW8aCGvXGyo10txIqAz7KFmNpA3_mIGS4b7kOl5Ja0JNohW7b1Q/s320/Akhwat+-+Ilustrasi+Wanita+Luar+Biasa.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div style="text-align: justify;">Namanya Ummu Haritsah. Ia mendengar anaknya meninggal dalam perang Badar terkena panah liar. Sebagai seorang ibu, tentu masih ada rasa kehilangan dalam dirinya. Namun ini adalah sosok ibu yang berbeda. Ibu dan wanita yang luar biasa.<br />
<br />
Ummu Haritsah tak puas dengan hanya berita itu. Ia pun datang menghadap Rasulullah. Bukan untuk memastikan anaknya benar-benar telah mati. Tetapi untuk mendapatkan jawaban, apakah kematian anaknya itu tergolong syahid hingga membawanya ke surga, atau justru kematian yang mengantarkan ke neraka.<br />
<br />
"Wahai Rasulullah," tanya Ummu Haritsah begitu berhasil menghadap Nabi, "di manakah posisi Haritsah? Jika di surga, maka saya ridha atas kematiannya. Namun jika di neraka saya akan meratapinya agar siksanya diringankan."<br />
<br />
"Wahai Ummu Haritsah," jawab sang Nabi penuh wibawa, "Sesungguhnya Haritsah anakmu berada di surga Firdaus."<br />
<br />
Subhaanallah. Bukan hanya surga, tetapi surga Firdaus, surga tertinggi, surga terindah. Mendengar itu tenanglah Ummu Haritsah. Kini ia pulang ke rumah dengan senyum merekah dan kebahagiaan yang membuncah.<br />
<br />
*** <br />
<br />
Wanita lainnya bernama Khansa. Khansa binti Amru. Meski wanita, ia ikut dalam barisan jihad melawan pasukan Persia dalam perang Qadisiah. Bersamanya, empat putranya juga turut serta dalam perang yang terkenal itu.<br />
<br />
Khansa membakar semangat putra-putranya. Ia memeperingatkan mereka agar tak gentar, apapun yang terjadi.<br />
<br />
"Kalian telah beragama Islam dengan tulus," katanya dengan nada orasi, "kalian mengikuti kaum Muslimin tanpa ada yang memaksa. Kalian berasal dari satu ibu dan satu ayah. Demi Allah, ayah kalian bukanlah orang yang lemah. Paman-paman kalian juga bukan orang yang lemah."<br />
<br />
Semangat bertempur empat putra perindu surga demikian menggebu. Tanpa rasa takut mereka menyerbu. Pasukan Persia menyambut dengan perlawanan seru. Pedang beradu. Denting suara senjata memenuhi telinga. Lalu satu per satu empat putra Khansa gugur hingga tak tersisa. <br />
<br />
Bukannya sedih atau meratap, dari lisan Khansa terdengar syukur terucap. "Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kesyahidan mereka. Semoga kelak Allah mengumpulkan aku dengan mereka di surga." <br />
<br />
*** <br />
<br />
Wanita-wanita luar biasa. Merekalah yang mampu mendidik putra-putrinya untuk berjihad membela agama. Merekalah yang menanamkan semangat berislam dan memperjuangkannya ke dalam jiwa buah hatinya.<br />
<br />
Wanita-wanita luar biasa. Merekalah madrasah pertama yang mampu mengukir iman dalam hati anak-anaknya yang masih belia. Mencurahkan kasih sayang dan menumbuhkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka juga ikhlas melepas kepergian anak-anak tercinta ke medan juang, lahan jihad dan lapangan kehidupan. <br />
<br />
Masihkah ada wanita-wanita luar biasa seperti Ummu Haritsah dan Khansa? Jawabnya, ada. Setiap zaman masih memungkinkan untuk melahirkan wanita-wanita seperti mereka. Asal kita tahu caranya dan mau mengadopsinya. Dan cara itu telah gamblang dibentangkan Allah dalam Al-Quran dan Rasulullah dalam sunnahnya. Manhaj Qur'ani dan manhaj Nabawi adalah jawabannya. Tarbiyah adalah kuncinya. Insya Allah.</div></div></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-55256823952758957762012-05-25T22:21:00.000-07:002012-05-25T22:21:12.287-07:00Hadist - Hadist Dha'if dan Maudhu' Seputar Bulan RajabHadits Pertama:<br />
<br />
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه كَانَ رسول الله صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ رَجَب قَالَ : « اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ »<br />
<br />
Dari Anas bin Malik radhiyallohu anhu adalah Nabi shallallohu alaihi wa sallam jika sudah berada di bulan Rajab, beliau berdoa: “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan”<br />
<br />
Takhrij :<br />
<br />
Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa imam di kitab hadits mereka, diantaranya :<br />
<br />
1. Imam Thabrani di Al Mu’jam Al Ausath (4/189) dan di kitab Ad Du’a (1/284); lafal hadits di atas sebagaimana yang beliau riwayatkan di Al Ausath<br />
<br />
2. Imam Ahmad di Musnad; Kitab Musnad Bani Hasyim, Bab Bidayah Musnad Abdullah bin Abbas (2342), akan tetapi beliau meriwayatkan dengan lafazh: “…wa baarik lanaa fi Ramadhan”<br />
<br />
3. Baihaqi di Syu’abul Iman (3/375) dan di kitab Fadhoil Al Awqat (1/105)<br />
<br />
4. Bazzar di Musnadnya (2/290)<br />
<br />
5. Ibnu As Sunni di Amal Al Yaum wal Lailah<br />
<br />
6. Abu Muhammad Hasan bin Muhammad Al Khallal di Fadhlu Rajab (no.1)<br />
<br />
Keterangan :<br />
<br />
Dalam sanad hadits ini ada dua perowi yang lemah;<br />
<br />
Pertama : Zaidah bin Abu Ruqad Al Bahili; dia seorang yang munkarul hadits (haditsnya mungkar) sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Bukhari, Nasai, dan Al Hafizh Ibnu Hajar. Abu Hatim Ar Rozi mengatakan, “Dia meriwayatkan dari Ziyad An Numairi dari Anas bin Malik hadits-hadits yang marfu’ namun mungkar…”. Ibnu Hibban di kitabnya Al Majruhin menerangkan, “Dia meriwayatkan hadits-hadits yang mungkar dari perawi-perawi yang terkenal”<br />
<br />
Kedua : Ziyad bin Abdullah An Numairi dia juga seorang yang dinilai lemah oleh Imam Yahya Bin Ma’in, Abu Daud dan Al Hafizh Ibnu Hajar. Abu Hatim berkata : “Haditsnya boleh ditulis namun tidak dijadikan sebagai hujjah”.<br />
<br />
Hadits Kedua :<br />
<br />
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « إنّ في الجَنّةِ نَهْراً يُقالُ لهُ رَجَبٌ, مَاؤُهُ أشَدُّ بَياضاً مِنَ اللَّبَنِ وأحْلَى مِنَ العَسَلِ مَنْ صامَ يَوْماً مِنْ رَجَبٍ سَقاهُ الله مِنْ ذلِكَ النَّهْرِ »<br />
<br />
Dari Anas bin Malik radhiyallohu anhu berkata Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga ada sungai yang disebut dengan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu. Barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan Rajab, Alloh akan memberinya minum dari sungai tersebut.”<br />
<br />
Takhrij :<br />
<br />
Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa imam diantaranya :<br />
<br />
1. Baihaqi dalam Syu’abul Iman (3/367)<br />
<br />
2. Abu Muhammad Hasan bin Muhammad Al Khallal dalam Fadhoil Syahr Rajab (no.3)<br />
<br />
3. Ibnul Jauzi di Al ‘Ilal Al Mutanahiyah (2/255)<br />
<br />
Keterangan :<br />
<br />
Hadits ini lemah karena pada sanadnya terdapat rowi yang bernama Manshur bin Zaid Al Asadi dan Musa bin Umair Al Qurasy.<br />
<br />
Manshur bin Zaid adalah seorang yang majhul dan tidak ada meriwayatkan darinya kecuali Muhammad bin Al Mughiroh. Adapun Musa bi Umair Al Qurasyi dia perowi yang lemah, Imam Abu Hatim mengatakan bahwa haditsnya ditinggalkan dan dia seorang pendusta. Al ‘Uqaili dalam Kitab Adh Dhu’afa Al Kabir mengatakan bahwa haditsnya mungkar. Ibnu Ma’in juga menyebutkan bahwa dia bukan perowi yang diperhitungkan.<br />
<br />
Diantara ulama yang menerangkan kelemahan hadits ini:<br />
<br />
• Imam Ibnul Jauzi dalam kitab beliau Al ‘Ilal Al Mutanahiyah mengatakan tentang hadits ini, “Hadits ini tidak shohih pada sanadnya ada rowi-rowi yang majhul kita tidak mengenali siapa mereka”<br />
<br />
• Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Tabyinul ‘Ajab menyebutkan hadits ini sebagai hadits pertama dari contoh hadits-hadits lemah tentang keutamaan Rajab lalu beliau merinci penjelasan tentang kelemahan periwatannya<br />
<br />
• Al Albani mdnghukumi hadits ini sebagai hadits batil<br />
<br />
Hadits Ketiga :<br />
<br />
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يتم صوم شهر بعد رمضان إلا رجب وشعبان<br />
<br />
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam tidak pernah berpuasa penuh selama sebulan setelah Ramadhan melainkan pada bulan Rajab dan Sya’ban.”<br />
<br />
Takhrij :<br />
<br />
Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa imam, diantaranya :<br />
<br />
1. Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath (9/161)<br />
<br />
2. Baihaqi di Syuabul Iman (3/369)<br />
<br />
3. Al Khallal di Fadhl Syahr Rajab (no.4)<br />
<br />
Keterangan :<br />
<br />
Hadits ini sanadnya dinilai lemah oleh banyak imam diantaranya Imam Baihaqi karena dalam sanadnya terdapat seorang yang bernama Yusuf bin Athiyyah Ash Shoffar padahal hadits ini sebagaimana dikatakan oleh Imam Thabrani tidak ada meriwayatkannya dari Hisyam kecuali Yusuf bin Athiyyah.<br />
<br />
Berikut perkataan para imam tentang Yusuf bin Athiyyah Ash Shoffar :<br />
<br />
• Bukhari berkata, “Munkarul hadits (Haditsnya mungkar)”<br />
<br />
• Nasaai berkata, “Matrukul hadits” (Haditsnya ditinggalkan)<br />
<br />
• Yahya bin Ma’in, “Dia tidak ada apa-apanya”<br />
<br />
• Jauzjani berkata, “Haditsnya tidak terpuji”<br />
<br />
• Ibnu Hibban berkata, “Dia termasuk seorang yang senantiasa membalikkan sanad-sanad; mengganti matan hadits palsu dengan sanad hadits yang shohih lalu dia meriwayatkannya. Tidak boleh sama sekali berhujjah dengannya”<br />
<br />
• Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (3/439) mengatakan bahwa dia seorang yang dhoif (lemah)<br />
<br />
• Dzahabi mengatakan bahwa para ulama telah sepakat akan kelemahannya<br />
<br />
• Ibnu Hajar berkata dalam Tabyin Al ‘Ajab: “Hadits ini mungkar karena Yusuf bin ‘Athiyah seorang yang dha’if jiddan (sangat lemah)”.<br />
<br />
Hadits Keempat :<br />
<br />
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « رَجَبٌ شَهْرُ الله تعالى، وشَعْبانُ شَهْرِي ، وَرَمَضانُ شَهْرُ أُمَّتِي… »<br />
<br />
Dari Anas bin Malik radhiyallohu anhu berkata Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Rajab adalah bulannya Alloh, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulannya ummatku…”<br />
<br />
Takhrij :<br />
<br />
Hadits dikeluarkan oleh Ibnu Asakir di Mu’jamnya (1/114) dan Imam Baihaqi di Fadhoil Al Auqat (1/95)<br />
<br />
Keterangan :<br />
<br />
Hadits ini dinilai sebagai hadits yang maudhu’ (palsu) oleh banyak ulama, diantaranya :<br />
<br />
1. Imam Ibnul Jauzi dalam kitabnya Al Maudhu’at (2/436-438, no. 1008); beliau menyebutkan bahwa para perowi hadits ini tidak dikenal dan terdapat seorang yang bernama Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Jahdham, dia tertuduh sebagai seorang yang pendusta<br />
<br />
2. Ash Shaghani dalam Al Maudhu’at<br />
<br />
3. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Al Manar Al Munif<br />
<br />
4. As Suyuthi dalam Al La-aali Al Mashnu’ah<br />
<br />
5. Ibnu Hajar dalam Tabyiin Al ‘Ajab, beliau berkata : Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr an-Naqqosy al-Mufassir, dan diriwayatkan pula oleh al-Hafizh Abul Fadhl Muhammad bin Nashir di dalam Amali-nya dari an-Naqqosy dengan riwayat yang lengkap -beliau menyebutkan keutamaan setiap hari pada hari-hari di bulan Rajab- lalu Al Hafizh berkata : an-Naqqosy ini adalah seorang pemalsu hadist dan dajjal (pendusta). Imam Abul Khithob Ibnu Dihyah setelah meriwayatkan hadits ini beliau berkata, “hadits ini maudhu’“.<br />
<br />
Hadits Kelima :<br />
<br />
عن أنس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فضل شهر رجب على سائر الشهور كفضل القرآن على سائر الأذكار…».<br />
<br />
Dari Anas “Keutamaan Rajab atas seluruh bulan bagaikan keutamaan al-Qur’an atas seluruh dzikir…”<br />
<br />
Takhrij :<br />
<br />
Ibnu Hajar menyebutkan sanad hadits ini dari Al Hafizh Abu Thohir As Silafi<br />
<br />
Keterangan :<br />
<br />
Hadits ini dimasukkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Tabyinul ‘Ajab sebagai salah satu contoh dari hadits maudhu’ (palsu) tentang keutamaan Rajab, beliau berkata setelah menyebutkan hadits di atas : “Rijal (Para perawi) sanad ini adalah tsiqot (terpercaya) kecuali as-Saqothi, karena ia cacat dan terkenal memalsukan hadits serta membuat sanad… .”<br />
<br />
Hadits Keenam :<br />
<br />
عن أبى سعيد الخدرى رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « رجب شهر الله الأصم، من صام من رجب يوما إيمانا واحتسابا استوجب رضوان الله الأكبر».<br />
<br />
Dari Abu Said Al Khudri “Rajab adalah bulan Allah yang hening (tidak terjadi peperangan karena termasuk bulan Haram). Barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan Rajab dengan penuh keimanan dan mengharap balasan dari Allah, niscaya dia mendapatkan keridhaan Allah terbesar.”<br />
<br />
Keterangan :<br />
<br />
Ibnu Hajar menjelaskan, “Matan hadits ini tidak memiliki asal, dia dibuat oleh Abul Barakat As Saqti lalu dia merangkai isnadnya…”<br />
<br />
Abul Hasan Ibn Arraq dalam At Tanzih Asy Syari’ah mengatakan, “Dalam sanad hadits ini terdapat Abu Harun Al ‘Abdi seorang rawi yang matruk (ditinggalkan) dan yang meriwayatkan darinya ‘Ishom bin Tholiq seorang rowi yang tidak diperhitungkan. Kemungkinan cacat hadits ini berasal dari Abu Harun karena para ulama telah mendustakannya hingga sebagian ulama mengatakan bahwa dia lebih pendusta dari Fir’aun,Wallohu Ta’ala A’lam.<br />
<br />
Asy Syaukani mengatakan dalam sanad haditsnya terdapat dua rowi yang matruk (ditinggalkan)<br />
<br />
Hadits Ketujuh :<br />
<br />
عن أنس مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” من صام ثلاثة أيام من رجب كتب الله له صيام شهر، ومن صام سبعة أيام من رجب أغلق الله سبعة أبواب من النار…<br />
<br />
Dari Anas bin Malik radhiyallohu anhu berkata Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa tiga hari pada bulan Rajab, Alloh akan mencatat baginya puasa sebulan dan barangsiapa yang berpuasa tujuh hari maka Alloh akan menutupkan darinya pintu tujuh neraka…”<br />
<br />
Takhrij :<br />
<br />
Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhu’at dan Abu Syaikh dalam kitan Ats Tsawab<br />
<br />
Keterangan :<br />
<br />
Hadits ini dihukumi sebagai hadits palsu oleh banyak ulama, diantaranya Imam Ibnul Jauzi, Al Hafizh Ibnu Hajar, Suyuthi, Ibnu ‘Arraq dan Imam Syaukani<br />
<br />
Pada sanad Ibnul Jauzi terdapat dua rowi yang sangat lemah yaitu Aban bin Abi ‘Ayyasy dan Amru bin Al Azhar. Berikut ini beberapa perkataan ulama tentang kedua rowi tersebut:<br />
<br />
1. Penilaian ulama tentang Aban :<br />
<br />
• Syu’bah bin Hajjaj pernah berkata, ‘Aku berzina lebih aku suka ketimbang meriwayatkan hadits dari Aban’.<br />
<br />
• Imam Ahmad, Nasaai dan Daraquthni berkata : Matruk (ditinggalkan haditsnya).<br />
<br />
2. Penilaian ulama tentang Amr bin Al Azhar<br />
<br />
• Imam Ahmad berkata : Dia pernah memalsukan hadits<br />
<br />
• Imam Yahya bin Ma’in, Daraquthni dan Dzahabi menyatakan : “Dia pendusta”<br />
<br />
• Nasaai mengatakan : Matruk<br />
<br />
• Ibnu Hibban : “Dia memalsukan hadits dari perowi-perowi yang terpercaya dan tidak halal menyebutkan namanya kecuali untuk dijelaskan cacatnya”<br />
<br />
Adapun sanad Abu Syaikh terdapat seorang yang bernama Husain bin ‘Ulwan, Imam Suyuthi berkata, “Dia pemalsu hadits” dan hukum Suyuthi disetujui oleh Ibnu ‘Arraq<br />
<br />
Hadits Kedelapan :<br />
<br />
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « من صلى المغرب من أول ليلة من رجب، ثم صلى بعدها عشرين ركعة، يقرأ في كل ركعة بفاتحة الكتاب، وقل هو الله أحد مرة، ويسلم فيهن عشر تسليمات، أتدرون ما ثوابه؟ … حفظه الله في نفسه وأهله وماله وولده، وأجير من عذاب القبر، وجاز على الصراط كالبرق بغير حساب ولا عذاب »<br />
<br />
Dari Anas bin Malik radhiyallohu anhu.berkata Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang sholat Maghrib di awal malam bulan Rajab kemudian sholat dua puluh rakaat setelahnya, membaca pada setiap rakaatnya surat al-Fatihah dan qul huwallohu ahad satu kali serta mengucapkan salam sebanyak sepuluh kali salam, tahukah kalian apakah ganjarannya?”… Beliau bersabda : “Alloh akan menjaga dirinya, keluarganya, hartanya dan anaknya, dibebaskannya dari adzab kubur dan dia akan lewat di atas titian bagaikan kilat tanpa hisab dan tanpa adzab.”<br />
<br />
Takhrij :<br />
<br />
Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya Al Maudhu’at<br />
<br />
Keterangan :<br />
<br />
Ibnul Jauzi berkata, “Hadits ini palsu, kebanyakan perowinya majhul (tidak dikenal)<br />
<br />
Silakan baca penjelasan ulama tentang hadits ini di al-Maudhu’at karya Ibnul Jauzi (II/123), Tabyinul ‘Ajab hal. 20 dan al-Fawa`id al-Majmu’ah hal. 47 hadits no. 144.<br />
<br />
Hadits Kesembilan:<br />
<br />
عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من صام يوما من رجب وصلى فيه أربع ركعات، يقرأ في أول ركعة مائة مرة آية الكرسي، وفى الركعة الثانية مائة مرة قل هو الله أحد، لم يمت حتى يرى مقعده من الجنة أو يرى له «<br />
<br />
Dari Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma berkata, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab dan sholat di dalamnya empat rakaat, dia membaca pada rakaat pertama ayat kursi sebanyak 100x dan membaca surat Al Ikhlas sebanyak 100x di rakaat kedua, maka ia tidak akan mati sampai ia melihat tempat duduknya di surga atau diperlihatkan padanya.”<br />
<br />
Takhrij :<br />
<br />
Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhu’at (2/435, no.1007)<br />
<br />
Keterangan :<br />
<br />
Dalam hadits ini terdapat rowi yang bernama Utsman bin’Atho, dia seorang perowi yang telah dilemahkan oleh para ulama diantaranya :<br />
<br />
Yahya bin Ma’in berkata, Lemah dalam periwayatn hadits”<br />
<br />
Amru bin Al Fallas berkata, “Haditsnya mungkar”,<br />
<br />
Ibnul Jauzi mengatakan, Hadits ini palsu yang diatasnamakan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam, kebanyakan perowinya majhul dan Utsman seorang yang matruk (ditinggalkan periwayatannya) oleh para ahli hadits<br />
<br />
Hadits Kesepuluh:<br />
<br />
عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” رجب شهر الله وشعبان شهرى ورمضان شهر أمتى. … لكن لا تغفلوا عن أول ليلة في رجب، فإنها ليلة تسميها الملائكة الرغائب، وذلك أنه إذا مضى بك الليل لا يبقى ملك مقرب في جميع السموات والارض إلا ويجتمعون في الكعبة وحواليها، فيطلع الله عز وجل عليهم إطلاعة فيقول: ملائكتي سلونى ما شئتم، فيقولون يا ربنا حاجتنا إليك أن تغفر لصوام رجب، فيقول الله عزوجل: قد فعلت ذلك. ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: وما من أحد يصوم يوم الخميس أول خميس في رجب، ثم يصلى فيما بين العشاء والعتمة، يعنى ليلة الجمعة، ثنتى عشرة ركعة، يقرأ في كل ركعة فاتحة الكتاب مرة، وإنا أنزلناه في ليلة القدر ثلاث مرات، وقل هو الله أحد اثنتى عشرة مرة، يفصل بين كل ركعتين بتسليمة، فإذا فرغ من صلاته صلى على سبعين مرة، ثم يقول: اللهم صل على محمد النبي الامي وعلى آله، ثم يسجد فيقول في سجوده: سبوح قدوس رب الملائكة والروح سبعين مرة، ثم يرفع رأسه فيقول: رب اغفر لي وارحم وتجاوز عما تعلم إنك أنت العزيز الاعظم سبعين مرة، ثم يسجد الثانية فيقول لثل ما قال في السجدة الاولى، ثم يسأل الله تعالى حاجته، فإنها تقضى.<br />
<br />
Dari Anas bin Malik berkata Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Rajab itu bulannya Alloh, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku… akan tetapi janganlah kalian lalai dari awal waktu di malam Jum’at pada bulan Rajab, karena itu adalah malam yang dinamakan malaikan dengan ar-Ragha`ib. Dan yang demikian ini apabila telah berlalu sepertiga malam tidaklah tersisa seorang malaikatpun di penjuru langit dan bumi melainkan mereka berkumpuk di Ka’bah dan sekitarnya. Lalu muncullah Alloh Azza wa Jalla di hadapan mereka seraya berfirman : “wahai Malaikat-Ku, mintalah kepadaku sekehendak kalian.” Mereka menjawab : “wahai Tuhan kami, keinginan kami kepada-Mu adalah Engkau mengampuni orang yang berpuasa di bilan Rajab.” Alloh Azza wa Jalla berfirman : “Aku telah melakukannya.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “dan tidaklah seorang berpuasa pada hari Kamis, awal Kamis pada bulan Rajab, kemudian ia sholat diantara waktu isya’ hingga pagi yaitu pada malam Jum’at sebanyak dua belas rakaat…dst”<br />
<br />
Keterangan : <br />
<br />
Hadits ini maudhu’, silakan lihat penjelasannya di al-Maudhu’at (II/126), Tabyinul ‘Ajab hal. 25 dan al-Fawa`id al-Majmu’ah oleh asy Syaukani hal. 50 hadits no. 147.<br />
<br />
Hadits Kesebelas :<br />
<br />
عن على بن أبى طالب رضى الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” إن شهر رجب شهر عظيم، من صام منه يوما كتب الله له صوم ألف سنة، ومن صام يومين كتب الله له صيام ألفى سنة، ومن صام ثلاثة أيام كتب الله له صيام ثلاثة ألف سنة، ومن صام من رجب سبعة أيام أغلقت عنه أبواب جهنم، ومن صام منه ثمانية أيام فتحت له أبواب الجنة الثمانية يدخل من أيها شاء، ومن صام منه خمس عشرة يوما بدلت سيئاته حسنات ونادى مناد من السماء: قد غفر الله لك فاستأنف العمل، ومن زاد زاده الله عزوجل “.<br />
<br />
Dari Ali bin Abi Tholib radhiyallohu anhu berkata Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya bulan Rajab itu adalah bulan yang agung. Barangsiapa yang berpuasa padanya sehari saja Alloh mencatat baginya puasa seribu tahun, barangsiapa yang berpuasa dua hari Allah mencatat baginya puasa dua ribu tahun….”<br />
<br />
Keterangan :<br />
<br />
Ibnul Jauzi berkata, “Hadits ini tidak shohih berasal dari Rasulullah shallallohu alaihi wasallam”<br />
<br />
Abu Hatim Ibnu Hibban berkata tentang salah seorang perowi hadits ini, Tidak boleh berhujjah dengan Harun karena dia meriwayatkan riwayat-riwayat mungkar yang banyak hingga orang yang mendengarkannya beranggapan di dalam hatinya bahwa Harun sengaja melakukannya”<br />
<br />
Ibnu Hajar berkata, “Hadits ini tidak diragukan lagi bahwa hadits palsu dan yang tertuduh (memalsukannya) adalah Ishaq bin Ibrahim Al Khuttali. Wallohu Ta’la A’lam wahuwa Waliyyut Taufiq.Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-26836740244794381072012-05-25T17:59:00.002-07:002012-05-25T18:04:53.788-07:00Abu Bakar Ash-Shiddiq (Khalifah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang Pertama)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/abu-bakar-ash-shiddiq-khalifah.html"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRSynDaT_aQqBKmLW2n1GEm2oyk_-0QQQsJPncSPYxRIHPU1Q8L0UkmpDvyMfVO9X0nkuAsg9A3bxZPuLOkO8k6mme8OVIIhmL4IFyx0x_J_JSXyDJY2-FtT-3NLXq-hAXIVNsubfrXnBe/s320/335711_10150384751027945_191057092944_8499437_313192590_o.jpg" width="124" /></a></div><b><br />
<br />
Nama dan Nasab Beliau Radhiallahu ‘Anhu</b> Nama Abu Bakar ash-Shiddiq yang sesungguhnya adalah Abdullah bin Abu Quhafah – Usman – bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek yang keenam.<br />
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah.<br />
Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq dijuluki Atiq, karena wajahnya yang <span id="more-507"></span>cakep dan gagah (sebagaimana hal itu dikatakan oleh Ibnu Ma’in, al-Laits bin Sa’ad dan juga oleh putrinya Aisyah radhiallahu ‘anhum). Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.<br />
Mus’ab bin az-Zubair berkata, ‘Segenap ummah telah ijma’ tentang gelar yang diberikan kepada beliau radhiallahu ‘anhu dengan ‘Ash-Shiddiq’ adalah karena beliau selalu membenarkan apa yang diberitakan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam’.<br />
<br />
<b>Kelahiran dan Pertumbuhan Beliau</b><br />
Beliau dilahirkan dua tahun beberapa bulan setelah lahirnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tumbuh di kota Makkah, dan beliau tidak meninggalkan kota tempat tinggalnya kecuali untuk tujuan berdagang. Beliau adalah penghulu suku Quraisy, dan ahlu syura diantara mereka pada zaman jahiliyah.<br />
Dan beliau juga terkenal sebagai orang yang meninggalkan khomr pada masa jahiliyah, ketika beliau ditanya :’Apaka engkau pernah meminum khomr dimasa jahiliyah ? beliau menjawab : A’udzubillah (aku berlindung kepada Allah), kemudian beliau ditanya lagi, ‘Kenapa?’ , beliau menjawab : aku menjaga dan memelihara muru’ahku (kehormatanku), apabila aku minum khomr maka hal itu akan menghilangkan kehormatan dan muru’ahku. (lihat : Tarikh al-Khulafa’, hal: 32)<br />
