-
Nasyid adalah salah satu seni Islam dalam bidang seni suara.Biasanya merupakan nyanyian yang bercorak Islam dan mengandungi kata-kata n...
-
Ingatlah kematian. Demi Dzat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa...
-
“Jika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal shaleh siang maupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu ...
-
Orang gagal ketika menemui sesuatu yang tidak diharapkannya selalu menyalahkan orang lain, lingkungan, ataupun kondisinya. Sementara mereka ...
-
(Kisah ini didedikasikan untuk murobbiku yang selalu tegar dan bercita-cita menjadi mujahidah-NYA) Dulu, ketika pertama kali aku mengenal ...
-
semua yang nampak indah di luar takkan lah indah pula di dalam semua yang nampak elok di depan bukan juga ia kan baik di belakang apakah s...
-
Bismillahirrahmanirrahim.. Dakwah adalah aktivitas setiap muslim dan muslimah yang ingin mendedikasikan dirinya untuk mensyiarkan dien ...
-
Siapakah Ayah itu? Ayahmu juga menyayangimu. Siapakah beliau, yang kau panggil Ayah? Mungkin di antara kalian memanggilnya papa(h...
-
Diciptakannya malaikatul maut oleh Allah Ta’ala adalah untuk memegang mati (pencabut nyawa). Setelah Malaikatul Maut itu diberi tugas untuk...
-
1. مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ 1. Barang siapa berjalan pada jalannya sampailah ia 2. مَنْ جَدَّ وَجَدَ 2. Barang siapa bersunggu...
- Al hubb (9)
- AQIDAH (12)
- Bahasa Arab Dasar (2)
- CeritaQ CeritaMu (36)
- Dzikirulloh (5)
- Hadist - Hadist Lemah Dan Palsu (1)
- Ikhwan (11)
- J I H A D (14)
- kisah (40)
- KUMPULAN HADIST DAN TERJEMAH AL QUR'AN (5)
- Materi Tarbiyah (12)
- MUSLIMAH (84)
- NIKAH (10)
- PUISI ISLAMI (28)
- Ramadhan Mubarok (13)
- Renungan (116)
- RUQYAH (2)
- Tokoh-Tokoh Islam (5)
- Tsaqafah Dakwah (3)
- Ukhuwwah (1)
-
▼
2011
(348)
-
▼
September
(27)
- "LAA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADZHA...
- Pembatal-Pembatal Keimanan
- Janganlah ingin menjadi seperti orang lain kecuali...
- Awas! Dukun dan Tukang Ramal Penciduk Agama dan Harta
- RUHBANUN FILLAIL FURSANUN FINNAHAR
- BAGAIMANA KEADAAN IMAN HARI INI
- MUJAHIDAH versus BIDADARI
- Gerakan Transnasional, Kenapa takut?
- PERSPEKTIF CINTA DALAM ISLAM
- Ah..Seandainya Mereka Mau Jujur...
- Jangan Biarkan Waktu Berlalu Begitu Saja
- Wanita Muslimah
- Rindu bertumpuk
- Catatan kerinduan
- Profil pribadi muslim & muslimah
- Muhasabah menuju Bulan Ramadhan
- Pidato Rosululllah Saw menyambut kedatangan Ramadhan
- Taubat & kondisi hati
- KUMPULAN HADIST DAN TERJEMAH AL QUR'AN
- Duhai diri, apa yang akan kau sampaikan di hadapan...
- Wahai Saudariku Hendak Kemana Kau Pergi
- “ yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sem...
- Menjaga Lisan dari Mengutuk dan Melaknat
- Merenungi Kedahsyatan Hari Kiamat
- Musibah adalah salah satu bentuk ujian yang diberi...
- Dahsyatnya SAKARATUL MAUT
- we are muslimah
-
▼
September
(27)
Lencana Facebook
Tadabbur Qur`an
Popular Posts
Blog List
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.