<br />
<b>Karakter Fisik dan Akhlak Beliau</b><br />
Abu Bakar adalah orang yang bertubuh kurus, berkulit putih. ‘Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya (sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam warna matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan innai maupun katam.”<br />
Begitulah karakteristik fisik beliau. Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakal kepada Allah dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga allah meridhainya. Akan diterangkan setelah ini hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.<br />
<br />
<b>Kisah Keislaman Beliau</b><br />
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripada beliau, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali masuk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.<br />
Ternyata keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingakn dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu anhum.<br />
Di awal keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal radhiyallahu anhu. Beliau selalu mengiringi Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam selama di Makkah, bahkan dia lah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi di dalam gua dalam perjalanan hijrah hingga sampai ke kota Madinah. Di samping itu beliau juga mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rosulullahu shalallahu ‘alaihi wa sallam baik perang Badar, Uhud, Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.<br />
<br />
<b>Istri-Istri dan Anak-Anak Beliau</b><br />
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.<br />
Beliau juga menikah dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.<br />
Beliau juga menikah dengan Asma’ binti Umais bin ma’add bin Taim al-Khatts’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.<br />
Beliau juga menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.<br />
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasullullah shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah shalallahu ‘alihi wa sallam. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Khultsum setelah wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.<br />
<br />
<b>Beberapa Keutamaan Beliau</b><br />
Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu anhu sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun disni akan dinukilkan sebagian apa yang telah di ringkas oleh Doktor Muhammad as-Sayyid al-Wakil dalam kitabnya “Jaulah Tarikhiyah fi ‘asri al-khulafa’ ar-Rasyidin”, dan beberapa kitab lainnya, diantaranya adalah :<br />
*Para Ulama Ahlus Sunnah telah ijma’ bahwa manusia termulia setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin Khaththab, kemudian utsman bin Affan, kemudian ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian sepuluh orang sahabat yang di khabarkan masuk surga, kemudian seluruh sahabat yang mengikuti perang Badar (ahlu badar), kemudian para sahabat yang mengikuti perang Uhud, kemudian para sahabat yang mengikuti Ba’iat Ridwan (ahlu bai’at), kemudian sahabat-sahabat lainnya yang tidak termasuk sebelumnya.<br />
* Imam al-Bukhari meriwayatka dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata, ‘Kami memilih orang-orang di masa nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami memilih Abu Bakar kemudian Umar, kemudian Utsman’. Dan Imam Ath-Thabari menambahkan di kitabnya ‘Al-Kabir’ maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui hal itu dan berkata : “Tidaklah seorang nabi pun kecuali ia memiliki dua wazir (pendamping) dari penduduk langit dan dua wazir dari penduduk bumi, adapun pendampingku dari penduduk langit adalah malaikat Jibril dan Mika’il, sedangkan pendampingku dari penduduk bumi adalah Abu Bakar dan Umar”.<br />
* Dan Abu Ya’la menluarkan dari ‘Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ Jibril baru saja datang kepadaku, maka aku berkata : wahai Jibril khabarkan kepada saya tentang keutamaan Umar bin Khaththab, ia (Jibril) menjawab, ‘kalaulah aku berbicara tentang keutamaan Umar selama – lamanya Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya – niscaya aku belum selesai dari membicarakan keutamaan Umar, dan sesungguhnya keutamaan-keutamaan yang dimiliki Umar hanyalah satu hasanah (kebaikan) dari kebaikan-kebaikan yang dimiliki Abu Bakar”.<br />
* Beliau Adalah Sahabat Yang Menemani Rasulullahu ‘alaihi wa sallam di Gua ketika Hijrah. Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 40 yang artinya, “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua , diwaktu dia berkata kepada temannya, janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.”(at-Taubah: 40). ‘Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan , “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”<br />
* Diriwayatkan dari al-Barra’ bin Azib, ia berkata, “Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 dirham, maka Abu Bakar berkata kepada ‘Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mangantarkan hewan tersebut.” Maka ‘Azib berkata, “Tidak, hingga engkau menceritakan perjalananmu bersama Rosulullah ketka keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian.”<br />
* Abu Bakar berkata, “Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga datang waktu dhuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat istirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan tikar untuk Nabi shalallahu ‘alihi wa sallam, kemudian aku katakan kepadanya,”Istirahatlah wahai Nabi Allah.” Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengintai. Tiba-tiba aku melihat ada seorang penggembala kambing sedang mengiring kambingnya kebawah teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya padanya, ”Siapa tuanmu wahai budak?” Dia menjawab, “Budak milik si Fulan, seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya kemudian kutanyakan, “Apakah kambingmu memiliki susu?” Dia menjawab , “Ya” lantas kukatakan, “Maukah engkau memeras untuk kami?” Dia menjawab, “Ya” Maka dia mengambil salah s`tu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan dia agar membersihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan debu, maka dia menepuk kedua telapak tangannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibalut kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu ke tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya, “Minumlah wahai Rasulullah.” Maka beliau mulai minum hingga kulihat beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, “Bukankah kita akan segera kembali ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya!” akhirnya kami melanjutkan perjalanan sementara orang-orang musyrik terus menerus mencari kami, tidak satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syam yang mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullah, “Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah,” namun beliau menjawab, “Jangan khawatir, sesungguhnya Allah bersama kita.”<br />
Diriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar radhiyallahu anhu beliau berkata, “Kukatakan kepada nabi shalallahu ‘alihi wa sallam ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja mereka (orang-orang musyrikin) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat.’ Rasul menjawab, “Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga.”<br />
<br />
<b>Masa Kekhalifahan Beliau</b><br />
Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu` anha, bahwa ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau yang berada di daerah Sunh. Beliau turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian berkata : “demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : “duduklah wahai Umar!” Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata : “Amma bad`du, barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah telah berfirman :<br />
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)<br />
Ibnu Abbas radhiyallahu` anhuma berkata : “demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”<br />
Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata : bahwa Umar ketika itu berkata : “Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi memang sudah meninggal.”<br />
Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar berkata : “maka orang-orang menabahkan hati mereka sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah” mereka berkata : “Dari kalangan kami (Anshor) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!” maka Abt Bakar, Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar. Dalam hal ini Umar berkata : “Demi Allah, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya” Kemudian Abu Bakar bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau berkata : “Kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri.” Habbab bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi Allah kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.” Abu Bakar menjawab : “Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia dan paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh.”Maka Umar menyela : “Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai Rasulullah.” Umar lalu memegang tangan Abu Bakar dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu ada seorang yang berkata : “kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah).” Maka Umar berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)<br />
Menurut `ulama ahli sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata : “sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata : “tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.<br />
Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. beliau memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) : “ini putramu (telah datang)!”<br />
Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata : “wahai ayahku, janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.<br />
Setelah itu*datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar : “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata : “wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata : “Wahai ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata : “Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?” Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.<br />
<br />
<b>Wafat Beliau</b><br />
Menurut para `ulama ahli sejarah Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia beliau ketika meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, dan Thalhah bin Ubaidillah.<br />
<br />
Sumber :<br />
Lihat : Tarikh al-Khulafa’, Jaulah Tarikhiyah fi ‘Asri al-Khulafa’ ar-Rasyidin karya DR. Muhammad as-Sayyid al-Wakil, Al-Bidayah wan Nihayah, Masa Khulafa’ur Rasyidin Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir. – Shifatush-Shofwah karya Ibnul Jauzi. Dan lainnya</div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-61397509138590297822012-05-25T17:45:00.001-07:002012-05-25T17:47:02.172-07:00Kisah Adzan Terakhir Bilal bin Rabah Radiyallahu Anhu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJX6Z1BohnizRm746A3m3Hf_x-QM9PNmc7oqjo05Uh5bIfbHpYzL7-5dnb4aYX1ljx-S2-sfy7ciMyH_tAuptnNrm0Ut476oRuxmK4O-rVecKUIqsMJyhbAh2m-jKp0hOMKKPIhTmtWuQT/s1600/islam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJX6Z1BohnizRm746A3m3Hf_x-QM9PNmc7oqjo05Uh5bIfbHpYzL7-5dnb4aYX1ljx-S2-sfy7ciMyH_tAuptnNrm0Ut476oRuxmK4O-rVecKUIqsMJyhbAh2m-jKp0hOMKKPIhTmtWuQT/s320/islam.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Pada waktu dhuha di hari Senin 12 Rabi’ul Awal 11 H (hari wafatnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam) masuklah putri beliau Fathimah radhiyallahu anha ke dalam kamar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, lalu dia menangis saat masuk kamar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia masuk menemui Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau berdiri dan menciumnya di antara kedua matanya, akan tetapi sekarang beliau tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda kepadanya: ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu di telinganya, maka dia pun menangis. Kemudian beliau bersabda lagi untuk kedua kalinya:” Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu sekali lagi, maka diapun tertawa.<br />
Maka setelah kematian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, mereka bertanya kepada Fathimah : “Apa yg telah dibisikkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepadamu sehingga engkau menangis, dan apa pula yang beliau bisikkan hingga engkau tertawa?” Fathimah berkata: ”Pertama kalinya beliau berkata kepadaku: ”Wahai Fathimah, aku akan meninggal malam ini.” Maka akupun menangis. Maka saat beliau mendapati tangisanku beliau kembali berkata kepadaku:” Engkau wahai Fathimah, adalah<span id="more-4102"></span> keluargaku yg pertama kali akan bertemu denganku.” Maka akupun tertawa.<br />
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil Hasan dan Husain, beliau mencium keduanya dan berwasiat kebaikan kepada keduanya. Lalu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil semua istrinya, menasehati dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat. Beliau mengulang-ulang wasiat itu.<br />
Lalu rasa sakitpun terasa semakin berat, maka beliau bersabda:” Keluarkanlah siapa saja dari rumahku.” Beliau bersabda:” Mendekatlah kepadaku wahai ‘Aisyah!” Beliaupun tidur di dada istri beliau ‘Aisyah radhiyallahu anha. ‘Aisyah berkata:” Beliau mengangkat tangan beliau seraya bersabda:” Bahkan Ar-Rafiqul A’la bahkan Ar-Rafiqul A’la.” Maka diketahuilah bahwa disela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la.<br />
Masuklah malaikat Jibril alaihis salam menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seraya berkata:” Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” Maka beliau berkata kepadanya:” Izinkan untuknya wahai Jibril.” Masuklah malaikat Maut seraya berkata:” Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di Akhirat.” Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:” Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la (Teman yang tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu :para nabi, para shiddiqiin, orang-orang yg mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yang sebaik-baiknya.”<br />
<br />
‘Aisyah menuturkan bahwa sebelum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya, dan dia mendengarkan beliau secara seksama, beliau berdo’a:<br />
“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la.” Berdirilah malaikat Maut disisi kepala Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam- sebagaimana dia berdiri di sisi kepala salah seorang diantara kita- dan berkata:” Wahai roh yang bagus, roh Muhammad ibn Abdillah, keluarlah menuju keridhaan Allah, dan menuju Rabb yang ridha dan tidak murka.”<br />
<br />
Sayyidah ‘Aisyah berkata:”Maka jatuhlah tangan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.” Dia berkata:”Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, tidak ada yang kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yang disana ada para sahabat, dan kukatakan:” Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.” Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu terduduk karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan radhiyallahu anhu seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kanan dan kekiri. Adapun Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu berkata:” Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa alaihis salam pergi untuk menemui Rabb-Nya.” Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar radhiyallahu anhu, dia masuk kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, memeluk beliau dan berkata:”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata : ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”<br />
<br />
Keluarlah Abu Bakar menemui manusia dan berkata:” Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.” Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”<br />
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah orang yang paling mulia, orang yg paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi kiat tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.<br />
<br />
Langit Madinah kala itu mendung. Bukan mendung biasa, tetapi mendung yang kental dengan kesuraman dan kesedihan. Seluruh manusia bersedih, burung-burung enggan berkicau, daun dan mayang kurma enggan melambai, angin enggan berhembus, bahkan matahari enggan nampak. Seakan-akan seluruh alam menangis, kehilangan sosok manusia yang diutus sebagai rahmat sekalian alam. Di salah satu sudut Masjid Nabawi, sesosok pria yang legam kulitnya menangis tanpa bisa menahan tangisnya.<br />
Waktu shalat telah tiba.<br />
Bilal bin Rabah, pria legam itu, beranjak menunaikan tugasnya yang biasa: mengumandangkan adzan.<br />
“Allahu Akbar, Allahu Akbar…”<br />
Suara beningnya yang indah nan lantang terdengar di seantero Madinah. Penduduk Madinah beranjak menuju masjid. Masih dalam kesedihan, sadar bahwa pria yang selama ini mengimami mereka tak akan pernah muncul lagi dari biliknya di sisi masjid.<br />
“Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha ilallah….”<br />
Suara bening itu kini bergetar. Penduduk Madinah bertanya-tanya, ada apa gerangan. Jamaah yang sudah berkumpul di masjid melihat tangan pria legam itu bergetar tak beraturan.<br />
“Asy…hadu.. an..na.. M..Mu..mu..hammmad…”<br />
Suara bening itu tak lagi terdengar jelas. Kini tak hanya tangan Bilal yang bergetar hebat, seluruh tubuhnya gemetar tak beraturan, seakan-akan ia tak sanggup berdiri dan bisa roboh kapanpun juga. Wajahnya sembab. Air matanya mengalir deras, tidak terkontrol. Air matanya membasahi seluruh kelopak, pipi, dagu, hingga jenggot. Tanah tempat ia berdiri kini dipenuhi oleh bercak-bercak bekas air matanya yang jatuh ke bumi. Seperti tanah yang habis di siram rintik-rintik air hujan.<br />
Ia mencoba mengulang kalimat adzannya yang terputus. Salah satu kalimat dari dua kalimat syahadat. Kalimat persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Rasul ALLAH.<br />
“Asy…ha..du. .annna…”<br />
Kali ini ia tak bisa meneruskan lebih jauh.<br />
Tubuhnya mulai limbung.<br />
Sahabat yang tanggap menghampirinya, memeluknya dan meneruskan adzan yang terpotong.<br />
Saat itu tak hanya Bilal yang menangis, tapi seluruh jamaah yang berkumpul di Masjid Nabawi, bahkan yang tidak berada di masjid ikut menangis. Mereka semua merasakan kepedihan ditinggal Kekasih ALLAH untuk selama-lamanya. Semua menangis, tapi tidak seperti Bilal.<br />
Tangis Bilal lebih deras dari semua penduduk Madinah. Tak ada yang tahu persis kenapa Bilal seperti itu, tapi Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu anhu tahu.<br />
Ia pun membebastugaskan Bilal dari tugas mengumandangkan adzan. Saat mengumandangkan adzan, tiba-tiba kenangannya bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkelabat tanpa ia bisa membendungnya. Ia teringat bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memuliakannya di saat ia selalu terhina, hanya karena ia budak dari Afrika. Ia teringat bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjodohkannya. Saat itu Rasulullah meyakinkan keluarga mempelai wanita dengan berkata, “Bilal adalah pasangan dari surga, nikahkanlah saudari perempuanmu dengannya”.<br />
Pria legam itu terenyuh mendengar sanjungan Sang Nabi akan dirinya, seorang pria berkulit hitam, tidak tampan, dan mantan budak.<br />
Kenangan-kenangan akan sikap Rasul yang begitu lembut pada dirinya berkejar-kejaran saat ia mengumandangkan adzan. Ingatan akan sabda Rasul, “Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.” lalu ia pun beranjak adzan, muncul begitu saja tanpa ia bisa dibendung.<br />
Kini tak ada lagi suara lembut yang meminta istirahat dengan shalat. Bilal pun teringat bahwa ia biasanya pergi menuju bilik Nabi yang berdampingan dengan Masjid Nabawi setiap mendekati waktu shalat. Di depan pintu bilik Rasul, Bilal berkata, “Saatnya untuk shalat, saatnya untuk meraih kemenangan. Wahai Rasulullah, saatnya untuk shalat.”<br />
Kini tak ada lagi pria mulia di balik bilik itu yang akan keluar dengan wajah yang ramah dan penuh rasa terima kasih karena sudah diingatkan akan waktu shalat. Bilal teringat, saat shalat ‘Ied dan shalat Istisqa’ ia selalu berjalan di depan. Rasulullah dengan tombak di tangan menuju tempat diselenggarakan shalat. Salah satu dari tiga tombak pemberian Raja Habasyah kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Satu diberikan Rasul kepada Umar bin Khattab, satu untuk dirinya sendiri, dan satu ia berikan kepada Bilal. Kini hanya tombak itu saja yang masih ada, tanpa diiringi pria mulia yang memberikannya tombak tersebut. Hati Bilal makin perih. Seluruh kenangan itu bertumpuk-tumpuk, membuncah bercampur dengan rasa rindu dan cinta yang sangat pada diri Bilal. Bilal sudah tidak tahan lagi. Ia tidak sanggup lagi untuk mengumandangkan adzan.<br />
Abu Bakar tahu akan perasaan Bilal. Saat Bilal meminta izin untuk tidak mengumandankan adzan lagi, beliau mengizinkannya. Saat Bilal meminta izin untuk meninggalkan Madinah, Abu Bakar kembali mengizinkan. Bagi Bilal, setiap sudut kota Madinah akan selalu membangkitkan kenangan akan Rasul, dan itu akan semakin membuat dirinya merana karena rindu. Ia memutuskan meninggalkan kota itu. Ia pergi ke Damaskus bergabung dengan mujahidin di sana. Madinah semakin berduka. Setelah ditinggal al-Musthafa, kini mereka ditinggal pria legam mantan budak tetapi memiliki hati secemerlang cermin.<br />
Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”<br />
Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”<br />
Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam wafat.”<br />
Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan adzan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Radhiallahu ‘anhu setelah terpisah cukup lama.<br />
Jazirah Arab kembali berduka. Kini sahabat terdekat Muhammad shalallahu alaihi wasallam, khalifah pertama, menyusulnya ke pangkuan Ilahi. Pria yang bergelar Al-Furqan menjadi penggantinya. Umat Muslim menaruh harapan yang besar kepadanya. Umar bin Khattab berangkat ke Damaskus, Syria. Tujuannya hanya satu, menemui Bilal dan membujuknya untuk mengumandangkan adzan kembali. Setelah dua tahun yang melelahkan; berperang melawan pembangkang zakat, berperang dengan mereka yang mengaku Nabi, dan berupaya menjaga keutuhan umat; Umar berupaya menyatukan umat dan menyemangati mereka yang mulai lelah akan pertikaian. Umar berupaya mengumpulkan semua muslim ke masjid untuk bersama-sama merengkuh kekuatan dari Yang Maha Kuat. Sekaligus kembali menguatkan cinta mereka kepada Rasul-Nya.<br />
Umar membujuk Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan. Bilal menolak, tetapi bukan Umar namanya jika khalifah kedua tersebut mudah menyerah. Ia kembali membujuk dan membujuk.<br />
“Hanya sekali”, bujuk Umar. “Ini semua untuk umat. Umat yang dicintai Muhammad, umat yang dipanggil Muhammad saat sakaratul mautnya. Begitu besar cintamu kepada Muhammad, maka tidakkah engkau cinta pada umat yang dicintai Muhammad?” Bilal tersentuh. Ia menyetujui untuk kembali mengumandangkan adzan. Hanya sekali, saat waktu Subuh..<br />
Hari saat Bilal akan mengumandangkan adzan pun tiba.<br />