Jumat, 30 September 2011
Di negeri kita, banyak sekali terdapat acara ritual persembahan baik berupa makanan atau hewan sembelihan untuk sesuatu yang dianggap keramat. Seperti di daerah pesisir selatan pulau Jawa, banyak masyarakat memiliki tradisi memberikan persembahan kepada “penguasa” laut selatan. Begitupun di tempat lain, yang intinya adalah agar yang “mbau rekso” berkenan memberikan kebaikan bagi masyarakat setempat. Dilihat dari kacamata agama, acara ini sebenarnya sangat berbahaya, karena bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Iman menurut Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah memiliki cabang yang banyak. Di antara cabang-cabang iman tersebut ada yang merupakan rukun, ada yang wajib dan ada pula yang mustahab. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً -أَوْ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ شُعْبَةً- أَفْضَلُهَا قَوْلَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلإِيْمَانِ
“Iman mempunyai 63 atau 73 cabang, paling utamanya adalah kalimat tauhid La ilaha illallah dan paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (HR. Muslim, An-Nasa`i, dan lainnya dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
Dalam hadits yang mulia ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan tiga perkara yang terkait dengan keimanan. Pertama adalah ucapan, yakni kalimat tauhid La ilaha illallah dan inilah hal yang rukun. Kedua adalah amalan, yakni menyingkirkan gangguan dari jalan dan inilah hal yang mustahab. Sedangkan yang ketiga adalah amalan hati, yakni malu dan ini termasuk hal yang wajib.
Lawan dari iman adalah kufur. Sebagaimana keimanan mempunyai banyak cabang, maka kekufuran pun memiliki cabang yang banyak. Namun tidak setiap yang mengerjakan salah satu dari cabang-cabang keimanan menyebabkan pelakunya dikatakan mukmin, seperti halnya tidak setiap yang melakukan salah satu dari cabang kekufuran lantas pelakunya dikatakan kafir.
Untuk lebih memperjelas hal di atas, salah satu contohnya adalah orang yang menyambung tali silaturrahmi (perbuatan ini merupakan cabang keimanan). Ia belumlah dapat dikatakan mukmin karena amalan tersebut, sampai ia mengerjakan rukun-rukun iman. Demikian halnya dengan yang meratapi mayit di mana perbuatan ini adalah salah satu dari cabang kekafiran. Tidaklah setiap orang yang melakukan hal tersebut menjadi kafir keluar dari Islam.
Pembaca, iman itu bukanlah sesuatu yang sempit penggunaannya. Artinya, tidaklah seseorang itu dikatakan mukmin manakala terkumpul padanya sifat atau ciri-ciri keimanan, lalu tidak dikatakan mukmin manakala tidak terdapat padanya sifat keimanan secara lengkap. Pola pikir semacam ini adalah pemikiran dua kelompok sempalan Islam yaitu Khawarij dan Mu’tazilah.
Adapun Ahlus Sunnah, mereka menyatakan seseorang bisa saja dalam dirinya ada sifat-sifat keimanan, kemudian kemunafikan atau kekufuran. Dan ini bukanlah hal yang mustahil. (Uraian di atas diambil dari kaset ceramah Asy-Syaikh Shalih Alusy Syaikh berjudul Nawaqidhul Iman)
Oleh karena itu, seseorang dinyatakan beriman atau menyandang nama iman adalah dengan kalimat yang agung yaitu kalimat tauhid La ilaha illallah. Kalimat ini sebagai akad keimanan.
Akad keimanan ini tidak akan lepas dari diri seseorang kecuali dengan perkara yang betul-betul kuat dan jelas-jelas dapat menggugurkannya, bukan lantaran perkara-perkara yang masih meragukan atau bahkan mengandung kemungkinan-kemungkinan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu mengatakan: “Sesungguhnya vonis kafir atau kekafiran itu tidak terjadi dengan sebab persoalan yang masih mengandung kemungkinan.” (As-Sharimul Maslul hal. 963, melalui nukilan dari Wajadilhum billati hiya Ahsan hal. 91)
Keimanan adalah ikatan, sedangkan pembatal adalah hal yang melepaskan atau memutuskan ikatan tersebut. Jadi yang dimaksud pembatal-pembatal keimanan adalah perkara atau perbuatan-perbuatan yang menjadikan pelakunya kafir keluar dari Islam.
Iman seperti yang telah lewat penyebutannya adalah ucapan, amalan, dan keyakinan. Dengan demikian, pembatal keimanan pun tidak lepas dari tiga perkara ini, yakni qauliyyah (ucapan), ‘amaliyyah (perbuatan), dan i’tiqadiyyah (keyakinan).