Berita tersebut sudah tersiar ke seantero negeri. Ratusan hingga ribuan kaum muslimin memadati masjid demi mendengar kembali suara bening yang legendaris itu.<br />
“Allahu Akbar, Allahu Akbar…”<br />
“Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha illallah…”<br />
“Asyhadu anna Muhammadarrasulullah…”<br />
…<br />
Sampai di sini Bilal berhasil menguatkan dirinya. Kumandang adzan kali itu beresonansi dengan kerinduan Bilal akan Sang Rasul, menghasilkan senandung yang indah lebih indah dari karya maestro komposer ternama masa modern mana pun jua. Kumandang adzan itu begitu menyentuh hati, merasuk ke dalam jiwa, dan membetot urat kerinduan akan Sang Rasul. Seluruh yang hadir dan mendengarnya menangis secara spontan.<br />
“Asyhadu anna Muhammadarrasulullah…”<br />
Kini getaran resonansinya semakin kuat. Menghanyutkan Bilal dan para jamaah di kolam rindu yang tak berujung. Tangis rindu semakin menjadi-jadi. Bumi Arab kala itu kembali basah akan air mata.<br />
“Hayya ‘alash-shalah, hayya ‘alash-shalah…”<br />
Tak ada yang tak mendengar seruan itu kecuali ia berangkat menuju masjid.<br />
“Hayya `alal-falah, hayya `alal-falah…”<br />
Seruan akan kebangkitan dan harapan berkumandang. Optimisme dan harapan kaum muslimin meningkat dan membuncah.<br />
“Allahu Akbar, Allahu Akbar…”<br />
Allah-lah yang Maha Besar, Maha Perkasa dan Maha Berkehendak. Masihkah kau takut kepada selain-Nya? Masihkah kau berani menenetang perintah-Nya?<br />
“La ilaha illallah…”<br />
Tiada tuhan selain ALLAH. Jika engkau menuhankan Muhammad, ketahuilah bahwa ia telah wafat. ALLAH Maha Hidup dan tak akan pernah mati.<br />
…<br />
…<br />
…<br />
…<br />
Namanya adalah Bilal bin Rabah, Muadzin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya.<br />
Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam).<br />
Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.<br />
Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.<br />
Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun.<br />
Orang-orang Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.<br />
Sementara itu, Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.<br />
Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.<br />
Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”<br />
Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”<br />
Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.<br />
Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.<br />
Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas.<br />
Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”<br />
Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”<br />
Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.”<br />
Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”<br />
Setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal Rodhiallahu ‘anhu. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr. Malangnya, mereka terkena penyakit demam. Apabila demamnya agak reda, Bilal melantunkan gurindam kerinduan dengan suaranya yang jernih :<br />
Duhai malangnya aku, akankah suatu malam nanti<br />
Aku bermalam di Fakh dikelilingi pohon idzkhir dan jalil<br />
Akankah suatu hari nanti aku minum air Mijannah<br />
Akankah aku melihat lagi pegunungan Syamah dan Thafil<br />
Tidak perlu heran, mengapa Bilal begitu mendambakan Mekah dan perkampungannya; merindukan lembah dan pegunungannya, karena di sanalah ia merasakan nikmatnya iman. Di sanalah ia menikmati segala bentuk siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Di sanalah ia berhasil melawan nafsu dan godaan setan.<br />
Bilal tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi.<br />
Selalu bersamanya saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.<br />
Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muadzin) dalam sejarah Islam.<br />
Biasanya, setelah mengumandangkan adzan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “Hayya ‘alash sholaati hayya ‘alal falaahi…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.<br />
Suatu ketika, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam kesempatan dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat melakukan shalat di luar masjid.<br />
Bilal menyertai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi janji-Nya dan menolong tentara-Nya. Ia juga melihat langsung tewasnya para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan hebat. Ia melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras karena tusukan tombak orang-orang yang mereka siksa dahulu.<br />
Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama ’sang pengumandang panggilan langit’, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muadzin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.<br />
Shalat Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam saat itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya menyaksikan pemandangan yang agung itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal bin Rabah agar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana. Bilal melaksanakan perintah Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan senang hati, lalu mengumandangkan azan dengan suaranya yang bersih dan jelas.<br />
Ribuan pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan lidah mengikuti kalimat adzan yang dikumandangkannya. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.<br />
Saat adzan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”.<br />
Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.<br />
Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Mekah..<br />
Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”<br />
AI-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”<br />
Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, “Aku tidak mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah.”<br />
Bilal menjadi muadzin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”<br />
…<br />
Tahun 20 Hijriah. Bilal terbaring lemah di tempat tidurnya. Usianya saat itu 70 tahun. Sang istri di sampingnya tak bisa menahan kesedihannya. Ia menangis, menangis dan menangis. Sadar bahwa sang suami tercinta akan segera menemui Rabbnya. “Jangan menangis,” katanya kepada istri. “Sebentar lagi aku akan menemui Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan sahabat-sahabatku yang lain. Jika ALLAH mengizinkan, aku akan bertemu kembali dengan mereka esok hari.” Esoknya ia benar-benar sudah dipanggil ke hadapan Rabbnya. Pria yang suara langkah terompahnya terdengar sampai surga saat ia masih hidup, berada dalam kebahagiaan yang sangat. Ia bisa kembali bertemu dengan sosok yang selama ini ia rindukan. Ia bisa kembali menemani Rasulullah, seperti sebelumnya saat masih di dunia.</div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-77981245036413142502012-05-24T02:06:00.001-07:002012-05-24T02:13:36.283-07:00Waspada Pembajakan Opini Publik oleh Yahudi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/waspada-pembajakan-opini-publik-oleh.html"><span style="font-size: small;"><img alt="" border="0" height="281" mce_src="http://1.bp.blogspot.com/-HIMEXI4D-VQ/TxDO_mqSR8I/AAAAAAAAByc/gRi7tuPpQOM/s400/waspada+pembajakan+opini+publik+oleh+yahudi%252C+save-islam.com.jpg" src="http://1.bp.blogspot.com/-HIMEXI4D-VQ/TxDO_mqSR8I/AAAAAAAAByc/gRi7tuPpQOM/s400/waspada+pembajakan+opini+publik+oleh+yahudi%252C+save-islam.com.jpg" style="border-width: 0px;" width="400" /></span></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="separator" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" mce_name="em" mce_style="font-style: italic;" style="font-size: small; font-style: italic;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kita harus memaksa pemerintah-pemerintah non-Yahudi untuk mengambil langkah-langkah sesuai dengan rencana-rencana kita yang mulai mendekati keberhasilan, dengan membidikkan <span class="Apple-style-span" mce_name="strong" mce_style="font-weight: bold;" style="font-weight: bold;">tekanan terhadap opini publik</span> yang diorganisir secara rahasia oleh kita dengan bantuan “kekuatan besar” pers. Dengan bebearapa pengecualian yang tidak berarti, keberhasilan itu sudah ada ditangan kita (Protokol VII, The International Jew)</span></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;">Kutipan diatas saya ambil dari terjemahan buku karya Henry Ford (salah satu tokoh terpenting sejarah Amerika modern) yang berjudul “The International Jew, membongkar Makar Zionisme internasional”. Dalam buku tersebut kita akan mengetahui betapa dunia saat ini benar-benar dalam kendali Yahudi. Baik dari segi ideologi, media, fashion, bahkan revolusi-revolusi yang terjadi. Yahudi menciptakan dua ideologi yang “seakan-akan” bertentangan, yaitu sosialisme dan kapitalisme. Mereka membuat itu agar jika dukungan publik mengarah pada kapitalisme maka Yahudi bisa menguasai, dan jika dukungan publik mengarah pada sosialisme maka yahudi tetap menguasai.</span></div></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;">Dalam mencapai tujuannya, Yahudi akan menggunakan segala cara. Termasuk menjatuhkan mitranya. Sebab bagi mereka, selain Yahudi adalah binatang. Ketika sudah tidak berguna lagi, maka mitranya tersebut akan dibuang dan digantikan dengan mitranya yang baru. Kita lihat saja pergantian-pergantian kekuasaan di dunia. Penguasa-penguasa yang sangat didukung oleh negara-negara barat , tiba-tiba ketika opini publik mengarah pada penjatuhan kekuasaan tersebut, Yahudi datang bak pahlawan yang membebaskan rakyat dari penguasa tiran tersebut. Lalu ketika terjadi pergantian kekuasaan, penguasanya akan tetap antek Yahudi, meski dengan cara memimpin yang berbeda. Lihat saja kasus, Irak, Tunisia, Mesir, Libya, bahkan negri kita sendiri Indonesia.</span></div></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;">Yahudi menguasai media, yang mana media tersebut diharapkan oleh mereka dapat memegang kendali atas opini publik. Dengan segala cara media antek Yahudi akan menyiarkan ajaran-ajaran kufur seperti liberalisme, pluralisme, demokrasi, hak asasi manusia (HAM), sekulerisme, kapitalisme, sosialisme, dll. Sehingga opini publik yang terbentuk akan mendukung paham-paham kufur tersebut. Jangan terkecoh oleh media-media antek Yahudi yang seolah-olah saling bertentangan atau bertentangan dengan penguasa dan pro pada rakyat.</span></div></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;">Mereka semuanya sama saja, kita dapat mengenali ciri-cirinya dengan melihat apakah media tersebut menyebarkan paham-paham kufur atau tidak. Jika media tersebut dalam opininya mendukung paham-paham kufur tersebut maka dapat dipastikan media itu adalah antek Yahudi dan bekerja untuk kepentingan Yahudi. Yang sering membuat kaum muda terkecoh adalah ketika tidak suka dengan pemerintah, maka merek` menyukai media-media yang menyerang pemerintah. padahal solusi yang ditawarkan media tersebut tidak akan lepas dari paham-paham kufur diatas. Sehingga jika terjadi kekuasaan, maka yang berkuasa lagi-lagi tetap antek Yahudi.</span></div></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;">Dalam perkembangannya, Yahudi tidak segan-segan untuk membajak revolusi yang terjadi. Media mereka akan mengangkat berita tentang tuntutan revolusi dari rakyat, seolah-olah rakyat menuntut diterapkannya demokrasi, HAM, liberalisme, dll. Media Yahudi mengangkat seolah-olah rakyat membutuhkan paham-paham sesat itu untuk memenuhi tuntutan rakxat. Tuntutan-tuntutan pada Islam akan mereka bendung dan tidak akan diberitakan, hal ini selain berfungsi untuk membohongi masyarakat dunia, juga berfungsi untuk mengarahkan tuntutan revolusi. Sehingga opini rakyat yang sedang ingin revolusi tersebut dapat dikendalikan mereka, dan jika terjadi pergantian kekuasaan maka yang berkuasa lagi-lagi teap antek Yahudi.</span></div></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;">Bagaimana jika media mereka gagal, dan rakyat tetap menuntut perubahan pada islam? Maka yang mereka lakukan adalah memunculkan tokoh-tokoh , golongan-golongan, partai-partai yang kelihatannya “Islam” namun tetap memakai paham-paham kufur tersebut. Sangat mudah mengenali mereka, jika seorang tokoh dari partai islam atau kelompok islam berbicara dengan paham-paham kufur seperti demokrasi dan HAM maka tandailah orang tersebut bahwa mereka adalah antek Yahudi.</span></div></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS"+sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;">Kaum muslimin tidak boleh tertipu dengan kelompok-kelompok “Islam” yang menyerukan paham-paham kufur, yang pada kenyataannya tidak akan menggring kaum muslimin menuju kebangkitan dan persatuan. Tetapi malah menggiring kaum muslimin untuk hidup dengan aturan selain aturan Allah. Maka penanaman aqidah yang kuat pada kaum muslimin adalah kunci dari membendung pengaruh Yahudi dan antek-anteknya. Sehingga ketika Yahudi memunculkan tokoh, partai, atau kelompok yang seolah-olah “Islam”, kaum muslimin tidak lagi tertipu oleh mereka.</span></div></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;">Saat ini opini publik kaum muslimin sudah mulai menuju pada satu solusi yaitu bersatunya negri-negri kaum muslimin menjadi satu negara islam, yaitu khilafah islamiyyah. Maka kita lihat, apakah Yahudi juga akan berupaya untuk membajak opini publik dengan memunculkan tokoh, partai, kelompok yang menarik simpati kaum muslimin dengan juga meneriakkan slogan-slogan khilafah. ya! Bisa jadi jika Yahudi gagal dalam mencegah opini publik dalam derasnya dukungan terhadap khilafah islamiyyah, akan juga menyuruh antek-anteknya untuk*mendukung khilafah islamiyyah. Dan ketika khilafah berdiri, harapannya khalifahnya pun antek yahudi. Ya bisa jadi, kan?!</span></div></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;"><br />
</span></div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;">Namun jika kaum muslimin mau jeli dan tidak mau terjebak pada lubang-lubang Yahudi. Maka mau tidak mau, kaum muslimin harus melek politik, mereka harus mengetahui track record tokoh, partai, ataupun kelompok tersebut. Sudah selayaknya kaum muslimin mem-<span class="Apple-style-span" mce_name="em" mce_style="font-style: italic;" style="font-style: italic;">black list</span> atau tidak percaya terhadap tokoh, partai atau kelompok tersebut jika pada masa sebelumnya mereka menyerukan paham-paham kufur seperti demokrasi dan HAM namun ketika dukungan publik meningkat pada khilafah islamiyyah mereka berpindah haluan.</span></div></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;" style="font-size: small;">Maka selayaknya kaum muslimin hanya memberikan dukungannya pada partai atau kelompok islam yang memang sejak awal memiliki agenda penegakan khilafah islamiyyah dan tidak bergeser sedikitpun dalam misi ini. Juga memastikan partai atau kelompok yang didukung tidak pernah menyerukan paham-paham kufur dan konsisten terhadap idelologi islam saja. Sehingga ketika khilafah berdiri (insya Allah sebentar lagi) khalifah yang terpilih bukan antek Yahudi, dan justru akan menghapus masa kejayaan Yahudi dan menggantikannnya dengan peradaban Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, baik timur maupun barat. <span class="Apple-style-span" mce_name="em" mce_style="font-style: italic;" style="font-style: italic;">Wallahua’lam.</span></span></div></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" mce_name="em" mce_style="font-style: italic;" style="font-size: small; font-style: italic;"><span mce_style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa. (QS. al-An’aam: 153)</span></span></div></div></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-9020609937284739302012-05-22T20:11:00.001-07:002012-05-22T20:20:46.234-07:00KUMPULAN KITAB - KITAB ( download )<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="meta_comments"></span> <br />
<div class="post-body entry-content"><div style="color: red;"><br />
</div><div style="background-color: white;"><div><div style="background-color: white;"><div style="color: red; line-height: 1.3em; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbAyS6kMwcYixHwAG-OYF1xCAWQeSoCO7gzzMxvq98x9vjasvGRNv6LvGVAViqlC4MsjnAjytjvPOC_jHk7nP5e0yhiBsHnZikbcDwF6G0Ij44hq3-k1DT1mGYM7FlCmZhn08l5is-6hE/s1600/kitab+kuning.bmp" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="194" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbAyS6kMwcYixHwAG-OYF1xCAWQeSoCO7gzzMxvq98x9vjasvGRNv6LvGVAViqlC4MsjnAjytjvPOC_jHk7nP5e0yhiBsHnZikbcDwF6G0Ij44hq3-k1DT1mGYM7FlCmZhn08l5is-6hE/s320/kitab+kuning.bmp" width="320" /></a><span class="Apple-style-span"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Download Kitab-kitab Tafsir</span></b></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><div class="widget-content"><div style="color: red; text-align: justify;"><a href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/21/19/tiah.rar" mce_href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/21/19/tiah.rar" style="text-decoration: none;">Tafsir Ibnu Abi Hatim</a> (Ar Razi)</div><div style="color: red; text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/tahkikshakertabai" mce_href="http://www.archive.org/details/tahkikshakertabai" style="text-decoration: none;">Tafsir Ath Thobari</a></div><div style="color: red; text-align: justify;"><a href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/21/13/mwtia.rar" mce_href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/21/13/mwtia.rar" style="text-decoration: none;">Tafsir Muharrarul Wajiz,</a> Ibnu ‘Athiyyah</div><hr id="system-readmore" style="border: 1px dashed red; color: red; text-align: justify;" /><div style="color: red; text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/tqatqa" mce_href="http://www.archive.org/details/tqatqa" style="text-decoration: none;">Tafsir Ibnu Katsir</a> (pilih PDF)</div><div style="color: red; text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/exagedemghb" mce_href="http://www.archive.org/details/exagedemghb" style="text-decoration: none;">Al Jami’ Li-ahkamil Qur’an</a> oleh Al Qurtubi (pilih PDF)</div><div style="color: red; text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/mghtrazi" mce_href="http://www.archive.org/details/mghtrazi" style="text-decoration: none;">Tafsir Mafatihul Ghoib</a> oleh Fakhruddin Ar Razi</div><div style="color: red; text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/tbmih" mce_href="http://www.archive.org/details/tbmih" style="text-decoration: none;">Tafsir Bahrul Muhiith</a> oleh Abu Hayan Al Andalusi</div><div style="color: #353434; text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/a7kam-al9oran-jassas" mce_href="http://www.archive.org/details/a7kam-al9oran-jassas" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Ahkamul Qur’an</a> oleh Al Jashshash</div><div style="color: #353434; text-align: justify;"><a href="http://shamela.ws/books/000/0041.rar" mce_href="http://shamela.ws/books/000/0041.rar" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Ma’aalimut Tanzil</a>, Oleh Al Baghowi</div><div style="color: #353434; text-align: justify;"><a href="http://www.almeshkat.net/books/archive/books/ahkam%20gran.zip" mce_href="http://www.almeshkat.net/books/archive/books/ahkam%20gran.zip" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Ahkamul Qur’an</a> oleh Ibnu ‘Arobi</div><div style="color: #353434; text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/Fath-Alkadir" mce_href="http://www.archive.org/details/Fath-Alkadir" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Tafsir Fathul Qodir</a> oleh Asy Syaukaniy</div><div style="color: #353434; text-align: justify;"><a href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/21/12/kshaf.rar" mce_href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/21/12/kshaf.rar" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Al Kasysyaaf</a> oleh Az Zamakhsyari</div><div style="color: #353434; text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/eldorrelmanthor" mce_href="http://www.archive.org/details/eldorrelmanthor" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Ad Daarul Mantsur</a> oleh As Suyuthi</div><div style="color: #353434; text-align: justify;"><a href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/10/0957/0957.rar" mce_href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/10/0957/0957.rar" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Tafsir Jalalain</a>, Al Mahali dan As Suyuthi</div><div style="color: #353434; text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/tafsir-albaydawy" mce_href="http://www.archive.org/details/tafsir-albaydawy" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Tafsir Al Baidhowi</a></div><div class="content" style="color: #353434;"><div class="snap_preview"><div style="color: red; text-align: justify;"><b>Download Kitab-kitab Hadits Format PDF</b></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/07/0627.rar" mce_href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/07/0627.rar" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Shohih Al Bukhori</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/samusamu" mce_href="http://www.archive.org/details/samusamu" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Shohih Muslim</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/21/22/snsaie.rar" mce_href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/21/22/snsaie.rar" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Sunan An Nasa’i</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/gktgktgkt" mce_href="http://www.archive.org/details/gktgktgkt" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Sunan At Tirmidzi</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/sunn_abu_dawood_malim_sunn" mce_href="http://www.archive.org/details/sunn_abu_dawood_malim_sunn" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Sunan Abu Dawud</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/21/23/smaga.rar" mce_href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/21/23/smaga.rar" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Sunan Ibnu Majjah</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/musnadahmed" mce_href="http://www.archive.org/details/musnadahmed" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Musnad Imam Ahmad</a> atau <a href="http://www.archive.org/download/39009/39009.pdf" mce_href="http://www.archive.org/download/39009/39009.pdf" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Ini</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/motaa8motaa8" mce_href="http://www.archive.org/details/motaa8motaa8" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Al Muwaththo’, Imam Malik</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/moustadrakmoukbil" mce_href="http://www.archive.org/details/moustadrakmoukbil" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Al Mustadrok ‘alaa Shohihaini, Al Hakim</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/Albany9" mce_href="http://www.archive.org/details/Albany9" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Shohih Ibnu Hibban + Ta’liqot oleh Al Albaniy</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/08/0720.rar" mce_href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/08/0720.rar" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Sunan Ad Darimi</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/24/27/mbzm.rar" mce_href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/24/27/mbzm.rar" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Majma’ Az Zawaid, Al Haitsami</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/soundarak" mce_href="http://www.archive.org/details/soundarak" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Sunan Ad Daroqudni</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/mabu_dawood_tialsy_pdfbook_ara" mce_href="http://www.archive.org/details/mabu_dawood_tialsy_pdfbook_ara" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Musnad Abu Dawud Ath thoyalisi</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/mousabouallahelmousli" mce_href="http://www.archive.org/details/mousabouallahelmousli" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Musnad Abu Ya’ya Al Maushuli</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/mosnad-al7omaydy" mce_href="http://www.archive.org/details/mosnad-al7omaydy" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Musnad, Al Humaidi</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/details/kanzeloumal" mce_href="http://www.archive.org/details/kanzeloumal" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Kanzul ‘Umal, ‘Ala’uddin Al Hindi</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/13/1289.rar" mce_href="http://s203995553.onlinehome.us/waqfeya/books/13/1289.rar" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Ma’alimus Sunan</a>, Al Khithobi</div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.archive.org/download/waq78596/78596.pdf" mce_href="http://www.archive.org/download/waq78596/78596.pdf" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Musnad Ibnul Mubarok</a></div><div style="text-align: justify;"><a href="http://go2.wordpress.com/?id=725X1342&site=titok.wordpress.com&url=http%3A%2F%2Fwww.archive.org%2Fdetails%2Fgamios" mce_href="http://go2.wordpress.com/?id=725X1342&site=titok.wordpress.com&url=http%3A%2F%2Fwww.archive.org%2Fdetails%2Fgamios" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Jami’ul Ushuul, Ibnul Atsir</a></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><a href="http://www.archive.org/details/fatih_kbeer" mce_href="http://www.archive.org/details/fatih_kbeer" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;">Fat-hul Kabiir</a>, Oleh Yusuf An Nabhaniy<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</div></div></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="mceVisualAid" style="border: 1px dashed rgb(187, 187, 187) ! important; color: #353434; height: 18px; text-align: justify; width: 153px;"><tbody>
<tr><td class="icon mceVisualAid" style="border: 1px dashed rgb(187, 187, 187) ! important;" width="24"></td><td class="cattitle mceVisualAid" style="border: 1px dashed rgb(187, 187, 187) ! important; color: lime;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/kumpulan-kitab-kitab-download.html"><i>Kitab-kitab Islam</i></a></td><td class="itemsubsub mceVisualAid" style="border: 1px dashed rgb(187, 187, 187) ! important;"><br />
</td></tr>
</tbody></table><div class="bodytext" style="color: #353434;"><ol><li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19277273%2F6eb7036d%2FDirasatul_Fiqih.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19277273%2F6eb7036d%2FDirasatul_Fiqih.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Dirasatul Fiqih (8 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19275702%2Ffa33af5c%2FFiqih_Ibadah.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19275702%2Ffa33af5c%2FFiqih_Ibadah.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fiqih Ibadah (18 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19275792%2F2bf11415%2FFiqih_Ijtimai.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19275792%2F2bf11415%2FFiqih_Ijtimai.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fiqih Ijtimai (23 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19275858%2F6ccdf53a%2FFiqih_Iqtishadi.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19275858%2F6ccdf53a%2FFiqih_Iqtishadi.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fiqih Iqtishadi (12 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19275921%2F5b92b16e%2FFiqih_Jihad.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19275921%2F5b92b16e%2FFiqih_Jihad.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fiqih Jihad (6 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19276011%2F6ddb76cc%2FFiqih_Jinayat.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19276011%2F6ddb76cc%2FFiqih_Jinayat.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fiqih Jinayat (2 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19277912%2F43bf7b9c%2FFiqih_Mathumat.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19277912%2F43bf7b9c%2FFiqih_Mathumat.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fiqih Mathâumat (1 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19266887%2F660910b8%2FFiqih_Siyasah.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19266887%2F660910b8%2FFiqih_Siyasah.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fiqih Siyasah (35 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19277031%2Fe751732b%2FFiqih_Muamalah.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19277031%2Fe751732b%2FFiqih_Muamalah.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fiqih Muamalah (15 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19276925%2F4e4ada99%2FFiqih_Thibbiyah.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19276925%2F4e4ada99%2FFiqih_Thibbiyah.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fiqih Thibbiyah (17 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19276103%2F9b0c4c96%2FIlmu_Hadits.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19276103%2F9b0c4c96%2FIlmu_Hadits.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ilmu Hadits (7 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19278051%2Fe968c4fb%2FSirah_dan_Tarikh.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19278051%2Fe968c4fb%2FSirah_dan_Tarikh.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Sirah dan Tarikh (17 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19278722%2F3a6f1503%2FTafsir_Wa_Mufassirun_Dzahabi_.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19278722%2F3a6f1503%2FTafsir_Wa_Mufassirun_Dzahabi_.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Tafsir Wa Mufassirun Dzahabi (2 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19276067%2Fcbf9453e%2FUshul_Fiqih.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19276067%2Fcbf9453e%2FUshul_Fiqih.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ushul Fiqih (23 kitab)</a></li>
<li class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="color: black; outline-style: none; text-decoration: underline;"><a href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19277395%2F1895e1e1%2FAqidah_Islam.html" mce_href="http://multiply.com/gv/IyQ7SxHdCLiaHjABx3lj3g/q66ov5S2FB,IfGt3Xm8UGg?xurl=http%3A%2F%2Fwww.4shared.com%2Fdir%2F19277395%2F1895e1e1%2FAqidah_Islam.html" rel="nofollow" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Aqidah Islam (8 kitab)</a></span></li>
</ol></div></div></span></span></div></div></div></div></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-50975319617989358822012-05-22T19:49:00.000-07:002012-05-22T19:49:32.979-07:00JANGAN SALAHKAN MEREKA !!!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span">Orang gagal ketika menemui sesuatu yang tidak diharapkannya selalu menyalahkan orang lain, lingkungan, ataupun kondisinya. Sementara mereka tidak pernah mau intropeksi diri. </span></i></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib4xgDfPpDYA_o55iD0RpWZynPThqsSe-haQSVwj4feKQPyqwl_sdzZrgSWOAvJqayXYQn2fuNkZM03PNwromRKQ_q0l7THQPCBftfXnkvqniZJWRmJxHZ_lKj2jwzNC5ubIT-74mmWTg/s1600/jari+telunjuk.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib4xgDfPpDYA_o55iD0RpWZynPThqsSe-haQSVwj4feKQPyqwl_sdzZrgSWOAvJqayXYQn2fuNkZM03PNwromRKQ_q0l7THQPCBftfXnkvqniZJWRmJxHZ_lKj2jwzNC5ubIT-74mmWTg/s320/jari+telunjuk.jpg" width="320" /></a><span class="Apple-style-span">Saya mau mencontohkan pada anda sebuah contoh: Mengapa terjadi kemiskinan yang merajalela di indonesia? jawabannya, karena pemerintah salah membuat kebijakan, jawaban itu benar. Tapi pertanyaan selanjutnya, mengapa pemerintah salah membuat kebijakan? jawabannya, "karena memakai sistem yang salah, mereka tidak mau pakai sistem islam", itu benar. Tapi mengapa pemerintah yang kufur masih eksis sampai sekarang? "karena didukung rakyat, rakyatnya masih banyak yang bodoh", itu juga benar. Tapi mengapa rakyat masih bodoh? tidak mengerti islam? menagapa?! akhirnya jawabannya mengarah ke diri kita sendiri, sudah berapa seriuskah kita mengedukasi umat agar mereka menganut ideologi islam dan mencampakkan ideologi lainnya?!</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Sudah berapa jamkah dalam sehari kita mendakwahkan ideologi islam ke orang-orang sekitar kita? sudah berapa orangkah yang kita kontak untuk mengajaknya turut memperjuangkan tegaknya khilafah islamiyyah? atau kita hanya mengikuti dakwah ini secara SAMBILAN? hanya halaqah seminggu sekali, atau hanya ikut kumpul pada acara-acara besar saja?</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Maka jangan salahkan siapa-siapa kecuali diri kita sendiri jika sampai hari ini umat islam masih terjajah, masih miskin, masih bodoh, masih berlumuran bid'ah dan syirik! salahkan diri kita yang belum 100% dalam berdakwah. Jangan pula salahkan kaum kuffar yang setiap hari menodai kehormatan muslimah, menginjak dan membakar Al-Qur'an, menghina nabi Muhammad SAW, memang sifat kaum kuffar dari dulu seperti itu. Tapi salahkan diri kita sendiri yang tidak mampu berbuat apa-apa, karena kita belum memiliki isntitusi pelindung kaum muslimin, yaitu khilafah! yang mana ketiadaan khilafah itu disebabkan oleh bodohnya kaum muslimin! yang mana bodohnya kaum muslimin itu disebabkan mereka yang disebut "pengemban dakwah" belum 100% dalam menjalankan tugasnya! <i>ittaqillah ya hamilud da'wah</i>...</span></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-70093570334172937662012-05-22T19:33:00.000-07:002012-05-22T19:33:42.558-07:00Kumpulan Nasyid Jihad Non-musik [MP3]<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="color: #333333; font-family: Tahoma,Helvetica,Arial,sans-serif; line-height: 1.3em; text-align: justify;"><a href="http://abuthalhah.files.wordpress.com/2010/02/islam-jihad-2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="217" src="http://abuthalhah.files.wordpress.com/2010/02/islam-jihad-2.jpg" width="320" /></a><span class="Apple-style-span" style="color: black; font-family: 'Times New Roman'; line-height: normal;"></span><span class="Apple-style-span" style="color: black; line-height: 19px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><b>Nasyid</b> adalah salah satu <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Seni_Islam&action=edit&redlink-1" mce_href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Seni_Islam&action=edit&redlink=1" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" title="Seni Islam (halaman belum tersedia)">seni Islam</a> dalam bidang seni suara.Biasanya merupakan nyanyian yang bercorak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" mce_href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" title="Islam">Islam</a> dan mengandungi kata-kata nasihat, kisah para <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi" mce_href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nabi" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" title="Nabi">nabi</a>, memuji <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah" mce_href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" title="Allah">Allah</a>, dan yang sejenisnya. Biasanya nasyid dinyanyikan secara <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Acappela" mce_href="http://id.wikipedia.org/wiki/Acappela" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" title="Acappela">acappela</a> dengan hanya diiringi gendang. Metode ini muncul karena banyak ulama Islam yang melarang penggunaan alat musik kecuali alat musik perkusi.(wikipedia). Namun ada juga nasyid yang tanpa musik sama sekali, hebatnya nasyid jenis ini tidak kalah menggugah dari nasyid yang menggunakan musik. Berikut </span></span></div><div style="color: #333333; font-family: Tahoma,Helvetica,Arial,sans-serif; line-height: 1.3em; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: black; font-family: arial,helvetica,sans-serif; line-height: 19px;">adalah koleksi Nasyid Jihad Non-Musik yang bisa langsung didownload : <br />
<br />
</span><span class="Apple-style-span" style="background-color: #9aa468; color: #666666; font-family: Tahoma,Helvetica,Arial,sans-serif; line-height: normal;"><ul style="line-height: 19px; margin: 0.4em 0px 1em; padding: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Abshree_yammte.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Abshree_yammte.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Abshree Ya Ummati</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/04_Abo_Ali_%27Ad%20At-Tatar.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/04_Abo_Ali_%27Ad%20At-Tatar.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">'Ad At-Tatar</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/A3eedo_Lna_Mn_Mjd.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/A3eedo_Lna_Mn_Mjd.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Aeedo Lana man Majdi</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/25_Abo_Ali_Aghmd%20Al-Seef%20Al-Saqeel.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/25_Abo_Ali_Aghmd%20Al-Seef%20Al-Saqeel.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Aghmd Al-Seef Al-Saqeel</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/a7bek_noorah_1.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/a7bek_noorah_1.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ahibek Noorah</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/akrm_bjeel.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/akrm_bjeel.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Akrim Bjeeli</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Alhwaa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Alhwaa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Al Hawaa</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Aljood.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Aljood.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Al Juud</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/almshky_llbaree.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/almshky_llbaree.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Al Mashkyl el baree</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/almshky_lelbaree_6aef.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/almshky_lelbaree_6aef.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Al Mashkyl el baree - Daef</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Alqlb_yfr7.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Alqlb_yfr7.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Al Qalbo Yafra</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/alra9ed.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/alra9ed.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Al Raseed</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/24_Abo_Ali_Al-An.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/24_Abo_Ali_Al-An.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Al-An</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/AlaYaqhwt_old.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/AlaYaqhwt_old.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">AlaYa Qhwt - old</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/alllah_akbar_ya_aqsa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/alllah_akbar_ya_aqsa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Allah Akhbar wa Aqsa</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Mdars_AlAmjad.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Mdars_AlAmjad.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Amadar Salm Amjadi</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Ana_alyteem.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Ana_alyteem.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ana Alayteem</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Angfo_wl3daa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Angfo_wl3daa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Anagfoor al Eedaa</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/anjoom_la7at.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/anjoom_la7at.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Anjooma Layat</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/annt_syoof.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/annt_syoof.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Annat Syoof</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/06_Abo_Ali_%27Aqd%20Al-%27Azm.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/06_Abo_Ali_%27Aqd%20Al-%27Azm.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Aqd Al-'Azm</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/A6a7_Rweedk.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/A6a7_Rweedk.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Asaahri Ruweeda</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/aseer.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/aseer.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Aseer</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/3ashrthoo_20.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/3ashrthoo_20.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ashartahoo</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/asb7_fe_mlkot.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/asb7_fe_mlkot.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ashlaho fe Malakotil</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/athn_alfjr.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/athn_alfjr.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Athan al Fajaro</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/05_Abo_Ali_Atlmh%27u%20Al-Fjraa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/05_Abo_Ali_Atlmh%27u%20Al-Fjraa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Atlmh'u Al-Fjraa</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ayha_al3alm.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ayha_al3alm.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ayha Al3alm</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Ayha_alrkb_wqd_saroo.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Ayha_alrkb_wqd_saroo.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ayoha al Rakboo</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ayy_mooj.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ayy_mooj.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ayyoo Moojyl</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/3zmee_wasefee.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/3zmee_wasefee.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Azmee Wa Sefee</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ba3_althmeen.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ba3_althmeen.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ba3 Althmeen</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Bra3m.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Bra3m.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Bararymun</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/bjhadena_snftt_old.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/bjhadena_snftt_old.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Bi Jihadina - old</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/bdmy_as6r.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/bdmy_as6r.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Bidamy Usaf</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Br7abha_A3leet.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Br7abha_A3leet.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Birihabiha</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/bnety.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/bnety.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Bonajatym</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/dlaal_almhtdee.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/dlaal_almhtdee.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Dalaal Al Muhthadee</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/07_Abo_Ali_Damdim%20%27Alaiha.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/07_Abo_Ali_Damdim%20%27Alaiha.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Damdim 'Alaiha</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Dmmro_alyhood.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Dmmro_alyhood.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Dammiro Al Yahood</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Dnnsooh_Moqademah.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Dnnsooh_Moqademah.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Dannasooh Maqademah</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/10_Abo_Ali_Da%27ooni.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/10_Abo_Ali_Da%27ooni.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Da'ooni</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/21_Abo_Ali_Dm%27t%20Sjeen.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/21_Abo_Ali_Dm%27t%20Sjeen.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Dm't Sjeen</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/23_Abo_Ali_%27Eed.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/23_Abo_Ali_%27Eed.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">'Eed</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/es7booh.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/es7booh.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Es7booh</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/11_Abo_Ali_Esber%20Fa-inaka%20Ya%20Aseer.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/11_Abo_Ali_Esber%20Fa-inaka%20Ya%20Aseer.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Esber Fa-inaka Ya Aseer</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Fa6ema_Alzhraa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Fa6ema_Alzhraa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fa6ema_Alzhraa</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/fdeetk_roo7an.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/fdeetk_roo7an.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">FadeeTaka Roo7an</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/fee_dyajeer_aldhlaam.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/fee_dyajeer_aldhlaam.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Fee Dyajeer Aldhalaam</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/6all_lyl_alrda.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/6all_lyl_alrda.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Gala lyl Al Arda</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/5thoo_mnee_foady.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/5thoo_mnee_foady.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Gathoomnee Foady</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/5a6r_bnfsk.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/5a6r_bnfsk.