Pembatal Iman Karena Qauliyyah
Pembatal keimanan karena qauliyyah letaknya adalah lisan, yakni seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang menyebabkan batal keimanannya dan menjadi kafir karenanya.
Banyak orang yang memiliki persepsi bahwa ucapan-ucapan yang mengandung kekafiran, seperti mencela Allah Subhanahu wa Ta’ala atau Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, atau mencela dien dan semisalnya, tidaklah menjadi sebab pelakunya kafir keluar dari Islam, selama di dalam hatinya masih ada keimanan. Anggapan ini tentu saja keliru karena bertentangan dengan nash dan apa yang telah ditetapkan ahlul ilmi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putera Maryah’.” (Al-Ma`idah: 17)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: ‘Sesungguhnya Allah adalah salah satu dari yang tiga’.” (Al-Ma`idah: 73)
Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Barangsiapa mengucapkan perkataan kufur dengan lisannya, dalam keadaan sengaja dan tahu bahwa itu adalah ucapan kufur, maka ia telah kafir lahir dan batin. Tidak boleh bagi kita terlalu berlebihan sehingga harus dikatakan: ‘Mungkin saja dalam hatinya ia mukmin’. Siapa yang mengucapkan (kekufuran) itu, maka sungguh dia telah keluar dari Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَنْ كَفَرَ بِاللهِ مِنْ بَعْدِ إِيْمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِاْلإِيْمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa). Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (An-Nahl: 106) [Ash-Sharimul Maslul hal. 524]
Al-Hafizh Ibnu Abdil Bar rahimahullahu menerangkan bahwa para ulama telah bersepakat tentang orang yang mencela Allah dan Rasul-Nya, menolak sesuatu yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan, atau membunuh seorang nabi Allah Subhanahu wa Ta’ala meski dia mengimani apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan, maka dia kafir. (At-Tamhid, 4/226, melalui nukilan dari At-Tawassuth wal Iqtishad hal. 38)
Dengan demikian, barangsiapa yang mencela Allah Subhanahu wa Ta’ala maka dia kafir, baik bercanda atau serius. Demikian pula orang yang menghina Allah, ayat-ayat-Nya, Rasul-Nya, dan kitab-kitab-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُوْلِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُوْنَ. لاَ تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيْمَانِكُمْ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66)
Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: “Jika (seseorang) mencela Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, padahal dia meyakini dua kalimat syahadat, maka dihalalkan darahnya, sebab dengan itu dia telah meninggalkan agamanya.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal. 171, syarh hadits ke-14)
Ibnu Taimiyyah rahimahullahu pun menjelaskan hal yang sama ketika membantah pendapat yang menyatakan bahwa ucapan lisan semata tidaklah menyebabkan kekafiran. Beliau berkata: “Sesungguhnya kita mengetahui bahwa orang yang mencela Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya dalam keadaan sukarela bukan karena terpaksa, bahkan orang yang berbicara dengan kalimat-kalimat kufur dengan sukarela dan tidak dipaksa, serta orang yang mengejek Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul-Nya dan ayat-ayat-Nya, maka dia telah kafir lahir batin.” (Majmu’ul Fatawa, 7/368)
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullahu berkata: “Mencela dien adalah kufur akbar dan murtad dari Islam, wal ‘iyadzu billah (Kita memohon perlindungan kepada Allah). Apabila seorang muslim mencela agamanya atau Islam atau melecehkan dan menganggap remeh serta merendahkan Islam, maka ini adalah riddah (murtad) dari Islam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُوْلِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُوْنَ. لاَ تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيْمَانِكُمْ
“Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66)
Para ulama secara pasti telah bersepakat bahwa ketika seorang muslim mencela dan merendahkan agamanya atau mencela Rasul dan merendahkannya, maka dia murtad, kafir, halal darah dan hartanya. Jika bertaubat maka diterima taubatnya. Jika tidak, maka dibunuh.” (Diambil dari Fatawa Nur ‘alad Darbi (melalui) CD)
Pembatal Iman Karena ‘Amaliyyah
Pembatal iman yang disebabkan oleh ‘amaliyyah adalah seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikannya kafir, yakni tindakan yang dilakukan dengan unsur kesengajaan dan penghinaan yang jelas terhadap dien. Seperti sujud kepada patung atau matahari, melemparkan mushaf Al-Qur`an ke tempat-tempat kotor, sihir, dan lain sebagainya.