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Gatir</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/22_Abo_Ali_Gharieb.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/22_Abo_Ali_Gharieb.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Gharieb</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/01_Abo_Ali_Haadjara%20Aladha-edh.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/01_Abo_Ali_Haadjara%20Aladha-edh.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Haadjara Aladha-edh</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/altheqat.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/altheqat.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Hadetheen</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/hl_r2eet.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/hl_r2eet.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Hagla Eytul</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/hakmoo.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/hakmoo.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Hakamoo</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Hakmoo_A7ly_alqwafee2.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Hakmoo_A7ly_alqwafee2.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Hakamool A7lyl Qarafee</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/7lqat_albraa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/7lqat_albraa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Hala Qaa tul Baraa</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/hatf_alshbl.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/hatf_alshbl.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Hatafas Sibloo</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/7yoo_Aljmoo3.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/7yoo_Aljmoo3.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Hayoo Al Jamoo</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Hzny_shooq.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Hzny_shooq.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Hazny Shooq</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/7ee_alktaeeb.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/7ee_alktaeeb.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Hee'el Khataeeb</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/hela_hob.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/hela_hob.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Hela Hob</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/09_Abo_Ali_H%27fth%20As-Sir.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/09_Abo_Ali_H%27fth%20As-Sir.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">H'fth As-Sir</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/3ndmaa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/3ndmaa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Indama</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ja2t_yfoo7.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ja2t_yfoo7.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ja Atya Foohul</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/jeelan_b3d_jeel.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/jeelan_b3d_jeel.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Jeelan Ba'adajeel</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/jr7_jdeed.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/jr7_jdeed.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Jurhoon Jadeedu</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ktaab_allah_7adena.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ktaab_allah_7adena.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">KitaabAllah Hadena</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ktbt_qsedte.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ktbt_qsedte.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Kitamtu Qase</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/klma_a6te_jmr.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/klma_a6te_jmr.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Kulama Ugte Jamoo</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/knt_mytan.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/knt_mytan.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Kuntan Maytan</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/la7_alnoor.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/la7_alnoor.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">La HaNooru</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/12_Abo_Ali_La%20Tah%27zanu%20Ya%20Ikhwaty.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/12_Abo_Ali_La%20Tah%27zanu%20Ya%20Ikhwaty.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">La Tah'zanu Ya Ikhwaty</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/18_Abo_Ali_Lahaa%20Naghm.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/18_Abo_Ali_Lahaa%20Naghm.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Lahaa Naghm</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/lhaa_ngm.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/lhaa_ngm.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Lahaa Nagramun</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/lmlmoony.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/lmlmoony.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Lamni Moony</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/latha_alashwaq.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/latha_alashwaq.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Latha al Ashwaq</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Lee_a5wt_7bbhm.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Lee_a5wt_7bbhm.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Le'aguwatun Hobuhum</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/lbsna_bltmyz.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/lbsna_bltmyz.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Lebisna</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/17_Abo_Ali_Lellaahi%20Darrak.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/17_Abo_Ali_Lellaahi%20Darrak.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Lellaahi Darrak</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/l2nee_mdheet.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/l2nee_mdheet.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Li'anee Ma B'eetu</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Lm_ya9a7ee_a592t_al6reqa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Lm_ya9a7ee_a592t_al6reqa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Lima ya Sagi Agtada</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Mansyna_5brooha.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Mansyna_5brooha.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ma Nasyna Gabirooha</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Ma3ly_al9rf_alskeeb.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Ma3ly_al9rf_alskeeb.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ma'ala Tarfesekeer</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Mdhena.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Mdhena.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Madhena</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mgeeb_alshms.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mgeeb_alshms.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Mageebu Al Shamseeya</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/16_Abo_Ali_Mahom%20Be%20Omati%20Ah%27madin.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/16_Abo_Ali_Mahom%20Be%20Omati%20Ah%27madin.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Mahom Be Omati Ah'madin</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mahom_bomat_a7mdn.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mahom_bomat_a7mdn.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Mahum bi Umati</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Mn_llthkaly.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Mn_llthkaly.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Manli Thkala</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mazal_sahm_alams.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mazal_sahm_alams.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Mazala Sahmul Alams</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/MazalShmAlAms2.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/MazalShmAlAms2.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Mazala Sahmul Alams 2</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mazal_shm_alams_old.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mazal_shm_alams_old.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Mazala Shamul Alams - old</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mn_5lf_qdban.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mn_5lf_qdban.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Min Galfy Qubaanil</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mn_kl_ard.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mn_kl_ard.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Min Kuli Ardin</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mn_kl_7db.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/mn_kl_7db.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Min Kuli Hadbi</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Mn_lee_bfjrn.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Mn_lee_bfjrn.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Mnlee bi Fajireen</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Nadb_alfra8.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Nadb_alfra8.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Nadabel</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ndb_alfraaq.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ndb_alfraaq.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Nadabel al Fraaq</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/nashdtha_yagrbtee.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/nashdtha_yagrbtee.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Nashadutha ya Gurbathee</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/20_Abo_Ali_Omme.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/20_Abo_Ali_Omme.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Omme</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/askby_yas7b.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/askby_yas7b.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Oskoby ya Shubatan</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/qlmee_ys6r.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/qlmee_ys6r.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Qalamee Yuser</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/qaloo_bkeet.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/qaloo_bkeet.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Qaloo Bakeet</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/R7lna_R7lna.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/R7lna_R7lna.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Rahalna Rahalna</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Ra7l_wlshooq.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Ra7l_wlshooq.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Rahilun Walshooqu</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Rttl.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Rttl.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Rattyl</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Rooo7.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Rooo7.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Roooh</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/S2r7l_3aqdn.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/S2r7l_3aqdn.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Sa Arhal Aqeedan</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/smoot_baldeen.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/smoot_baldeen.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Samootu bi Deeny</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Shf_mnthar.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Shf_mnthar.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Shufti Manthar</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/3neezah.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/3neezah.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Tabaraka tidi Yaro</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Tbarkt_aldyaar.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Tbarkt_aldyaar.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Tabarakatidi Yaaro</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/19_Abo_Ali_Tadhakar%20Ya%20Okhay%20Al-Mowt.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/19_Abo_Ali_Tadhakar%20Ya%20Okhay%20Al-Mowt.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Tadhakar Ya Okhay Al-Mowt</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Tdb_AlRoo7.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Tdb_AlRoo7.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Tado Boorruhu</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Tmnny_Bnfs_AlAbee.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Tmnny_Bnfs_AlAbee.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Tamana Binafseel</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/15_Abo_Ali_Tamanna%20Benafsie%20Al-Abie.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/15_Abo_Ali_Tamanna%20Benafsie%20Al-Abie.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Tamanna Benafsie Al-Abie</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Tnfs_9dree_alm7zoon.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Tnfs_9dree_alm7zoon.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Tanafasasa</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/thakron.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/thakron.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Tha Kiroon</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/T7tl_2srtee.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/T7tl_2srtee.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Thagtal Usratuna</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/thak_a3maa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/thak_a3maa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Thaka aa maa</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Adha7k_dhefe.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Adha7k_dhefe.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Udahi Khudefe</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/agmd_alseef_al9qeel_last.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/agmd_alseef_al9qeel_last.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Umines Saifu Safeelu</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/w3a2elatee_amaan_lee.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/w3a2elatee_amaan_lee.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Wa Aleatee Amaanun</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/wakbrnaa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/wakbrnaa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Wa Kburana</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/w8fto_anaje.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/w8fto_anaje.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Wa Qafto Unaje</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/watqdat_fr7at_old.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/watqdat_fr7at_old.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Wa Taqadat Farhatul - old</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/wldee.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/wldee.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Waladee</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Wld_alnoor.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Wld_alnoor.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Wuliden al Noor</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/yaabtaah.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/yaabtaah.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ya Abataah</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/13_Abo_Ali_Ya%20Ayuha%20Shaheed.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/13_Abo_Ali_Ya%20Ayuha%20Shaheed.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ya Ayuha Shaheed</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/14_Abo_Ali_Ya%20Da%27watie.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/14_Abo_Ali_Ya%20Da%27watie.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ya Da'watie</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/03_Abo_Ali_Ya%20La%20Qowmie%20Min%20Nufoos.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/03_Abo_Ali_Ya%20La%20Qowmie%20Min%20Nufoos.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ya La Qowmie Min Nufoos</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/02_Abo_Ali_Yalalah%20Yalalaaly.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/02_Abo_Ali_Yalalah%20Yalalaaly.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Yalalah Yalalaaly</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/qaflah.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/qaflah.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ya Qafilah</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/yaqmr_slmlee_old.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/yaqmr_slmlee_old.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ya Qarab Selilee Ala - old</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ya_qoom_en_t%27t3jboo.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ya_qoom_en_t%27t3jboo.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ya Qoom en t't3jboo</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/08_Abo_Ali_Ya%20Shaheedan.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/08_Abo_Ali_Ya%20Shaheedan.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ya Shaheedan</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ya_shaheedan.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ya_shaheedan.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Ya Shaheedan</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ya_llzbeer.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/ya_llzbeer.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Yaa Lazubeerin</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Yaelah_Alwjood.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/Yaelah_Alwjood.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Yaelah Alwjood</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/yalalh_yalale_barqa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/yalalh_yalale_barqa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Yahlalah Yalale - Barqa</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/YaQthaH.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/YaQthaH.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Yaq Thah</a></li>
<li style="list-style-position: outside; margin: 0px 0px 0px 1.6em; padding: 0px; text-align: justify;"><a href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/yaqadma_bltoqa.mp3" mce_href="http://nasheed.worldofislam.info/mp3/Abo_Ali/yaqadma_bltoqa.mp3" style="color: #1b57b1; text-decoration: none;" target="_blank">Yaqadiman Biltoqa</a></li>
</span></ul></span></div></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-90823007722696039172012-05-17T00:30:00.000-07:002012-05-17T00:30:02.114-07:00Dampak Buruk Riya' dan Sum'ah Terhadap Pribadi dan Jama'ah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdidww3_SkAo4i8duSmAoj6Df0nAlQNmgsgADoSE7-C_8vZBIcgj78ViklXlE67uESQ20amAdYdrwHXnNrp1AkXQQZJu3ljxoc4I9XRNxkPNhHkDhW9xYTKUX6m7v5EY0cJl6p_RETTJYz/s1600/riya+dan+sumah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="167" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdidww3_SkAo4i8duSmAoj6Df0nAlQNmgsgADoSE7-C_8vZBIcgj78ViklXlE67uESQ20amAdYdrwHXnNrp1AkXQQZJu3ljxoc4I9XRNxkPNhHkDhW9xYTKUX6m7v5EY0cJl6p_RETTJYz/s320/riya+dan+sumah.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Jika penyakit <span style="font-weight: bold;">riya' dan sum'ah</span> telah menggerogoti muslim, apalagi aktifis dakwah, maka dampak buruknya tidak hanya menimpa pribadi muslim dan aktifis dakwah itu, tetapi juga menimpa jama'ah. Berikut adalah beberapa <span style="font-weight: bold;">dampak buruk riya' dan sum'ah</span> itu:<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">1. Terhalang dari Hidayah dan Taufiq Allah</span><br />
Hidayah Allah SWT adalah anugerah Allah yang dikaruniakan-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Ini hak prerogatif Allah. Ia tidak bisa dipaksa untuk menghampiri kita atau orang-orang tertentu. Kita bisa berdoa agar mendapat hidayah, namun terserah Allah apakah menurunkan hidayah-Nya atau tidak.<span class="fullpost"><br />
<br />
Namun demikian, Allah telah membuat ketetapan di dalam Al-Qur'an bahwa hidayah itu akan diberikan kepada orang-orang yang ikhlas.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">... dan Ia memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada-Nya)</span> (QS. As-Syura : 13)<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">...dan Ia menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya</span> (QS. Ar-Ra'd : 27)<br />
<br />
Seseorang yang riya dan sum'ah pada dasarnya telah merobek keikhlasan dan menyimpang dari kebenaran. Karenanya prasyarat untuk mendapatkan hidayah dan taufiq dari Allah telah hilang darinya. Meskipun tahu banyak ilmu, orang seperti ini akan sulit mengamalkannya. Ini dampak buruk riya' dan sum'ah.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">...Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. </span>(QS. As-Shaf : 5)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">2. Batal Amalnya</span><br />
Sesungguhnya salah satu dari syarat diterimanya amal adalah ikhlas. Seperti firman-Nya dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5.<br />
<br />
Jika seseorang melakukan ibadah atau amal shalih namun dilandasi dengan riya' atau sum'ah maka amal itu akan menjadi sia-sia. Tidak diterima Allah SWT.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Lalu Kami hadapkan amal yang mereka kerjakan, kemudian Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.</span> (QS. Al-Furqan : 23)<br />
<br />
Dalam hadits qudsi Allah berfirman:<br />
<span style="font-style: italic;">Aku adalah yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang beramal untuk-Ku dengan menyekutukan selain-Ku, maka Aku bebas dari dia dan dia Aku serahkan kepada sekutunya itu.</span> (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">3. Mendapat Azab di Akhirat</span><br />
Amal-amal yang banyak, yang disangka membuat masuk surga, justru menyeret manusia ke neraka ketika amal-amal itu dibangun di atas riya' dan sum'ah. Seperti hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim bahwa di pengadilan akhirat nanti ada 3 orang yang diadili pertama kali; orang yang mati syahid, orang alim yang mengajarkan ilmunya, dan orang kaya yang dermawan. Ketiganya menyangka akan masuk surga. Ini tercermin dari jawabannya saat ditanya tentang apa yang dilakukan dengan nikmat-nikmat itu. Tapi rupanya, Allah menilai berbeda dari persangkaan ketiga orang itu sebab mereka melakukannya karena riya' dan sum'ah. Lalu Allah memerintahkan malaikat untuk menyeret mereka ke neraka.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">4. Aibnya akan terbuka baik di dunia maupun di akhirat</span><br />