Tak ada seorangpun dari ahli qiblat (kaum muslimin), yang keluar dari Islam sampai dia menolak satu ayat dari Kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala atau menolak sesuatu dari hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, atau shalat kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau menyembelih bagi selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika ada yang melakukan salah satu dari hal tersebut, maka wajib bagimu untuk mengeluarkannya dari Islam. Demikian ditegaskan Al-Imam Al-Hasan bin ‘Ali Al-Barbahari rahimahullahu dalam Syarhus Sunnah (hal. 31).
Al-Qadhi ‘Iyadh bin Musa rahimahullahu setelah menerangkan kekafiran karena ucapan, beliau berkata: “Demikian pula kami menyatakan kafir terhadap perbuatan yang telah disepakati oleh kaum muslimin sebagai perbuatan yang tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang kafir, meski pelakunya menyatakan Islam saat melakukannya. Seperti (perbuatan) sujud kepada patung atau matahari, bulan, salib dan api, serta berusaha mendatangi gereja dan berjanji setia bersama penghuninya. Semua perbuatan ini tidaklah dilakukan kecuali oleh orang-orang kafir.” (At-Tawassuth wal Iqtishad hal. 41)
Al-Imam Syihabuddin Ahmad bin Idris Al-Qarafi berkata: “Kafir karena perbuatan contohnya adalah melempar mushaf ke tempat-tempat kotor dan menentang hari kebangkitan, menentang kenabian atau sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mengatakan (Allah) tidak mengetahui, atau tidak menghendaki atau tidak hidup dan selainnya.” (At-Tawassuth wal Iqtishad hal. 47)
Pernah diajukan satu pertanyaan ke hadapan Fadhilatusy Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullahu mengenai kufur amali yang mengeluarkan (pelakunya) dari agama. Beliau menjawab: “Sembelihan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sujud kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kufur amali yang mengeluarkan dari millah (agama). Demikian pula bila seseorang shalat kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala atau sujud kepada selain-Nya, maka dia telah kufur dengan kekufuran amali yang akbar –wal 'iyadzu billah–. Begitu juga kalau dia mencela dien atau Rasul, atau melecehkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Itu semua adalah kufur amali yang paling besar menurut seluruh Ahlus Sunnah wal Jamaah.” (Majalah Al-Furqan Al-Kuwaitiyyah edisi 94/Syawwal 1418 H)
Pembatal Iman karena I'tiqadiyyah
Pembatal i’tiqadiyyah adalah keyakinan-keyakinan dalam hati atau amalan-amalan hati yang karenanya membatalkan keimanan. Seperti al-i’radh (berpaling) yakni meninggalkan Al-Haq, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ الْحَقَّ فَهُمْ مُعْرِضُوْنَ
"Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling.” (Al-Anbiya`: 24)
Barangsiapa yang berpaling dari apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya, dengan cara memalingkan hatinya dari beriman terhadapnya atau memalingkan anggota badan dari mengamalkannya, berarti dia kafir karena pembangkangannya itu. (Al-Madkhal hal. 156)1
Kekafiran karena i’tiqad yang lainnya adalah menolak dan menyombongkan diri di hadapan Al-Haq, melecehkannya dan melecehkan para pengikutnya, dalam keadaan meyakini bahwa apa yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar-benar dari Rabbnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا ِلآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 34)
Menganggap halal (istihlal) terhadap sesuatu yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan diketahui secara pasti keharamannya dalam agama adalah penyebab kekafiran, terutama jika menyangkut i’tiqad (keyakinan). Adapun kalau menyangkut fi’l (perbuatan), maka harus dilihat dulu bentuk perbuatannya, apakah perbuatan yang menyebabkan pelakunya kafir ataukah tidak.
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu pernah ditanya tentang ketentuan istihlal yang menyebabkan seseorang kafir. Beliau menjawab: “Istihlal adalah seseorang meyakini halalnya sesuatu yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala (dan ini adalah istihlal i’tiqadi, menyebabkan kafir pelakunya, pent.). Sedangkan istihlal fi’li, harus dilihat. Apabila memang menyangkut perbuatan yang dapat menjadikan pelakunya kafir, maka dia kafir murtad, misalnya seseorang sujud kepada patung, maka dia kafir. Mengapa? Karena perbuatan itu menjadikannya kafir. Contoh lain adalah seseorang yang bermuamalah dengan riba. Ia tidak meyakini riba itu halal tapi tetap melakukannya. Maka dia tidaklah kafir, karena tidak menganggap halal (riba tersebut). Dan diketahui secara umum bahwa memakan harta riba tidaklah menjadikan kafir seseorang, tetapi perbuatan tersebut adalah dosa besar. Namun bila ada seseorang berkata: ‘Sesungguhnya riba itu halal,’ maka ia kafir karena telah mendustakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya.
Inilah ketentuan istihlal. Dan nampaknya perlu ditambahkan syarat lain yaitu hendaknya orang yang melakukan tindakan istihlal ini bukan orang yang mendapat keringanan karena kebodohannya. Jika ternyata demikian keadaan pelakunya, maka ia tidaklah kafir. (Liqa` Babil Maftuh, soal no. 1200, melalui nukilan dari catatan At-Tawassuth Wal Iqtishad hal. 31)
Barangkali di antara pembaca ada yang bertanya, mengapa sujud kepada patung dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam? Padahal tidak nampak dari perbuatan itu kecuali kufur amali saja.
Jawabannya adalah karena perbuatan tersebut tidak terjadi melainkan bersamaan dengan lenyapnya amalan hati, seperti niat, ikhlas, dan patuh. Semua itu tidak terdapat lagi saat seseorang sujud kepada patung. Oleh karena itu, meskipun yang nampak adalah kufur amali, namun berkonsekuensi adanya kufur i’tiqadi, dan itu pasti. (A’lamus Sunnah Al-Mansyurah hal. 181-182 oleh Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami)
Jadi tidak setiap kufur amali tidak mengeluarkan pelakunya dari millah Islam. Justru sebagiannya dapat mengeluarkan dari millah Islam.
Bentuk kekafiran karena i’tiqad juga bisa terjadi jika seseorang meyakini adanya serikat bersama dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal wujud-Nya, Rububiyah-Nya, Uluhiyyah-Nya, dan meyakini bahwa nama dan sifat serta perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sama dengan makhluk-Nya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11)
Membahas tuntas tentang pembatal-pembatal keimanan dan iman itu sendiri membutuhkan tempat dan kesempatan yang luas. Namun mudah-mudahan apa yang telah dijelaskan di atas memberikan sedikit banyak pengetahuan kita seputar hal tersebut.
Wallahul musta’an.
1 Yang dimaksud dengan berpaling yang dapat membatalkan keislaman adalah berpaling dari pokok agama yang dengan pokok-pokok itu seseorang menjadi muslim walaupun tidak tahu agama secara detail. (Al-Qaulul Mufid, karya Al-Wushabi, hal. 53)
Janganlah ingin menjadi seperti orang lain kecuali seperti dua orang ini.
Diposting oleh Yusuf shadiq
Pertama,
orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah ruah dan ia membelanjakannya
secara benar di jalan yang adil dan sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah
Kedua,
Orang yang diberi oleh Allah al-hikmah (Ilmu) dan ia berperangai
sesuai dengannya dan mengajarkan Ilmunya kepada orang lain.”
Sahabatku sekalian kukasihi
"Kaya harta dan kaya ilmu, kedua-dua mampu menaikkan kedudukan kita bukan sahaja di sisi manusia bahkan di sisi Allah iaitu dengan cara memanfaatkan kurniaan Allah itu ke jalan yang diredhai Allah insyaAllah.
Setiap perbuatan yang kita lakukan ada matlamatnya masing-masing.
Tetapi apa yang kita inginkan dalam kehidupan ini? tentu kebahagiaan
Ilmu, uang atau selainnya dapat memberi kebahagian jika kita memanfaatkan dengan baik bahkan Allah akan memberikan lebih dari yang kita harapkan ? contoh mengeluarkan sedekah,
Sahabatku sekalian kukasihi
Perumpamaan orang yang kaya harta dan menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti menanam benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai terdapat seratus biji buah. berarti Allah melipat gandakan bahkan lebih dari itu jika kita melakukan dengan ikhlas semata-mata mencari keredhoan Allah
Hakikatnya, kaya dan miskin adalah satu ujian untuk menguji tahap keimanan seseorang.orang yang kaya dan bersyukur dengan kekayaan yang ada padanya dan dibelanjakan di jalan Allah insyaAllah hartanya akan menyelamatkannya,begitu juga sebaliknya harta boleh jalan musuh yang dapat membinasakan seseorang.