Orang yang riya' dan sum'ah ingin mendapatkan pujian, penghormatan, atau kedudukan dari orang lain. Namun seringkali Allah justru membuka aib orang seperti itu di dunia sehingga terbongkarlah kebusukannya.<br />
<br />
Adapun di akhirat nanti, tidak ada rahasia yang bisa disembunyikan saat yaumul hisab, saat pengadilan Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Barangsiapa yang berlaku sum'ah, maka ia akan dibalas Allah dengan sum'ah (dibuka aibnya) pula.</span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">5. Menderita Kesempitan dan Kegelisahan</span><br />
Orang yang riya' atau sum'ah akan dilanda kegelisahan dalam hidupnya. Ia berada dalam dua kesempitan. Merasa sempit karena khawatir niatnya terbongkar, dan merasa sempit saat niatnya tidak tercapai. Berbeda dengan orang ikhlas yang sejak awal melakukan amal telah mendapatkan ketenangan karena Allah-lah yang melihat dan akan membalas amalnya meskipun tidak ada orang lain yang tahu.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">6. Tercabutnya kewibawaan dan pengaruh</span><br />
Kewibawaan seorang muslim bisa hadir karena Allah yang menanamkan pada dirinya. Maka saat seorang hamba ikhlas dalam menjalankan agama-Nya, ibadah, dan dakwah, Allah memberikan kewibawaan itu. Namun jika Allah menghinakan seseorang, maka dengan cara bagaimanapun kewibawaan itu dipoles, ia tetap saja luntur dan tak berbekas.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Barangsiapa yang dihinakan Allah, niscaya tiada seorangpun yang akan memuliakannya.</span> (QS. Al-Hajj : 18)<br />
<br />
Pernah suatu ketika Ibnu Hubairah, gubernur Kufah dan Bashrah memanggil Hasan Al-Basri dan Amir bin Syarahbil untuk meminta nasihat berkenaan dengan intruksi Yazid yang zalim. Amir bin Syarahbil saat itu menjawab dengan jawaban yang moderat dan cenderung memaafkan Ibnu Hubairah seandainya ia melakukan intruksi itu karena pada dasarnya ia terpaksa. Namun saat Hasan Al-Basri dimintai nasihat, ia menjawab dengan tegas: "Wahai Ibnu Hubairah, takutlah kepada Allah dalam menghadapi Yazid, dan jangan takut kepada Yazid saat menghadapi Allah. Allah dapat melindungimu dari Yazid, tetapi Yazid tidak dapat melindungimu dari Allah..." Mendengar nasihat seperti itu Ibnu Hubairah menangis tersedu-sedu dan memakai pendapat Hasan Al-Basri serta menghormatinya. Ia tidak mengambil pendapat Amir bin Syarahbil.<br />
<br />
Ketika keluar dan berhadapan dengan banyak orang, Amir bin Syarahbil mengakui kesalahannya karena ingin dekat dan mendapat persetujuan Ibnu Hubairah. Ia juga menyatakan kemuliaan Hasan Al-Basri. Amir bin Syarahbil insaf.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">7. Tidak tekun dalam beramal</span><br />
Karena berorientasi pandangan manusia dan materi, orang yang riya' dan sum'ah tidak akan bisa istiqamah dalam beramal. Saat manusia tidak lagi memperhatikannya, saat media tidak lagi meliputnya, saat keuntungan-keuntungan materi tidak didapatkannya, ia pun berhenti dari amal itu.<br />
<br />
Jika aktifis dakwah terhinggapi <span style="font-weight: bold;">riya' dan sum'ah</span> maka <span style="font-weight: bold;">dampak-dampak buruk</span> itu selain menimpa pribadinya juga berefek pada jama'ahnya. Diantaranya adalah dengan semakin panjangnya jalan perjuangan, semakin lambatnya kemenangan, dan semakin beratnya beban. <span style="font-style: italic;">Wallaahu a'lam bishshawab.</span> </span></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-18069387009463595732012-05-17T00:24:00.000-07:002012-05-17T00:24:04.580-07:00Kiat Mengatasi Riya' dan Sum'ah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0H3J5gCeK6yF29ifRbYu940NJuEMzoS9RQUfhBmcDsbeUqvKuSWWKBfbXUh7ridUuu8Tii2J3qezym_cPEh5fccxcW7bbkUXaiDldy6ON4s5KpVi02UYzkyamYkprzxdJSeU3Qswl-reK/s1600/riya+dan+sumah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="167" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0H3J5gCeK6yF29ifRbYu940NJuEMzoS9RQUfhBmcDsbeUqvKuSWWKBfbXUh7ridUuu8Tii2J3qezym_cPEh5fccxcW7bbkUXaiDldy6ON4s5KpVi02UYzkyamYkprzxdJSeU3Qswl-reK/s320/riya+dan+sumah.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Diantara <span style="font-weight: bold;">penyakit hati</span> yang tidak hanya menimpa orang umum tetapi juga kader dakwah adalah <span style="font-weight: bold;">riya dan sum’ah</span>. Melalui rubrik ini, <a href="http://www.bersamadakwah.com/">kita</a> mencoba membahas <span style="font-weight: bold;">riya dan sum’ah</span> mulai dari definisi riya dan sum’ah, faktor penyebab, dampak buruk, fenomena riya dan sum’ah, sampai kiat mengatasinya. Insya Allah.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Definisi Riya secara Etimologi</span><br />
Kata <span style="font-style: italic;">riya</span> berasal dari kata <span style="font-style: italic;">ru’yah</span>, yang artinya menampakkan. Dikatakan <span style="font-style: italic;">arar-rajulu</span>, berarti seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh manusia. Makna ini sejalan dengan firman Allah SWT:<span class="fullpost"><br />
<br />
<span style="font-style: italic;">“…Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna.”</span> (QS. Al-Maa’uun : 6-7)<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">“… dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia.”</span> (QS. Al-Anfal : 47)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Definisi Riya secara Terminologi</span><br />
Pengertian riya secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang menampakkan amal shalihnya kepada manusia lain secara langsung agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Pengertian Sum’ah secara Etimologi</span><br />
Kata <span style="font-style: italic;">sum’ah</span> berasal dari <span style="font-style: italic;">kata samma’a</span> (memperdengarkan). Kalimat <span style="font-style: italic;">samma’an naasa bi ‘amalihi</span> digunakan jika seseorang menampakkan amalnya kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Definisi Sum’ah secara Terminologi</span><br />
Pengertian sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.<br />
<br />
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia. Sehingga, menurutnya semua riya itu tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan manusia.<br />
<br />
Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini:<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…”</span> (QS. Al-Baqarah : 264)<br />
<br />
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya.</span> (HR. Bukhari)<br />
<br />
Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya. Na’udzubillah min dzalik.<br />
<br />
Dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan tentang kekhawatirannya atas umat ini terhadap riya yang akan menimpa mereka. Riya yang tidak lain merupakan syirik kecil.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Riya.” “Allah akan berfirman pada hari kiamat nanti ketika Ia memberi ganjaran amal perbuatan hamba-Nya, ‘Pergilah kalian kepada orang yang kalian berlaku riya terhadapnya.’ Lihat Apakah kalian memperoleh balasan dari mereka?” Kemudian Rasulullah mendengar seseorang membaca dan melantunkan dzikir dengan suara yang keras. Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah.” Orang tersebut ternyata Miqdad bin Aswad.</span> (HR. Ahmad)<br />
<br />
Demikianlah riya dan sum’ah akan membawa petaka di akhirat. Namun, tidak semua yang diperdengarkan berarti sum’ah. Dalam hal ini suara dzikir Miqdad bin Aswad tidak dikategorikan demikian. Karena riya dan sum’ah adalah penyakit hati, maka perbuatan fisik yang sama bukan berarti berangkat dari hati/niat yang sama.</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><br />
Fenomena Riya dan Sum'ah</span><br />
<br />
Agar seorang muslim mengetahui posisinya dalam riya dan sum'ah, hendaknya dia memahami betul fenomena atau tanda-tandanya, antara lain:<span class="fullpost"><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">1. Giat beramal saat bersama orang lain atau mendapat pujian</span><br />
Giat beramal dan melipatgandakan tenaganya jika mendapat pujian atau sanjungan, dan malas atau cenderung mengurangi amal jika mendapat celaan dan kecaman. Juga apabila sedang bersama-sama dengan orang lain cenderung menambah dan meningkatkan amal, sementara kalau sendirian dan jauh dari pantauan orang lain cenderung mengurangi amal.<br />
<br />
Terhadap dua ciri ini, Ali bin Abu Thalib r.a. Pernah bertutur, “Ada beberapa tanda bagi orang yang berlaku riya, yakni malas ketika ia seorang diri, tetapi akan sangat rajin jika bersama orang lain. Bertambah amalnya jika mendapat pujian dan berkurang amalnya jika mendapat celaan.” (Ihy` Ulumuddin, Imam Ghazali dan Al-Kabair, Adz-Dzahabi)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">2. Menjauhi larangan Allah jika bersama orang lain, melakukannya saat sendiri</span><br />
Menjauhi larangan-larangan Allah jika bersama orang lain dan melanggar larangan-larangan-Nya jika ia sedang sendiri dan jauh dari penglihatan manusia.<br />
<br />
Rasulullah SAW bersabda:<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">“Aku akan mengetahui beberapa kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan laksana pegunungan yang tinggi berkilau. Akan tetapi, Allah menjadikannya debu yang beterbangan (tidak bernilai). Mereka itu adalah saudara-saudara kalian, dan berasal dari keturunan kalian. Mereka mengerjakan amalan pada waktu malam sebagaimana kalian mengerjakannya. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika dalam keadaan sendiri akan melanggar larangan-larangan Allah.”</span> (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Jami' as-Saghir)<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">[Sumber: <span style="font-weight: bold;">Aafaathun 'Ala Ath-Thariq</span> karya <span style="font-weight: bold;">Sayyid Muhammad Nuh</span>]<br />
</span></span>Riya dan sum'ah yang telah kita ketahui definisinya, adalah penyakit hati yang bisa hinggap pada siapa saja, termasuk aktifis dakwah. Bahkan mujahid sekalipun. Kita juga telah mengetahui fenomena riya dan sum'ah yang jika itu ada pada diri kita, mengindikasikan kita telah terjangkit riya dan sum'ah. Karenanya kita perlu hati-hati.<br />
<br />
Kini kita membahas <span style="font-weight: bold;">faktor-faktor penyebab riya dan sum'ah</span>. Semoga setelah kita tahu penyebab riya dan sum'ah kita bisa mengatasinya. Karena seperti kata Ibnu Qayyim, mengobati penyakit itu dilakukan dalam dua tahap. Pertama, menghilangkan rasa sakitnya. Kedua, menghentikan penyebabnya.<span class="fullpost"><br />
<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Faktor-faktor penyebab riya dan sum'ah</span> adalah sebagai berikut:<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">1. Latar belakang kehidupan</span><br />
Jika seorang anak tumbuh dalam asuhan keluarga yang memiliki suasana riya dan sum'ah, atau ia tumbuh dalam lingkungan dengan tradisi perilaku riya dan sum'ah yang kental, maka sangat besar kemungkinannya ia juga terjangkit penyakit hati itu. Jika penyakit tersebut telah lama hinggap padanya, sulit baginya untuk melepaskan diri dari riya dan sum'ah. Karenanya, Rasulullah berpesan agar umatnya memilih pasangan hidup yang islami.<br />
<br />
Kepada para ikhwan, beliau berpesan <span style="font-style: italic;">“...Maka pilihlah wanita yang taat menjalankan agama, niscaya engkau akan beruntung.”</span> (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)<br />
<br />
Kepada orang tua atau wali dari akhwat beliau berpesan, <span style="font-style: italic;">“Jika didatangi oleh seseorang (untuk meminang putrimu) yang engkau ridha akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu)”.</span> (HR. tirmidzi)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">2. Persahabatan yang buruk</span><br />
Persahabatan yang buruk juga bisa mengakibatkan riya dan sum'ah. Terutama bagi orang yang lemah kepribadiannya sehingga mudah terpengaruh. Bahkan bagi orang yang tidak terlalu lemah sekalipun, jika ia biasa bergaul dan berinteraksi dengan teman-teman yang suka riya dan sum'ah serta cenderung mencela “cacat” dan “kekurangan” pada temannya, ia pun akan terpengaruh. Sangat pentingnya persahabatan ini sehingga Rasulullah mengumpamakan dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Kita bisa mendapat “bau harum” dari pertemanan, kita juga bisa terkena “asap” dan “bau tidak sedap” dari pertemanan. Maka memilih teman yang baik, persahabatan dengan orang-orang shalih, memperkuat ukhuwah imaniyah, adalah hal penting yang harus dilakukan sejak dini sebagai solusi.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">3. Tidak memiliki ma'rifatullah</span><br />
Tidak memiliki ma'rifatullah menjadikan manusia bersikap riya dan sum'ah. Sebab orang yang tidak mengenal Allah tidak dapat bersikap benar terhadap-Nya. Jika seseorang memiliki ma'rifatullah yang baik, ia akan beribadah ikhlas kepada Allah dan yakin ibadah itu dilihat oleh Allah dan dinilai-Nya. Ia juga sadar jika niatnya sudah beralih kepada pandangan manusia, Allah justru tidak memberinya apa-apa.<br />
<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">4. Ambisi mendapatkan kedudukan atau kepemimpinan</span><br />
Ini faktor penyebab yang kerap terjadi. Seseorang karena ingin memiliki kedudukan tinggi dalam pandangan manusia atau supaya orang lain menilai ia layak mendapatkan amanah kepemimpinan menjadikannya bersikap riya dan sum'ah. Ia ingin segala amal kebaikannya terekspos dan secara langsung mempengaruhi pencitraannya. Ia dianggap baik, shalih, dihormati, dikagumi, dan diangkat atau dipilih menjadi pemimpin.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">5. Tamak terhadap milik orang lain</span><br />
sikap rakus terhadap harta atau kepemilikan orang lain juga bisa mengakibatkan riya dan sum'ah. Seperti orang yang berperang tetapi niatnya mendapatkan ghanimah, atau popularitas. Sebagaimana diriwayatkan Abu Musa bahwa Rasulullah pernah ditanya, “Ya Rasulullah, ada seorang yang berperang untuk memperoleh ghanimah, ada yang ingin disebut-sebut, dan ada yang ingin posisinya dilihat manusia. Manakah diantara mereka yang berperang di jalan Allah?” Rasulullah SAW menjawab, “Barangsiapa berperang dengan tujuan meninggikan kalimat Allah, dialah mujahid fi sabilillah.” (HR. Bukhari)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">6. Suka dipuji dan disanjung</span><br />
perangai suka dipuji dan disanjung akan mendorong seseorang berlaku riya dan sum'ah. Berupaya menjadi buah bibir. Berusaha menjadi news maker. Sikap ini harus dilawan dengan menyadari bahwa pujian makhluk kerap mencelakakan, sementara kritik justru akan membuatnya maju menjadi lebih baik.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">7. Terlalu ketat penilaian pemimpin/qiyadah</span><br />
Dalam sebuah organisasi atau jamaah, jika pemipin atau qiyadah terlalu ketat dalam menilai seseorang, bisa mengakibatkan timbulnya riya dan sum'ah pada orang tersebut, khususnya yang tidak memiliki jiwa besar. Rasulullah SAW bersabda:<br />
<span style="font-style: italic;">“Barangsiapa yang baik itu tidak mengerjakan sesuatu kecuali ia menilainya baik dan tidak meninggalkan sesuatu kecuali jika ia menilainya buruk.”</span> (HR. Muslim dan Abu Dawud)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">8. Terlalu dikagumi orang lain</span><br />
Terlalu dikagumi orang lain juga bisa bisa menjadi sebab timbulnya riya dan sum'ah. Kekaguman bisa menjadi semacam candu. Semakin dikagumi seseorang akan semakin berusaha agar kekaguman orang lahn bertahan atau meningkat. Karenanya Rasulullah mengingatkan agar tidak memuji orang di depannya secara langsung.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">9. Takut menjadi omongan orang lain</span><br />
Ini juga bisa menyebabkan timbulnya riya dan sum'ah. Karena takut dinilai jelek orang lain, atau menjadi bahan perbincangan, menjadi obyek ghibah, maka seseorang kemudian berbuat yang baik dan berupaya mengeksposnya, atau mendemonstrasikan kebaikan dan amal shalihnya.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">10. Lalai terhadap dampak buruk riya dan sum'ah</span><br />
Ketidaktahuan dan kelalaian seseorang terhadap dampak buruk dan bahaya riya dan sum'ah menjadikannya tidak merasa salah atau menyesal berlaku riya dan sum'ah, bahkan larut dalam sikap itu. Sebaliknya, jika seseorang memahami dengan baik dampak riya dan sum'ah, yang sangat merugikan dirinya di akhirat kelak, ia akan berusaha menjaga diri agar terhindar dari riya dan sum'ah itu.</span><br />
<span class="fullpost"><span style="font-style: italic;"><br />
</span></span><br />
<br />
Bagian terakhir dari bahasan <span style="font-weight: bold;">Riya' dan Sum'ah</span> ini membahas <span style="font-weight: bold;">Kiat Mengatasinya</span>. semoga kiat-kiat berikut menjadi solusi sehingga kita mampu mengatasi dan menjauhi <span style="font-weight: bold;">Riya' dan Sum'ah</span>.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">1. Mengingat dan merenungi akibat riya' dan sum'ah baik di dunia maupun di akhirat</span><br />
Dengan merenungkan akibat riya' dan sum'ah yang membuat kita tidak mendapatkan apa-apa dari sisi Allah, bahkan menyeret kita ke neraka, akan membuat kita lebih mudah melawan penyakit hati yang satu ini. Di dunia pun, kalau kita mau merenungkan, kekecewaan akan sering hadir bersamaan dengan riya' dan sum'ah yang kita lakukan.<span class="fullpost"><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">2. Memilih teman dan lingkungan yang relatif bersih dari riya' dan sum'ah</span><br />
Diakui atau tidak, interaksi kita dengan teman dan lingkungan hanya mengakibatkan dua hal. Kita yang mempengaruhi mereka atau kita yang akan dipengaruhi mereka. Bagi Anda yang tahu kapasitas diri bukan pengubah sejati, jagalah dari pertemanan atau lingkungan yang rawan riya' dan sum'ah. Perbanyaklah teman-teman yang shalih, yang membawa aura keikhlasan serta carilah lingkungan yang relatif aman dari riya' dan sum'ah.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">3. Memperhatikan sejarah orang-orang terdahulu, baik yang menjadi contoh ikhlas maupun sebaliknya</span><br />
Membaca atau mendengarkan kisah mereka akan memiliki bekas di hati dan berpengaruh dalam membantu kita untuk menghindari riya' dan sum'ah. Misalnya para sahabat yang begitu ikhlas. Ada yang ikhlas dalam amal yang terang-terangan, ada pula yang ikhlas dengan menjaga amal secara sembunyi-sembunyi. Ada pula seperti Khalid yang saat perang Yarmuk menjadi ikon keikhlasan. Atau Arab Badui yang tidak mau mendapatkan ghanimah saat perang Khaibar. Sebaliknya, ada pula orang yang masuk neraka padahal ikut jihad di Khaibar karena tidak ikhlas dan mencari dunia.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">4. Mengkaji nash-nash syar'i tentang ikhlas dan bahaya riya' serta sum'ah</span><br />
Baik itu ayat-ayat Al-Qur'an (akan lebih baik jika berikut dengan tafsirnya), maupun hadits-hadits Nabi. Saat jiwa kita terbiasa mengkonsumsi suplemen ruhiyah dan tsaqafah seperti ini, kita akan lebih mudah membawa diri kepada keikhlasan dan melawan riya' serta sum'ah.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">5. Meningkatkan Intensitas Muhasabah</span><br />
Yakni mengevaluasi amal kita sendiri atau melakukan intospeksi. Akan lebih baik jika hal ini dijadwalkan secara berkala. Idealnya harian. Seperti para slafaus shalih yang sebelum tidurnya senantiasa mengingat-ingat apa yang dilakukannya sepanjang hari. Jika ia ingat ada amal yang dilakukan dengan riya' atau sum'ah, segera bertaubat dan mengazamkan diri untuk tidak melawan riya' dan sum'ah ini.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">6. Senantiasa berdoa kepada Allah</span><br />
Ini karena Allah-lah penguasa dan pemilik hati. Memohon kepada Allah agar hati lurus dan ikhlas adalah solusi yang harus dilakukan. Saat kita merasa bisa ikhlas karena usaha kita, sesungguhnya kita telah terjamah riya' kepada Allah. Rasulullah mencontohkan sebuah doa yang sering beliau panjatkan: <span style="font-style: italic;">Ya muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinik </span>(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">7. Menyadari bahwa segala sesuatu berjalan di atas takdir-Nya</span><br />
Pemahaman yang benar terhadap takdir akan membuat kita sadar bahwa tak pantas kita bersikap riya' dan sum'ah. Toh, segala keberhasilan sejatinya atas karunia-Nya. Ini sangat perlu dimiliki khususnya oleh seorang muslim yang terlibat intes dengan amal jama'i atau aktif dalam jama'ah dakwah. Pemahaman takdir yang benar membuatnya lebih ikhlas, bukan menganggap bahwa kemenanangan dakwah adalah karena peran dan prestasinya.<br />
<br />
Semoga tujuh kiat mengatasi riya' dan sum'ah di atas bisa menjadi solusi bagi kita sehingga terhindar dari riya' dan sum'ah. Hanya kepada Allah semata kita meminta pertolongan. <span style="font-style: italic;">Wallaahu a'lam bish shawab</span>.[]</span><br />
<span class="fullpost"> </span></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-38000954885268730262012-05-14T02:57:00.000-07:002012-05-14T02:57:51.618-07:00Syarat-syarat Ruqyah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Para ulama telah bersepakat tentang bolehnya ruqyah ketika terpenuhi tiga syarat:<span id="more-241"></span><br />
1. Menggunakan Kalamullah atau nama-nama dan sifat-Nya.<br />
2. Menggunakan lisan (bahasa) Arab atau yang selainnya, selama maknanya diketahui.<br />
3. Meyakini bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan sendirinya, namun dengan sebab Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala.<br />
<br />
Mereka berselisih mengenai tiga hal di atas bila dijadikan sebagai syarat. Yang kuat adalah pendapat yang mengharuskan untuk memenuhi tiga syarat yang disebutkan.” (Fathul Bari, 10/237)<br />
Dengan penjelasan di atas, berarti segala ruqyah yang tidak memenuhi tiga syarat itu <strong>tidak diperbolehkan</strong>. Jika kita rinci, ada tiga jenis ruqyah yang tidak diperbolehkan:<br />
<br />
1. Ruqyah yang mengandung permohonan bantuan dan perlindungan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.<br />
Ruqyah-ruqyah seperti ini sering dipakai oleh para dukun, tukang sihir, dan paranormal. Mereka memohon bantuan dan perlindungan dengan menyebut nama-nama jin, malaikat, nabi, dan orang shalih. Terkadang mereka melakukan kesyirikan ini dengan kedok agama. Banyak orang awam yang terkecoh dengan penampilan sebagian mereka yang memakai atribut agama. Padahal ruqyah yang mereka lakukan dan ajarkan berbau mistik serta sarat dengan kesyirikan.<br />
2. Ruqyah dengan bahasa ‘ajam (non Arab) atau sesuatu yang tidak dipahami maknanya.<br />
Mayoritas ruqyah yang berbahasa ‘ajam mengandung penyebutan nama-nama jin, permintaan tolong kepada mereka, dan sumpah dengan nama orang yang mengagungkannya. Oleh karena itu, para setan segera menyambut dan menaati orang yang membacanya. Keumuman ruqyah yang tersebar di tengah manusia dan tidak menggunakan bahasa Arab banyak mengandung syirik. Demikian yang ditegaskan oleh Syaikhul Islam. (Lihat Majmu’ Al-Fatawa, 19/13-16)<br />