Sementara orang yang miskin dan redha atas ketentuan Allah dan bersabar dengan menjalani hidup ini dengan serba kekurangan dan sentiasa memohon Rahmat Allah insyaAllah kemiskinannya akan membawanya ketempat yang mulia,tapi jika sentiasa mengeluh dan tak redho maka ianya lebih dekat dengan kekufuran.
JADIKANLAH HARTA DAN ILMUMU SEBAGAI PENYELAMAT HIDUP DAN MATIMU
Profesi dukun banyak bertebaran di sekitar kita. Mereka mengklaim bisa membantu urusan manusia dalam banyak hal, mulai dari mencari kesembuhan sampai meluluskan berbagai hajat. Bolehkah kita meminta tolong pada dukun?
Hukum mendatangi dukun secara umum adalah haram sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam beberapa sabdanya:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: سَأَلَ أُنَاسٌ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكُهَّانِ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّهُمْ لَيْسُوا بِشَيْءٍ. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَانًا بِالشَّيْءِ فَيَكُونُ حَقًّا. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّيُّ فَيُقَرْقِرُهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ كَقَرْقَرَةِ الدَّجَاجَةِ فَيَخْلِطُونَ فِيْهَا أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata: Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah tentang dukun-dukun. Rasulullah berkata kepada mereka: "Mereka tidak (memiliki) kebenaran sedikitpun." Mereka (para shahabat) berkata: "Terkadang para dukun itu menyampaikan sesuai dan benar terjadi." Rasulullah menjawab: "Kalimat yang mereka sampaikan itu datang dari Allah yang telah disambar (dicuri, red) oleh para jin, lalu para jin itu membisikkan ke telinga wali-walinya sebagaimana berkoteknya ayam dan mereka mencampurnya dengan seratus kedustaan." (HR. Al-Bukhari no. 5429, 5859, 7122 dan Muslim no. 2228)
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي حَدِيْثُ عَهْدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ وَقَدْ جَاءَ اللهُ بِاْلإِسْلاَمِ، وَإِنَّ مِنَّا رِجَالاً يَأْتُونَ الْكُهَّانَ. قَالَ: فَلاَ تَأْتُوا الْكُهَّانَ. قَالَ: قُلْتُ: وَمِنَّا رِجَالٌ يَتَطَيَّرُونَ. قَالَ: ذَلِكَ شَيْءٌ يَجِدُونَهُ فِي صُدُورِهِمْ فَلاَ يَصُدَّنَّهُمْ
Mu'awiyah ibnul Hakam As-Sulami radhiyallahu 'anhu berkata: Aku berkata: "Wahai Rasulullah, saya baru masuk Islam yang datang dari sisi Allah, dan sesungguhnya di antara kami ada yang suka mendatangi para dukun." Beliau bersabda, "Jangan kalian mendatangi para dukun." Dia (Mu'awiyah ibnul Hakam) berkata: Aku berkata: "Di antara kami ada yang gemar melakukan tathayyur (percaya bahwa gerak-gerik burung memiliki pengaruh pada nasib seseorang." Beliau berkata: "Demikian itu adalah sesuatu yang terlintas dalam dada mereka, maka janganlah menghalangi mereka dari aktivitas mereka (untuk berangkat -pen/yakni gerakan burung itu jangan menghalangi orang-orang tersebut untuk berbuat sesuatu -ed)." (HR. Muslim, no. 735)
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً
Diriwayatkan dari sebagian istri Rasulullah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, yang artinya: "Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam."
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْبَدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَمَنَ الْكَلْبِ وَمَهْرَ الْبَغْيِ وَحُلْوَانَ الْكَاهِنِ
Dari Abu Mas'ud Al-Badri radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang memakan harga anjing (keuntungan dari menjual anjing -ed), hasil pelacuran dan hasil perdukunan." (HR. Al-Bukhari no. 5428, dan Muslim no. 1567)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ فِيْمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun lalu dia membenarkan apa-apa yang dikatakan maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 2006, dinukil dari Al-Qaulul Mufid)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin mengatakan: "Dari hadits ini diambil hukum haramnya mendatangi dan bertanya kepada mereka (dukun) kecuali apa-apa yang dikecualikan dalam masalah ketiga dan keempat (sebagaimana pada paragraf selanjutnya -red). Sebab dalam mendatangi dan bertanya kepada mereka terdapat kerusakan yang amat besar, yang berakibat mendorong mereka untuk berani (mengerjakan hal-hal perdukunan -red) dan mengakibatkan manusia tertipu dengan mereka, padahal mayoritas mereka datang dengan segala bentuk kebatilan." (Al-Qaulul Mufid, 2/64)
Adapun jawaban secara rinci tentang hukum mendatangi para dukun dan bertanya kepada mereka adalah:
1. Mendatangi mereka semata-mata untuk bertanya. Ini adalah perkara yang diharamkan sebagaimana dalam hadits:
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun lalu dia membenarkan apa-apa yang dikatakan maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad."
Penetapan adanya ancaman dan siksaan karena bertanya kepada mereka, menunjukkan haramnya perbuatan itu, sebab tidak datang sebuah ancaman melainkan bila perbuatan itu diharamkan.
2. Mendatangi mereka lalu bertanya kepada mereka dan membenarkan apa yang diucapkan. Ini adalah bentuk kekufuran karena membenarkan dukun dalam perkara ghaib termasuk mendustakan Al-Qur`an. Allah berfirman:
قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
"Katakan bahwa tidak ada seorangpun yang ada di langit dan di bumi mengetahui perkara ghaib selain Allah dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." (An-Naml: 65)
3. Mendatangi mereka dan bertanya dalam rangka ingin mengujinya, apakah dia benar atau dusta. Hal ini tidak mengapa dan tidak termasuk ke dalam hadits di atas. Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di mana beliau bertanya kepada Ibnu Shayyad:
مَاذَا خَبَأْتُ لَكَ؟ قَالَ: الدُّخُّ. فَقَالَ: اخْسَأْ فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ
"Apa yang aku sembunyikan buatmu?" Ibnu Shayyad berkata: "Ad-dukh (asap)." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Diam kamu! Kamu tidak lebih dari seorang dukun." (HR. Al-Bukhari no. 1289 dan Muslim no. 2930)
4. Mendatangi mereka lalu bertanya dengan maksud membongkar kedustaan dan kelemahannya, menguji mereka dalam perkara yang memang jelas kedustaan dan kelemahannya. Hal ini dianjurkan bahkan wajib hukumnya. (Al-Qaulul Mufid, Ibnu 'Utsaimin, 2/60-61, Al-Qaulul Mufid Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Wushshabi, hal. 140-143)
Dukun, Penciduk Agama dan Harta
Tidak ada keraguan bagi orang yang telah menikmati ilmu As Sunnah dan tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi mereka tentang kejahatan para dukun dan tukang ramal. Mereka adalah para penciduk agama dan juga harta.