Asy-Syaikh Hafizh Al-Hakami berkata: “Adapun ruqyah yang tidak memakai lafadz-lafadz Arab, tidak diketahui maknanya, tidak masyhur, dan tidak didapatkan dalam syariat sama sekali, maka bukanlah perkara yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidaklah berada dalam naungan Al-Quran dan As-Sunnah. Bahkan hal itu merupakan bisikan setan kepada para walinya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />
وَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لَيُوْحُوْنَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوْكُمْ<br />
“Dan sesungguhnya para setan mewahyukan kepada wali-wali mereka untuk mendebat kalian.” (Al-An’am: 121)<br />
Ruqyah semacam inilah yang dimaksud Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:<br />
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ<br />
“Sesungguhnya segala ruqyah, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.”<br />
Hal itu karena orang yang mengucapkannya tidak mengetahui apakah ruqyahnya menggunakan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, para malaikat, atau para setan. Dia pun tidak mengetahui apakah di dalamnya terdapat kekafiran atau keimanan, kebenaran atau kebatilan, kemanfaatan atau marabahaya, dan apakah itu ruqyah atau sihir. Demi Allah, mayoritas manusia benar-benar tenggelam dalam berbagai malapetaka ini. Mereka menggunakannya dengan bentuk yang cukup banyak dan jenis yang beraneka ragam….” (Ma’arijul Qabul, 1/406, cet. Darul Hadits)<br />
Sebagian kalangan membolehkan setiap ruqyah, walaupun maknanya tidak diketahui, asalkan terbukti memberi kemanfaatan. Mereka berdalil dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga ‘Amr bin Hazm sewaktu mereka bertanya tentang ruqyah:<br />
مَا أَرَى بَأْسًا، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ<br />
“Aku lihat tidak mengapa. Barangsiapa yang mampu memberi manfaat bagi saudaranya hendaklah dia lakukan.”<br />
Tetapi pendapat mereka ini terbantah dengan hadits ‘Auf bin Malik Al-Asyja’i. Dia meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
اعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ<br />
“Perlihatkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Tidak mengapa kalian menggunakan ruqyah-ruqyah itu selama tidak mengandung syirik”.<br />
Hadits ‘Auf ini menunjukkan dilarangnya seluruh ruqyah yang mengarah kepada kesyirikan. Setiap ruqyah yang tidak dimengerti maknanya, tidak dirasa aman, akan membawa kepada syirik. Sehingga setiap ruqyah yang tidak dimengerti maknanya dilarang dalam rangka berhati-hati. (Lihat Fathul Baari, 10/237)<br />
3. Ruqyah yang diyakini bahwa pelakunya bisa menyembuhkan dengan sendirinya tanpa kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.<br />
Tentu yang demikian ini bertentangan dengan ajaran tauhid. Karena ruqyah merupakan sebab, berarti pelaku ruqyah adalah pelaku sebab. Peruqyah ibarat dokter, sedangkan ruqyah ibarat obat. Obat adalah sebab dan dokter adalah pelaku sebab. Adapun pencipta sebab adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Suatu sebab akan bermanfaat jika dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dahulu bangsa jahiliyah meyakini bahwa ruqyah dipastikan berpengaruh dengan sendirinya. Oleh karena itu mereka sangat mengagungkan ruqyah dan pelakunya. Ini merupakan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang hamba diperintahkan untuk menjalani sebab untuk mendapatkan akibat. Namun hatinya tidak boleh bergantung kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Pencipta segala sebab dan akibat. Di tangan-Nya seluruh kekuasaan langit dan bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
مَا يَفْتَحِ اللهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلاَ مُمْسِك؎ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلاَ مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ<br />
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.” (Fathir: 2)<br />
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ<br />
“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri.” (Al-An’am: 17)<br />
<br />
Seorang hamba hendaknya mengharapkan kesembuhan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hanya bergantung kepada-Nya tatkala melakukan ruqyah.<br />
sumber asysyariah</div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-1704746565521944562012-05-14T02:43:00.002-07:002012-05-14T02:45:26.223-07:00KATA BIJAK ISLAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Orang yang tidak menguasai matanya, hatinya tidak ada harganya<br />
-Khalifah Ali bin Abi Talib-<br />
<br />
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan.<br />
-Khalifah Ali bin Abi Talib-<br />
<br />
Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya.<br />
-Khalifah Ali bin Abi Talib-<br />
<br />
Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu keputusan atau tindakan, sampai bila-bilapun dia tidak akan menjadi orang yang berani.<br />
-Khalifah Ali bin Abi Talib-<br />
<br />
Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal, kepercayaan, cinta, dan rasa hormat.<br />
–Khalifah Ali bin Abi Thalib-<br />
<br />
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.<br />
–Khalifah Ali bin Abi Thalib-<br />
<br />
Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak mau mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari.<br />
–Khalifah Ali bin Abi Thalib-<br />
<br />
Perkataan sahabat yg jujur lebih besar harganya daripada harta benda yg diwarisi darinenek moyang.<br />
–Khalifah Ali bin Abi Thalib-<br />
<br />
Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari<br />
–Khalifah Ali bin Abi Thalib-<br />
<br />
ABU BAKAR :<br />
1. Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub kerana suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu.<span id="more-622"></span><br />
2. Semoga aku menjadi pohon yang ditebang kemudian digunakan.<br />
3. Dia berkata kepada para sahabat,”Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah org yg paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku!”<br />
<br />
UMAR BIN KHATTAB :<br />
1. Jika tidak karena takut dihisab, sesungguhnya aku akan perintahkan membawa seekor kambing, kemudian dipanggang untuk kami di depan pembakar roti.<br />
2. Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.<br />
3. Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di atas tanganku. Wahai Tuhanku, umurku telah lanjut dan kekuatanku telah lemah. Maka genggamkan (matikan) aku untukMu bukan untuk manusia.<br />
<br />
SAYIDINA ALI KARAMALLAHU WAJHAH :<br />
1. Cukuplah bila aku merasa mulia karena Engkau sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku bangga bahawa aku menjadi hamba bagiMu. Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai, maka berilah aku taufik<br />
sebagaimana yang Engkau cintai.<br />
2. Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima?<br />
3. Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.<br />
4. Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.<br />
<br />
UMAR BIN AZIZ :<br />
1. Orang yang bertakwa itu dikekang.<br />
2. Sesungguhnya syubhat itu pada yang halal.<br />
3. Kemaafan yang utama itu adalah ketika berkuasa.<br />
<br />
SUFFIAN AS THAURI :<br />
1. Tidak ada ketaatan bagi kedua ibu-bapa pada perkara syubhat.<br />
2. Sesungguhnya seorang lelaki itu berharta bila dia zuhud di dunia, dan sesungguhnya seorang itu adalah fakir bila dia gemar pada dunia.<br />
3. Menuntut ilmu lebih utama daripada solat sunat.”<br />
<br />
Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus menerus meski hanya sedikit. (Muhammad SAW)<br />
Akan kuberikan ilmu yang kumiliki kepada siapapun, asal mereka mau memanfaatkan ilmu yang telah kuberikan itu. (Imam Syafi’i)<br />
<br />
Jangan sampai ayam jantan lebih pandai darimu. Ia berkokok di waktu subuh, sedang kamu tetap lelap dalam tidur. (Lukman Hakim).<br />
<br />
Apabila secara kebetulan kamu menjadi orang yang dekat dengan penguasa, maka berhati-hatilah kamu seolah-olah kamu sedang berdiri di atas pedang yang tajam sekali. (Imam Ghozali)<br />
<br />
Aku tak suka memakai baju baru, hal itu kulakukan karena aku takut timbul iri hati tetangga-tetanggaku. (Abu Ayub as-Sakhtayani).<br />
<br />
Allah telah memberikan petunjuk kepadaku sehinga aku bisa mengenali diriku sendiri dengan segala kelemahan dan kehinaanku. (Ali BinAbu Thalib).<br />
<br />
Andaikata seseorang mau memikirkan kebesaran Allah, maka ia takkan sampai hati untuk melakukan perbuatan perbuatan dosa. (Bisyir)<br />
<br />
Sifat rendah hati, yaitu taat dalam mengerjakan kebenaran dan menerima kebenaran itu yang datangnya dari siapapun. (Fudlail bin Iyadl).<br />
<br />
Dalam shalatku selama 40 tahun, aku tak pernah lupa mendo’akan guruku yang bernama Imam Syafi’i. Itu kulakukan karena aku memperolah ilmu dari Allah lewat beliau. (Yahya bin Said al-Qathan).<br />
Orang yang beramal tanpa didasari ilmu, maka amalnya akan sia-sia belaka, karena tidak diterima oleh Allah. (Ibnu Ruslan).<br />
<br />
Fikiran merupakan sumber dari ilmu, sedang ilmu itu sendiri merupakan sumber amal. (Wahb).<br />
<br />
Orang yang mengerti ilmu fikih berarti ia bisa makrifat kepada Allah dengan ilmunya menyebabkan ia kenal kepada-Nya. Bahkan dengan ilmunya ia bisa mengajar orang lain sampai pandai. (Syeikh Izzuddin bin Abdussalam).<br />
<br />
Jangan berteman yang hanya mau menemanimu ketika kamu sehat atau kaya, karena tipe teman seperti itu sungguh berbahaya sekali bagi kamu dibelakang hari.(Imam Ghozali).<br />
<br />
Jika ada musuh yang bisa mendekatkan kamu kepada Allah, maka hal itu lebih baik dari pada teman akrab yang menjauhkan kamu dari Allah. (Abul Hasan as-Sadzili).<br />
<br />
Wahai Sayyidina Ali! Ketahuilah olehmu bahwa ada dua golongan yang celaka di hadapanmu. Pertama yaitu yang terlalu cinta kepadamu. Dan kedua yang terlalu benci kepadamu. (Nabi MUHAMMAD SAW).<br />
<br />
Orang yang bijak tidak akan terpeleset oleh harta, dan meski terpeleset, ia akan tetap mendapatkan pegangan. (Abdullah bin Abbas).<br />
<br />
Berfikir sesaat sungguh lebih mengesankan ketimbang mengerjakan shalat sepanjang malam. (Hasan Bashri).<br />
<br />
Hal-hal yang bisa menyebabkan badan lemah antara lain sebagai berikut: Banyak makan makanan yang rasanya masam, sering bersedih, banyak minum air tetapi tidak makan sesuatu, serta sering melakukan hubungan seksual. (Imam Ghazali).<br />
<br />
Barang siapa tidak mencintai untuk agama dan membenci untuk agama, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ia tidak memiliki agama. (Abu Abdilah al- Shdiq).<br />
<br />
Berhati-hatilah dari berteman dengan : Ulama yang bersikap tak peduli, pecinta ajaran sufi yang bodoh serta pemimpin-pemimpin yang lalai. (Sahl bin Abdullah).<br />
<br />
Inginkan sesuatu dengan bakat yang kau miliki, dan jangan menginginkan sesuatu sesuai dengan nafsu atau seleramu. (Lukman Hakim).<br />
<br />
Bagi orang berilmu yang ingin meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, maka kuncinya hendakalah ia mengamalkan ilmunya kepada orang-orang. (Syaikh Abdul Qodir Jailani).<br />
<br />
Merenungkan tentang nikmat Allah sungguh merupakan salah satu ibadah yang utama. (Umar bin Abdul Azis).<br />
<br />
Teman yang tidak membabantu kesulitan seperti halnya musuh. Tanpa saling membantu maka hubungan teman tak akan lama. Telah kucari teman sejati dalam setiap masa, akan tetapi usahaku itu siasia belaka. (Imam Syafií).<br />
<br />
Lihatlah orang-orang yang dibawahmu dalam usrusan harta dunia, dan jangan sekali-kali melihat yang berada di atasmu, supaya kamu tidak meremehkan karunia Allah yang diberikan kepadamu. (Nabi MUHAMMAD SAW).<br />
<br />
Sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit kesenangan merupakan ciri-ciri orang yang dicintai oleh Allah. (Abu Bakar bin Abdullah Al-Muzani).<br />
<br />
Barang siapa senang menjadi pemimpin, maka ia tidak akan mendapat kemenagan untuk selama-lamanya. (Fudhail bin Iyadh).<br />
<br />
Siapa yang pada hari ini hanya memikirkan dirinya sendiri maka pada esok iapun akan memikirkan dirinya saja. Lebih dari itu, siapa yang pada hari ini memikirkan Allah maka besok ia akan selalu memikirkan Allah pula. (Abu Sulaiman).<br />
<br />
Bersikap sabar kepada kawan yang berbuat jelek kepadalu sungguh lebih baik dari pada mencacinya. mencaci lebih baik dari pada memutuskan talisilaturahmi. Dan memutuskan tali silaturahmi lebih baik dari pada bertengkar. (Seorang Ulama).<br />
<br />
Allah tidak memberi kekuatan terhadap orang-orang alim lewat suatu paksaan, akan tetapi Allah menguatkan mereka lewat pintu iman. (Sahl Ibnu Abdullah).<br />
<br />
Ketahuilah olehmu, sesungguhnya akal hanya merupakan sesuatu alat untuk mencapai segala sesuatu yang hanya berhubungan dengan hamba atau manusia, bukan untuk mencapai Allah. (Ibnu Atha).<br />
<br />
Jangan sekali-kali kamu menganggap remeh kebajikan meski kelihatannya tidak berharga, yaitu seperti ketika kamu menyambut temanmu dengan menampakkan wajah berseri-seri. (Nabi Muhammad SAW).<br />
<br />
Jika seseorang mati dalam keadaan punya hutang, padahal orang itu mampu membayarnya ketika masih hidup di dunia, maka kebahagiaannya akan diambil dan diberikan kepadanya dosa orang yang di hutanginya, lalu ia dijebloskan ke neraka. Namun, jika memang tidak mampu membayarnya, maka hanya kebaikannya saja yang diambil, lalu diberikan kepada pihak yang dihutangi. sedang dosa si pemberi hutang tidak diberikan kepada orang yang berhutang. (Ibnu Abdusalam).<br />
<br />
Jalan yang diajarkan syariát islam adalah jalan yang paling tepat dalam pengerjaan ibadah kepada Allah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah istiqomah dalam mengerjakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangannya. (Abdu Khodir jailani).<br />
<br />
Hendaklah kamu tetap berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu. (Lukman Hakim).<br />
<br />
Kebahagiaanku jika mati sebelum baligh lalu aku dimasukkan kedalam syurga, tidak sebahagia jika aku hidup sampai tua dalam keadaan mengenal Allah yaitu yang paling bertaqwa, rajin mengerjaklan ibadah serta menerima apa apa yang telah di berikan Allah kepadaku. (Ali bin Abu Tholib).<br />
<br />
Jika Allah bersamamu, maka jangan takut kepada siapa saja, akan tetapi jika Allah sudah tidak lagi bersamamu, maka siapa lagi yang bisa diharapkan olehmu? (Hasan al Banna).<br />
<br />
Barang siapa tidak peduli terhadap nasib agama, berarti ia tidak punya agama, barang siapa yang semangatnya tidak berkobar-kobar jika agama Islam ditimpa suatu bencana, maka Islam tidak butuh kepada mereka. (Imam al-Ghazali).<br />
<br />
Ilmu menginginkan untuk diamalkan. Apabila orang mengamalkannya, maka ilmu itu tetap ada. Namun sebaliknya, jika tidak diamalkan, maka ilmu akan hilang dengan sendirinya. (Sufyan ats-Tsauri).<br />
<br />
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ilmu yang bisa melahirkan rasa takut kepada Allah adalah ilmu yang paling<br />
baik. (Ibnu Athaillah as-Sakandari).<br />
<br />
Bekerjalah untuk keperluan makanmu. Sedang yang paling baik bagi kau yaitu bangun di tengah malam dan berpuasa di siang hari. (Ibrahim bin Adham).<br />
<br />
Jalan apa saja yang ditempuh seseorang dalam mengerjakan ibadah adalah sesaat kecuali jalan yang ditempuh oleh Muhammad SAW. Dalam pada itu, siapapun yang tidak mengikuti petunjuk kitab suci Al-Qurán dan hadits nabi, maka janganlah ia mengikuti pendapatku. Hal itu karena pendapatku berasal dari Qurán –Hadits. (Imam al-Junaid).<br />
<br />
Orang yang tidak percaya bahwa Allah telah menjamin rezekinya, maka ia akan mendapat laknat dari Allah. (Hasan al-Bashri).<br />
<br />
Dzikir seperti halnya jiwa dari semua amal, sedang keutamaan dan kelebihan dzikir tidak bisa dibatasi. (AL-Qusyairi).<br />
<br />
Orang-orang yang tidak mengikuti keinginan-keinginan hawa nafsunya, maka tidak akan mendapat pujian dari orang banyak. (Imam al-Ghazali).<br />
<br />
Orang dermawan dekat kepada Allah, dekat pada rahmat-Nya, serta selamat dari siksa-Nya. Sedang orang kikir, jauh dari Allah, jauh dari rahmat-Nya dan dekat sekali kepada siksa-Nya. (Nabi Muhammad SAW).<br />
<br />
Barang siapa tidak meghargai nikmat, maka nikmat itu akan diambil dalam keadaan ia tidak mengetahuinya. (Siriy Assaqathi).<br />
<br />
Mengerjakan sesuatu sesuai dengan ketentuan hukum syara’ berarti menuju jalan kebahagiaan baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Dan hendaklah kamu merasa takut jika kamu berpisah dengan orang-orang yang ahli di bidang agama. (Syaikh Abdul Qadir Jailani).<br />
<br />
Saya merasa heran kepada orang-orang yang mengerjakan shalat subuh setelah matahari terbit. Lalu bagaimana mereka diberi rezeki. (Ulama Shalaf).<br />
<br />
Para pembuat peti jenasah mengira bahwa tidak ada yang lebih busuk melebihi mayat orang-orang yang beriman. Bahkan diterangkan oleh Allah : Perut ulama jahat sungguh lebih busuk baunya dari itu. (Al-Auzaí).<br />
Orang yang hanya sehari-harinya hanya sibuk mencari uang untuk kesejahteraan keluarganya, maka mustahil ia mendapat ilmu pengetahuan. (Imam Syafií).<br />
<br />
Tanda tanda orang yang celaka antara lain: Bergairah dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan haram, menjauhi nasihat (Nabi MUHAMMAD SAW).<br />
<br />
Manisnya akhirat mustahil diraih oleh orang-orang yang suka terkenal di mata manusia. (Bisyir).<br />
<br />
Dengan pengalaman akan bertambah ilmu pengetahuannya, dengan berdzikir menyebabkan bertambah rasa cinta dan dengan berfikir akan menambah rasa taqwa kepada Allah. (Hatim).<br />
<br />
Aku akan mencari ilmu hanya karena Allah, dan aku tidak akan mencari jika untuk sdlain Allah. (Imam al-Ghazali).<br />
<br />
Berfikir merupakan cermin untuk melihat apa-apa yang baik dan yang buruk pada dirimu. (Fudhail).<br />
<br />
Ketahuilah bahwa satu majelis ilmu bisa menghapus dosa 70 majelis yang tidak ada gunanya. (Atha’bin Yassar).<br />
<br />
Kulupakan dadaku dan kubelenggu penyakit tamakku, karena aku sadar bahwa sifat tamak bisa melahirkan kehinaan. (Imam Syafií).<br />
<br />
Biasakan hatimu untuk bertafakur dan biasakan matamu dengan sering menangis. (AbuSulaiman ad-Darani).<br />
<br />
Hidup didunia hanya merupakan tempat tinggal sementara untuk melanjutkan perjalanan nan jauh menuju keabadian. (Nabi MUHAMMAD SAW)<br />
<br />
Setiap manusia hendaknya memperhatikan waktu dan sekaligus mengutamakannya. (Umar bin Utsman al-Maliky).<br />
<br />
Apabila kamu melihat seseorang sedang memanjatkan doá kepada Allah, tetapi disisi lain perbuatannya tidak sesuai dengan hukum syara’, maka jauhilah orang itu. (Abdul Qasim an-Nawwawi).<br />
<br />
Kuakui bahwa dosaku banyak sekali. Tapi, aku sadar, sesungguhnya rahmat Allah lebih luas dan lebih besar dari dosa-dosaku. (Abu Nawas).<br />
<br />
Jika kamu berhadapan dengan gurumu, sesungguhnya secara hakikat kamu sedang berhadapan dengan rasul. Sadar akan hal itu, maka hormatilah gurumu. (Sebagian Ulama).<br />
<br />
Setiap kamu adalah pemimpin, yaitu : Pemimpin terhadap diri dan keluarganya, pemimpin terhadap masyarakat dan bangsanya.( Mousthafaal-Gholayaini).<br />
<br />
Pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan umat, sedang pengkhianat yang paling keji yaitu pengkhianatan pemimpin. (Ali bin Abu Thalib).<br />
<br />
Berteman dengan orang yang bodoh yang tidak mengikuti ajakan hawa nafsunya sungguh lebih baik bagi kamu ketimbang berteman dengan orang alim tapi suka terhadap nafsuya. (Ibnu Athaillah as-Sakandari).<br />
<br />
Siapa takut kepada Allah, maka tidak hidup marahnya, Siapa yang bertaqwa kepada-Nya, niscaya tidak mengerjakan sesukanya. (Umar bin Khathhab).<br />
<br />
Ya Allah! Seandainya Engkau akan mengadili kelak pada hari kiamat, maka jangan Kau adili aku di dekat (Nabi Muhammad SAW)<br />
<br />
karena aku merasa malu jika mengaku sebagai umatnya padahal hidupku penuh dengan perbuatan dosa. (Muhammad Iqbal).<br />
<br />
Cintai dan sayangilah para fakir miskin, maka Allah akan menyayangimu. (Nabi MUHAMMAD SAW).<br />
<br />
Hendaklah kamu menjauhi keramaian orang banyak atau berúzlah,. Katakan demikian, karena orang banyak bisa menyebabkan kamu berpaling dari Allah serta mendorong kamu untuk berbuat dosa. (Sayyid Bakri al-Maliki).<br />
<br />
Tidak ada suatu kebahagiaan bagi ornag-orang muslim setelah mereka memeluk Islam, seperti kebahagiaan mereka ketika itu. (Anas r.a.).<br />
<br />
Telah kurangkum pendapat 70 orang shiddiqin. Mereka sebagaian besar berpendapat bahwa banyak minum bisa menyebabkan banyak tidur. (Ibrahim bin Khawwas).<br />
<br />
Aku tidak pernah melihat orang yang berakal, melainkan kutemukan dia takut kepada mati dan merasa susah dengannya. (Hasan).<br />
<br />
Aku tidak pernah berdialog dengan seseorang dengan tujuan aku lebih senang jika ia berpendapat salah. (Imam Syafií).<br />
<br />
Barang siapa tidak dicoba dengan bencana atau kesusahan, maka tidak ada sebuah kebahagiaanpun baginya di sisi Allah. (Adh-Dhahhak).<br />
<br />
Perbanyaklah kamu mengingat mati, karena hal itu bisa membersihkan dosa dan menyebabkan zuhud atau tidak cinta kepada dunia. (Nabi MUHAMMAD SAW).<br />
<br />
Orang yang cinta kepada Allah akan minum dari gelas kecintaan dan bumi menjadi sempit baginya. Ya, dia mengenal Allah dengan penuh ma’rifat kepada-Nya, tenggelam di samudra rindu kepada-Nya dan merasa asyik bermunajat kepada-Nya. (Asy-Syubali).<br />
<br />
Aku suka mendoákan saudara-saudaraku sebanyak 70 orang, dan nama-nama mereka kusebut satu persatu dalam panjatan doáku itu. (Abu Darba).<br />
<br />
Setiap manusia mempunyai orang yang dicintai dan yang dibenci. Tapi bagimu, jika ada maka berkumpullah kamu dengan orang-orang yang bertaqwa. (Imam Syafií).<br />
<br />
Orang orang terdahulu jika pergi kerumah gurunya, maka mereka senantiasa memberi sesuatu untuk minta berkah. Bahkan mereka selalu menyenandungkan doá seperti ini: wahai Allah!”Ampunilah semua kesalahan guruku terhadapku, dan jangan sekalai-kali engkau menghilangkan berkah ilmunya untukku. (Sebagaian Ulama).<br />
<br />
Jika aku mandapat ampunan dari Allah, maka hal itu merupakan rahmat yang sangat besar dari-Nya. Tetapi, jika sebaliknya, maka aku tidak akan mampu berbuat apapun. (Abu Nawas).<br />
<br />
Pangkal dari seluruh kebaikan di dunia maupun di akhirat adalah taqwa kepada Allah. (Abu Sulaiman Addarani).<br />
<br />
Siapa yang memenuhi hatinya dengan kewaspadaan dan keikhlasan, maka Allah akan menghiasi badannya sebagai pembela agama dan menjadikan hadits sebagai pedoman hidup.<br />
Yang disebut dengan teguh hati adalah memegang dengan sungguh-sungguh apa-apa yang dibutuhkan oleh kamu dan membuang yang selain itu. (Aktssam bin Shaifi).<br />
<br />
Orang yang terkaya yaitu orang yang menerima pembagian Allah dengan rasa senang. (Ali bin Husein).<br />
<br />
Kerjakan apa saja yang telah menjadi hak dan kewajibanmu, karena kebahagiaan hidupmu terletak di situ. (Musthafa al-Gholayani).<br />
<br />
Ada dua hal tidak tertandingi kejelekannya, yaitu: Berbuat syirik dan membuat rugi umat Islam. Begitu pula, terdapat dua perkara yang tidak tertandingi kebaikannya, ialah : Beriman kepada Allah, serta memberi manfaat kepada umat Islam. (Kanjeng Nabi).<br />
<br />
Pedagang yang berhati lemah takkan pernah untung ataupun rugi. Malah ia rugi. Ya, seseorang harus menyalakan api supaya memperoleh cahaya. (Jalaludin Rumi).<br />
<br />
Aku membaca sebagian kitab kuno, yang kandungannya ialah : Bahwasannya sebagian hal yang dipercepat siksaannya dan tak dapat ditunda adalah amanat itu dikhianati , kebaikan ditutupi, keluarga diputuskan dan meninds manusia. (Kholid ar-Robaí).<br />
<br />
Memerintah atau mengawasi diri sendiri jauh lebih sulit dan lebih baik dari pada memerintah dan mengawasi sesuatu negeri. (Ibrahim bin Adham).<br />
<br />
Ciri-ciri ulama akhirat antara lain: dia sangat berhati-hati dalam memberi fatwa, bahkan bersikeras untuk tidak berfatwa sama sekali. Apabila ditanya oleh orang tentang segala sesuatu yang diketahui baik yang bersumber dari Al Qurán, hadits, ijma’dan kiyas, maka ia menjelaskan sesuai dengan kemampuannya. Sebaliknya, jika ia tidak mengetahui secara pasti, maka dengan jujur ia berkata : aku tidak tahu. (Imam al-Ghazali).<br />
<br />
Hati-hatilah terhadap senda gurau, karena tidak sedikit bahaya yang terdapat didalamnya. Berapa banyak senda gurau anatara dua sahabat yang berakhir pada perkelahian.<br />
Dunia adalah perniagaan, pasarnya ialah menyendiri, modalnya adalah taqwa, dan labanya adalah surga. (Aku Sulaiman ad-Darani).<br />
<br />
Kehidupan seorang mukmin ibarat matahari, terbenam di suatu wilayah untuk terbit di wilayah lainnya. Dia selalu bersinar dan hidup serta tak pernah terbenam selamanya. (Muhammad Iqbal).<br />
<br />
Keluarlah dari dirimu dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan Allah. Patuhilah kepada perintah-Nya dan larikanlah dirimu dari larangan-Nya, supaya nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu setelah ia keluar. Untuk membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang melawannya dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bagaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga. (Syeikh Abdul QadirJailani).<br />
<br />
Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan adalah akhlak ular. Kebajikan yang dibalas dengan kejahatan adalah akhlak buaya. kebajikan yang dibalas dengan kebajikan adalah akhlak anjing. Kejahatan yang dibalas dengan kebajikan itulah akhlak manusia. (Nasirin).<br />
<br />
Saya tidak bangga dengan keberhasilan yang tidak saya rencanakan sebagaimana saya tidak akan menyesal atas kegagalan yang terjadi di ujung usaha maksimal. (Harun Al Rasyid)<br />
<br />
Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu akan berkurang jika dibelanjakan tetapi ilmu akan bertambah jika dibelanjakan. (Ali bin Abi Thalib ra)<br />
<br />
Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan. (Ibnu Mas’ud)<br />
<br />
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. (Imam An Nawawi)<br />
<br />
Memohonlah kepada Allah supaya memperbaiki hati dan niatmu, karena tidak ada sesuatu yang paling berat untuk kau obati selain keduanya. Ketika hatimu sedang menghadap (Allah) maka seketika mungkin untuk berpaling, maka ketika menghadap itulah engkau harus merampasnya supaya tidak berpaling. (Uwais al Qarni/ Bahjatul Majalis, Ibnu Abdil Barr)<br />
<br />
Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk memasukinya. (Malik bin Dinar/Hilyatul Auliyaa’)<br />
<br />
Allah SWT memerintahkan kita untuk mau berpikir tentang penciptaan-Nya yang begitu menakjubkan, rumit, dan kompleks. Namun semua itu telah Allah SWT tundukan untuk kita. Ini sebagai tanda bahwa manusia memiliki kemampuan (dari Allah) untuk menundukan apa yang ada di langit dan di bumi. (MI)<br />
<br />
Pelajarilah Ilmu, karena mempelajarinya karena Allah adalah khasyah, Menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah Tasbih, mencarinya adalah Jihad, Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah Shadaqah, menyerahkan kepada ahlinya adalah Taqarrub. Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian. (Muadz bin Jabal ra)<br />
<br />
Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah. (Syeikh Ibnu Athaillah As-Sakandar)<br />
<br />
Aku tahu rizkiku tidak dimakan orang lain, karenanya hatiku tenang. Aku tahu amalan-amalanku tidak mungkin dilakukan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengan beramal. Aku tahu Allah selalu melihatku,karenanya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat. Aku tahu kematian menantiku, maka aku persiapkan bekal tuk berjumpa dengan Rabb-ku. (Hasan Al-Basri)<br />
<br />
Kebenaran tidak diukur dengan banyaknya orang yang mau melakukannya, namun kebenaran adalah apa saja yang mencocoki Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus salih. (Anisya LM)<br />
<br />
Bahaya kepandaian adalah berbuat sekehendak hati. Bahaya keberanian adalah melampaui batas. Bahaya toleransi adalah menyebut-nyebut kebaikannya. Bahaya kecantikan adalah sombong. Bahaya ucapan adalah dusta. Bahaya ilmu adalah lupa. Bahaya pemurah adalah berlebih-lebihan (Tengku Abdul Wahab)<br />
<br />
Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya dan jika engkau punya tugas selesaikanlah segera” (Hasan Al-Banna)<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/kata-bijak-islam.html"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLQUjZyfuayh8C0361XhTPi28z1IQH8BYX4jietgXDa-TWc-Mv4ojO3Rxk2yUm33aDOqhnCq2iaFrFu5SfcsJu-6j3nhwcys-4RtG5gKG7pHS7RnPseoJ9etlN30yHgVOmC6eZPvrcImOI/s320/bungo-mawar-merah-jambu-1.jpg" width="320" /></a></div><b>Dari Berbagai Sumber</b><br />
<span class="fullpost"> </span></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-70960139287992806792012-05-14T02:25:00.001-07:002012-05-14T02:26:21.678-07:00JILBAB OH....... JILBAB.<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/jilbab-oh-jilbab.html"><img border="0" height="262" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh82HbJw5arHXwhV6yqf7GjS7u_R5qdM7wIfMrPjL60t-pnZmjvOFI_H9cn2satxmX7RDmzjOUQrTKVf3pnwA2DV1WsAy6izCBVj_kaE-huLI27TWKd3eAPeB3OlMubY1PiL_bq-AO41Thh/s320/akhwat-muslimah.jpg" width="320" /></a></div><br />
Entah mengapa saya terpikir oleh benda yg satu ini….<br />
Benda yang bisa dikatakan “SAKRAL” bagi wanita2 non JILBAB….<br />
hehehehe kenapa saya mengatakan “SAKRAL” ya? ini cm majas hyperbola kyknya hehehehehehe<br />
setiap saya bercerita tentang JILBAB dengan kaum hawa (non Jilbab) berbagai jenis tanggapan yang teerlontar…<br />
Belum Siap, Nanti kalo sudah Kerja, nanti-nanti….<br />
bahkan pernah suatu hari malah mereka berkata “utk apa cari yang berjilbab toh yang BERJILBAB aja sekarang banyak yang <span id="more-647"></span>“RUSAK” ” (Masya ALLAH) saya cm tersenyum mendengar Argument ini dan membalas dengan koment sedikit tapi PEDAS “yang berjilbab aja banyak yang “RUSAK” so bagaimana dengan yang TIDAK???? ” (dalam hati SKAK MAT)… mereka lalu Diam seribu bahasa dgn memasang muka malu kykx hehehehehehe<br />
Sebenarnya saya mengerti maksud mereka mengatakan hal tersebut, tapi terlalu naif bila kita hanya mengambil sample dari 1-100 ribu org dan mengatakan bahwa 1 milyar org berjilbab “rusak”.<br />
Saudariku bila kalian belum mau mengenakan JILBAB yang notabene akan mengangkat martabat kalian sendiri maka janganlah mencari kekurangan orang yang telah mengikuti perintah TUHAN dan Nabinya….<br />
Saudariku mari kita berfikir sejenak….<br />
Ketika anda mengenal PELACUR wanita dan saat ini anda melihat ia berjilbab, apa yang telintas pertama kali di kepala anda?<br />
mungkin pikiran kita sama saat ini “pelacur tersebut MUNGKIN sudah bertobat”<br />
masya ALLAH begitu hebatnya kain penutup tersebut…. image negatif dapat seketika berubah pada pandangan orang….<br />
kita tak perlu mengubah diri kita terlebih dahulu menjadi “Ahli Ibadah” kemudian baru mengenakan Jilbab?<br />
dengan mengenakan Jilbab pandangan org pertama kali sudah mengatakan bahwa anda “Baik”<br />
Tinggal bagaimana anda membawa diri anda untuk menjaga Pandangan Pertama orang-orang tersebut (kalo kata Iklan Pandangan Pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda hehehehehehehehehe)<br />
saya tak perlu mengungkapkan hadist dan ayat alquran untuk keutamaan mengenakan JILBAB… cukup dengan logika-logika sederhana kita sudah mengetahui indahnya JILBAB.<br />
Sekian dulu cerita saya tentang jilbab silahkan comment aja dibawah kalo mau menambahi atau sekedar berkata2 <br />
Budayakan Lah JILBAB wahai Saudariku... <br />
<span class="fullpost"> </span></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-47293445300119097522012-05-14T02:17:00.001-07:002012-05-14T02:19:21.382-07:00~ PEPATAH ARAB ~<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/pepatah-arab.html"><img border="0" height="235" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxpEoS8PJRHaG7DtdG9AxOreyObL-mbjpv7b8UZ4OTJZB1akZ32QtYhzlE9swW05pOwihDXMTDNG2KeI9Y3iwfA4vgj_Yyvzr887MaHK7K-UshXL3ZiaEF5Y1LYXyUL5xN28PVnwOe4Jja/s320/401644_429137737101680_137737729575017_1871268_1257889606_n.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
1. مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ<br />
1. Barang siapa berjalan pada jalannya sampailah ia<br />
2. مَنْ جَدَّ وَجَدَ<br />
2. Barang siapa bersungguh-sungguh, dapatlah ia<br />
.<br />
3. مَنْ صَبَرَ ظَفِرَ<br />
3. Barang siapa sabar beruntungl<span id="more-690"></span>ah ia<br />
.<br />
4. مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ<br />
4. Barang siapa sedikit benarnya/kejujurannya, sedikit pulalah temannya.<br />
5. جَالِسْ أَهْلَ الصِّدْقِ وَالوَفَاءِ<br />
5. Pergaulilah orang yang jujur dan menepati janji.<br />
6. مَوَدَّةُ الصَّدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِّيْقِ<br />
6. Kecintaan/ketulusan teman itu, akan tampak pada waktu kesempitan.<br />
7. وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَّعَبِ<br />
7. Tidak kenikmatan kecuali setelah kepayahan.<br />
8. الصَّبْرُ يُعِيْنُ عَلىَ كُلِّ عَمَلٍ<br />
8. Kesabaran itu menolong segala pekerjaan.<br />
9. جَرِّبْ وَلاَحِظْ تَكُنْ عَارِفًا<br />
9. Cobalah dan perhatikanlah, niscaya kau jadi orang yang tahu.<br />
10. اُطْلُبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلىَ اللَّحْدِ<br />
10. Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang kubur.<br />
11. بَيْضَةُ اليَوْمِ خَيْرٌ مِنْ دَجَاجَةِ الغَدِ<br />
11. Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari.<br />
12. الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَّهَبِ<br />
12. Waktu itu lebih mahal daripada emas.<br />
13. العَقْلُ السَّلِيْمُ فيِ الجِسِْم السَّلِيْمِ<br />
13. Akal yang sehat itu terletak pada badan yang sehat.<br />
14. خَيْرُ جَلِيْسٍ فيِ الزَّمَانِ كِتَابٌ<br />
14. Sebaik-baik teman duduk pada setiap waktu adalah buku.<br />
15. مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ<br />
15. Barang siapa menanam pasti akan memetik (mengetam).<br />
16. خَيْرُ الأَصْحَابِ مَنْ يَدُلُّكَ عَلىَ الخَيْرِ<br />
16. Sebaik-baik teman itu ialah yang menunjukkan kamu kepada kebaikan.<br />
17. لَوْلاَ العِلْمُ لَكَانَ النَّاسُ كَالبَهَائِمِ<br />
17. Seandainy` tiada berilmu niscaya manusia itu seperti binatang.<br />
18. العِلْمُ فيِ الصِّغَرِ كَالنَّقْشِ عَلىَ الحَجَرِ<br />
18. Ilmu pengetahuan diwaktu kecil itu, bagaikan ukiran di atas batu.<br />
19. لَنْ تَرْجِعَ الأَياَّمُ الَّتيِ مَضَتْ<br />
19. Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu.<br />
20. تَعَلَّمَنْ صَغِيْرًا وَاعْمَلْ بِهِ كَبِيْرًا<br />
20. Belajarlah di waktu kecil dan amalkanlah di waktu besar.<br />
21. العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلاَ ثَمَر<br />
21. Ilmu tiada amalan bagaikan pohon tidak berbuah.<br />
22. الاتِّحَادُ أَسَاسُ النَّجَاحِ<br />
22. Bersatu adalah pangkal keberhasilan.<br />
23. لاَ تَحْتَقِرْ مِسْكِيْنًا وَكُنْ لَهُ مُعِيْناً<br />
23. Jangan engkau menghina orang miskin bahkan jadilah penolong baginya.<br />
24. الشَّرَفُ بِالأَدَبِ لاَ بِالنَّسَبِ<br />
24. Kemuliaan itu dengan adab kesopanan, (budi pekerti) bukan dengan keturunan.<br />
25. سَلاَمَةُ الإِنْسَانِ فيِ حِفْظِ اللِّسَانِ<br />
25. Keselamatan manusia itu dalam menjaga lidahnya (perkataannya).<br />
26. آدَابُ المَرْءِ خَيْرٌ مِنْ ذَهَبِهِ<br />
26. Adab seseorang itu lebih baik (lebih berharga) daripada emasnya.<br />
27. سُوْءُ الخُلُقِ يُعْدِي<br />
27. Kerusakan budi pekerti/akhlaq itu menular.<br />
28. آفَةُ العِلْمِ النِّسْياَنُ<br />
28. Bencana ilmu itu adalah lupa.<br />
29. إِذَا صَدَقَ العَزْمُ وَضَحَ السَّبِيْلُ<br />
29. Jika benar kemauannya niscaya terbukalah jalannya.<br />
30. لاَ تَحْتَقِرْ مَنْ دُوْنَكَ فَلِكُلِّ شَيْئٍ مَزِيَّةٌ<br />
30. Jangan menghina seseorang yang lebih rendah daripada kamu, karena segala sesuatu itu mempunyai kelebihan.<br />
31. أَصْلِحْ نَفْسَكَ يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ<br />
31. Perbaikilah dirimu sendiri, niscaya orang-orang lain akan baik padamu.<br />
32. فَكِّرْ قَبْلَ أَنْ تَعْزِمَ<br />
32. Berpikirlah dahulu sebelum kamu berkemauan (merencanakan).<br />
33. مَنْ عَرَفَ بُعْدَ السَّفَرِ اِسْتَعَدَّ<br />
33. Barang siapa tahu jauhnya perjalanan, bersiap-siaplah ia.<br />
34. مَنْ حَفَرَ حُفْرَةً وَقَعَ فِيْهَا<br />
34. Barang siapa menggali lobang, akan terperosoklah ia di dalamnya.<br />
35. عَدُوٌّ عَاقِلٌ خَيْرٌ مِنْ صَدِيْقٍ جَاهِلٍ<br />
35. Musuh yang pandai, lebih baik daripada kawan yg jahil.<br />
36. مَنْ كَثُرَ إِحْسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ<br />
36. Barang siapa banyak perbuatan baiknya, banyak pulalah temannya.<br />
37. اِجْهَدْ وَلاَ تَكْسَلْ وَلاَ تَكُ غَافِلاً فَنَدَامَةُ العُقْبىَ لِمَنْ يَتَكاَسَلُ<br />
37. Bersungguh-sungguhlah dan jangan bermala-malas dan jangan pula lengah, karena penyesalan itu bagi orang yang bermalas-malas.<br />
38. لاَ تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلىَ الغَدِ مَا تَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اليَوْمَ<br />
38. Janganlah mengakhirkan pekerjaanmu hingga esok hari, yang kamu dapat mengejakannya hari ini.<br />
39. اُتْرُكِ الشَّرَّ يَتْرُكْكَ<br />
39. Tinggalkanlah kejahatan, niscaya ia (kejahatan itu) akan meninggalkanmu.<br />
40. خَيْرُ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً وَأَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ<br />
40. Sebaik-baik manusia itu, adalah yang terlebih baik budi pekertinya dan yang lebih bermanfaat bagi manusia.<br />
41. فيِ التَّأَنِّي السَّلاَمَةُ وَفيِ العَجَلَةِ النَّدَامَةُ<br />
41. Di dalam hati-hati itu adanya keselamatan, dan di dalam tergesa-gesa itu adanya penyesalan.<br />
42. ثَمْرَةُ التَّفْرِيْطِ النَّدَامَةُ وَثَمْرَةُ الحَزْمِ السَّلاَمَةُ<br />
42. Buah sembrono/lengah itu penyesalan, dan buah cermat itu keselamatan.<br />
43. الرِّفْقُ بِالضَّعِيْفِ مِنْ خُلُقِ الشَّرِيْفِ<br />
43. Berlemah lembut kepada orang yang lemah itu, adalah suatu perangai orang yang mulia (terhormat).<br />
44. فَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا<br />
44. Pahala/imbalan suatu kejahatan itu adalah kejahatan yang sama dengannya.<br />
45. تَرْكُ الجَوَابِ عَلىَ الجَاهِلِ جَوَابٌ<br />
45. Tidak menjawab terhadap orang yang bodoh itu adalah jawabannya.<br />
46. مَنْ عَذُبَ لِسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ<br />
46. Barang siapa manir tutur katanya (perkataannya) banyaklah temannya.<br />
47. إِذَا تَمَّ العَقْلُ قَلَّ الكَلاَمُ<br />
47. Apabila akal seseorang telah sempurna maka sedikitlah bicaranya.<br />
48. مَنْ طَلَبَ أَخًا بِلاَ عَيْبٍ بَقِيَ بَلاَ أَخٍ<br />
48. Barang siapa mencari teman yang tidak bercela, maka ia akan tetap tidak mempunyai teman.<br />
49. قُلِ الحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا<br />
49. Katakanlah yang benar itu, walaupun pahit.<br />
50. خَيْرُ مَالِكَ مَا نَفَعَكَ<br />
50. Sebaik-baik hartamu adalah yang bermanfaat bagimu.<br />
51. خَيْرُ الأُمُوْرِ أَوْسَاطُهَا<br />
51. Sebaik-baik perkara itu adalah pertengahanya (yang sedang saja).<br />
52. لِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌ وَلِكُلِّ مَقَالٍ مَقَامٌ<br />
52. Tiap-tiap tempat ada kata-katanya yang tepat, dan pada setiap kata ada tempatnya yang tepat.<br />
53. إِذاَ لمَ ْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ<br />
53. Apabila engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu (apa yang engkau kehendaki).<br />
54. لَيْسَ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ فَقِيْرًا بَلِ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ بَخِيْلاً<br />
54. Bukanlah cela itu bagi orang yang miskin, tapi cela itu terletak pada orang yang kikir.<br />
55. لَيْسَ اليَتِيْمُ الَّذِي قَدْ مَاتَ وَالِدُهُ بَلِ اليَتِيْمُ يَتِيْمُ العِلْمِ وَالأَدَبِ<br />
55. Bukanlah anak yatim itu yang telah meninggal orang tuanya, tapi (sebenarnya) yatim itu adalah yatim ilmu dan budi pekerti.<br />
56. لِكُلِّ عَمَلٍ ثَوَابٌ وَلِكُلِّ كَلاَمٍ جَوَابٌ<br />
56. Setiap pekerjaan itu ada upahnya, dan setiap perkataan itu ada jawabannya.<br />
57. وَعَامِلِ النَّاسَ بِمَا تُحِبُّ مِنْهُ دَائِماً<br />
57. Dan pergaulilah manusia itu dengan apa-apa yang engkau sukai daripada mereka semuanya.<br />
58. هَلَكَ امْرُؤٌ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَهُ<br />
58. Hancurlah seseorang yang tidak tahu dirinya sendiri.<br />
59. رَأْسُ الذُّنُوْبِ الكَذِبُ<br />
59.Pokok dosa itu, adalah kebohongan.<br />
60. مَنْ ظَلَمَ ظُلِمَ<br />
60. Barang siapa menganiaya niscaya akan dianiaya.<br />
61. لَيْسَ الجَمَالُ بِأَثْوَابٍ تُزَيِّنُنُا إِنَّ الجَمَالَ جمَاَلُ العِلْمِ وَالأَدَبِ<br />
61. Bukanlah kecantikan itu dengan pakaian yang menghias kita, sesungguhnya kecantikan itu ialah kecantikan dengan ilmu dan kesopanan.<br />
62. لاَ تَكُنْ رَطْباً فَتُعْصَرَ وَلاَ يَابِسًا فَتُكَسَّرَ<br />
62. Janganlah engkau bersikap lemah, sehingga kamu akan diperas, dan janganlah kamu bersikap keras, sehingga kamu akan dipatahkan.<br />
63. مَنْ أَعاَنَكَ عَلىَ الشَّرِّ ظَلَمَكَ<br />
63. Barang siapa menolongmu dalam kejahatan maka ia telah menyiksamu.<br />
64. أَخِي لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ<br />
64. Saudaraku! Kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara, akan aku beritahukan perinciannya dengan jelas :<br />
1). Kecerdasan<br />
2). Kethoma’an (terhadap ilmu)<br />
3). Kesungguhan<br />
4). Harta benda (bekal)<br />
5). Mempergauli guru<br />
6). Waktu yang panjang.<br />
65. العَمَلُ يَجْعَلُ الصَّعْبَ سَهْلاً<br />
65. Bekerja itu membuat yang sukar menjadi mudah.<br />
66. مَنْ تَأَنَّى نَالَ مَا تَمَنَّى<br />
66. Barang siapa berhati-hati niscaya mendapatkan apa-apa yang ia cita-citakan.<br />
67. اُطْلُبِ العِلْمَ وَلَوْ بِالصَّيْنِ<br />
67. Carilah/tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina.<br />
68. النَّظَافَةُ مِنَ الإِيْمَانِ<br />
68. Kebersihan itu sebagian dari iman.<br />
69. إِذَا كَبُرَ المَطْلُوْبُ قَلَّ المُسَاعِدُ<br />
69. Kalau besar permintaannya maka sedikitlah penolongnya.<br />
70. لاَ خَيْرَ فيِ لَذَّةٍ تَعْقِبُ نَدَماً<br />
70. Tidak ada baiknya sesuatu keenakan yang diiringi (oleh) penyesalan.<br />
71. تَنْظِيْمُ العَمَلِ يُوَفِّرُ نِصْفَ الوَقْتِ<br />
71. Pengaturan pekerjaan itu menabung sebanyak separohnya waktu.<br />
72. رُبَّ أَخٍ لَمْ تَلِدْهُ وَالِدَةٌ<br />
72. Berapa banyak saudara yang tidak dilahirkan oleh satu ibu.<br />
73. دَاوُوْا الغَضَبَ بِالصُّمْتِ<br />
73. Obatilah kemarahan itu dengan diam.<br />
74. الكَلاَمُ يَنْفُذُ مَالاَ تَنْفُذُهُ الإِبَرُ<br />
74. Perkataan itu dapat menembus apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum.<br />
75. لَيْسَ كُلُّ مَا يَلْمَعُ ذَهَباً<br />
75. Bukan setiap yang mengkilat itu emas.<br />
76. سِيْرَةُ المَرْءِ تُنْبِئُ عَنْ سَرِيْرَتِهِ<br />
76. Gerak-gerik seseorang itu menunjukkan rahasianya.<br />
77. قِيْمِةُ المَرْءِ بِقَدْرِ مَا يُحْسِنُهُ<br />
77. Harga seseorang itu sebesar (sama nilainya) kebaikan yang telah diperbuatnya.<br />
78. صَدِيْقُكَ مَنْ أَبْكَاكَ لاَ مَنْ أَضْحَكَكَ<br />
78. Temannmu ialah orang yang menangiskanmu (membuatmu menangis) bukan orang yang membuatmu tertawa.<br />
79. عَثْرَةُ القَدَمِ أَسْلَمُ مِنْ عَثْرَةِ اللِّسَانِ<br />
79. Tergelincirnya kaki itu lebih selamat daripada tergelincirnya lidah.<br />
80. خَيْرُ الكَلاَمِ مَا قَلَّ وَدَلَّ<br />
80. Sebaik-baik perkataan itu ialah yang sedikit dan memberi penjelasannya/jelas.<br />
81. كُلُّ شَيْئٍ إِذَا كَثُرَ رَخُصَ إِلاَّ الأَدَبَ<br />
81. Segala sesuatu apabila banyak menjadi murah, kecuali budi pekerti.<br />
82. أَوَّلُ الغَضَبِ جُنُوْنٌ وَآخِرُهُ نَدَمٌ<br />
82. Permulaan marah itu adalah kegilaan dan akhirnya adalah penyesalan.</div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8591575438574110342.post-65956468645985572692012-05-13T22:37:00.002-07:002012-05-14T02:58:08.283-07:00Daun Bidara : Ruqyah dan Pengobatan Sihir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/daun-bidara-ruqyah-dan-pengobatan-sihir.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1d6rBzzl2qXW1YnNPH-mLxx0P4leBXF28s91guZ5flpergmxpYvuUzDl8ZkRpK4T6OKvTQ5fdbBG0TsmeNE4lf_dA4_hggyAaIZcxIUE3g4Pn5ZY_s11EEU5YJhHJy1z6nPUzMbuZN7Vn/s1600/DSCN0993.JPG" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/daun-bidara-ruqyah-dan-pengobatan-sihir.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoiluSEj4kumcbvLKDeF-hHtFl2edY1ibAnWFZMpzCR2p4K73Xi98Osx0WliTMTKJY3wL9-6ovhLxpsYMJ-2ENj1MDH-19L5Nj1CkFzmPficxXV8QhDHHEje4zm4B5XeP9TZv4SLpdJ8yT/s1600/DSCN0992.JPG" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/daun-bidara-ruqyah-dan-pengobatan-sihir.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvRFBQ21XNytOpHTNPFVGJkh5HgGNzb7llLu6LF3zLms_LGNLvAF5Q_gsBrYT7PWqkIuin4a4-WjisH_g_ddVWC_ZdeuxBXVn-NeS9BkVSmpItZpSqBYbYkLpK94Mk9-1sTbTVkl7CTM-7/s1600/DSCN0991.JPG" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span id="goog_1086628963"></span>Tumbuk 7 helai daun bidara dan siram air keatasnya sejumlah air yang cukup utk mandi dan dibacakan;</div>1. A'uzubillah...<br />
2. QS, Al-Baqarah:255<br />
3. QS. Al-A'raaf:117-122<br />
4. QS. Yunus:79-82<br />
5. QS. Thaaha:65-70<br />
6. QS.Al-Kaafirun:1-6<br />
7. QS. Al-Ikhlash:1-4<br />
8. QS. Al-Falaq:1-5<br />
9. QS. An-Naas:1-6<br />
<br />
Selepas dibacakan ayat2 di atas pada air, minum sebanyak 3 kali. Mandi air sisanya. Jika perlu ulang 2x atau lebih hingga sihir itu sirna. Baik juga utk suami yang tidak bisa berhubungan badan kerana terkena sihir.<br />
(Petikan buku "Do'a dan Wirid Mengobati Guna-guna dan Sihir Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah")<br />
<br />
<br />
<a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/daun-bidara-ruqyah-dan-pengobatan-sihir.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzoCOIw8GmiCJQci0nkRDZuLFL0b_1CPWHgjXEehnxYxjHyGXXdH4m-CM36sHfYXMtJ7A58JRJeQqOfk1BxYk8Ez3lW0Dv4cHJafoQOe160ZZQEaOHcOUk81W7MmxOszIESvipAUcAj-de/s1600/daun+bidara2.jpg" /></a><span id="goog_1086628964"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/daun-bidara-ruqyah-dan-pengobatan-sihir.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz0bo36tkTlD3oKey4uUUGFb0KvkeZ2-cNe6p0BvHBOIwbqQSse1DubQzypFqMMw2MFs05cwnOYT1xhAsJWpCN4uySqTEMGckBliIkCfhQoBeLltGiF7WnBf-mDHTliQMGU4hsEG3h6xUv/s1600/daun+bidara.JPG" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/daun-bidara-ruqyah-dan-pengobatan-sihir.html"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY_GRYrW0JQHutkoFU5UgdjkkPPJ5FRBDKCU4yo8ScaVV8Ho79y5WXdwgv0cvkMahX_1gjXyMWvz0DwbFdaNbdUyDBu3WhjTjoG2Cw0Gulr8KeCrh-gCumwHFzTUpv9YdnICJP1mV4Dj8X/s320/bidara2.jpg" width="236" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://fadhilahq.blogspot.com/2012/05/daun-bidara-ruqyah-dan-pengobatan-sihir.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP2bRparkvPWfSy6-0JjhnnLFkqMh_NHL0HZsOo41dbdKbt0Af2h21qA1nR0t_NeVlWatx9nd3DZsvzeqoJDVXSBZKooHdnz1R_Ws4ZVko7vrx7xFOLkI6ijNsKBbDiuGJJite_M6z2wWJ/s1600/daun+bidara+pohon.jpg" /></a></div><div align="left"><br />
</div><br />
<br />
<span class="fullpost"> </span></div>Yusuf shadiqhttp://www.blogger.com/profile/03773469290648867732noreply@blogger.com1