Penciduk agama artinya mereka telah merusak keyakinan kaum muslimin khususnya dalam masalah ilmu ghaib. Bahkan dengan sebab mereka, seseorang bisa menjadi kafir keluar dari agama. Mereka adalah perusak salah satu prinsip agama bahkan pondasi keimanan yaitu beriman dengan perkara yang ghaib, karena perkara ghaib ilmunya hanya milik Allah subhanahu wa ta'ala. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
"Itulah Al-Kitab yang tidak ada keraguan padanya menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa yaitu orang-orang yang beriman dengan perkara yang ghaib." (Al-Baqarah: 2-3)
قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
"Katakan: Tidak ada siapapun yang ada di langit dan di bumi mengetahui perkara ghaib selain Allah dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." (An-Naml: 65)
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ
"Allah tidak memperlihatkan kepada kalian hal-hal yang ghaib." (Ali 'Imran: 179)
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ
"Di sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri." (Al-An'am: 59)
فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ
"Maka katakanlah: Sesungguhnya yang ghaib itu hanya kepunyaan Allah." (Yunus: 20)
قُلْ لاَ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
"Katakanlah: Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentunya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (Al-A'raf: 188)
Dari Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَفَاتِحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللهُ: لاَ يَعْلَمُ أَحَدٌ مَا فِي غَدٍ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ يَعْلَمُ أَحَدٌ مَا يَكُونُ فِي اْلأَرْحَامِ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا، وَلاَ تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِي الْمَطَرُ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ اللهُ
"Kunci-kunci perkara ghaib itu ada lima dan tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah: Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi besok kecuali Allah; tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim kecuali Allah; tidak ada satu jiwapun mengetahui apa yang akan diperbuatnya besok; tidak mengetahui di negeri mana (seseorang) meninggal kecuali Allah; tidak ada yang mengetahui kapan turunnya hujan melainkan Allah; dan tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat kecuali Allah." (HR. Al-Bukhari no. 992, 4351, 4420, 4500, 6944 dan Ahmad, 2/52)
Adapun sebagai gerombolan penciduk harta artinya mereka melakukan penipuan terhadap umat sehingga betapa banyak harta hilang dengan sia-sia dan termakan penipuan mereka. Betapa banyak harta terkorbankan karena kedustaan para dukun, sementara persoalan setiap orang yang datang kepada mereka tidak juga tuntas dan tidak terjawab. Persyaratan demi persyaratan datang silih berganti mulai dari tingkat yang paling kecil sampai tingkat yang paling besar, dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Persyaratan itu harus terpenuhi sehingga umat pun berusaha untuk memenuhinya. Mereka masuk dalam peringkat pertama sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
"Barangsiapa menipu kami maka dia tidak termasuk (golongan) kami." (HR. Muslim)
Sikap Ahlus Sunnah terhadap Dukun
Abu Ja'far Ahmad bin Muhammad Ath-Thahawi menyebutkan akidah Ahlus Sunnah terhadap dukun dalam kitab beliau Al-'Aqidah Ath-Thahawiyyah: "Kita tidak boleh membenarkan dukun dan tukang ramal, dan tidak boleh membenarkan orang yang mengakui sesuatu yang menyelisihi Al-Qur`an, As-Sunnah dan ijma'."
Ibnu Abi 'Izzi mengatakan: "Wajib bagi pemerintah dan orang yang memiliki kesanggupan untuk melenyapkan para dukun dan tukang ramal serta permainan-permainan sihir sejenisnya seperti menggunakan garis di tanah atau dengan kerikil atau undian. Dan mencegah mereka untuk duduk-duduk di jalan dan memperingatkan mereka supaya jangan masuk ke rumah-rumah orang. Cukuplah bagi orang yang mengetahui keharamannya lalu dia tidak berusaha melenyapkannya padahal dia memiliki kesanggupan, (cukup baginya) firman Allah:
كَانُوا لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
"Mereka tidak saling mengingkari perbuatan mungkar yang telah mereka kerjakan, amat buruklah apa yang telah mereka perbuat." (Al-Maidah: 79) (Syarah Al-'Aqidah Ath-Thahawiyyah hal. 342)
Al-Lajnah Ad-Da`imah (Lembaga Fatwa Kerajaan Arab Saudi) berkata: "Kaum muslimin tidak boleh shalat di belakang mereka (para dukun) dan tidak sah shalat di belakang mereka. Bila seseorang kemudian mengetahui hal itu hendaklah dia meminta ampun kepada Allah dan mengulangi shalatnya." (Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah, 1/394). Wallahu a'lam.
Sebuah bekal hari ini yang sarat tuntutan,
Untuk masa depan yang penuh cahaya
Wahai para pemuda,
Wahai mereka yang memiliki cita-cita luhur
Untuk membangun kehidupan
Wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama Allah
Wahai semua yang turun ke medan,
Demi mempersembahkan nyawa di hadapan Rabb-nya
Disinilah petunjuk itu, disinilah bimbingan
Disinilah hikmah itu, disinilah kebenaran
Di sini kalian dapati keharuman pengorbanan dan kenikmatan jihad
Bersegeralah, bergabung dengan parade mujahid
Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi
Untuk menyatu dalam pasukan
Sehingga tak ada lagi fitnah di muka bumi
Untuk masa depan yang penuh cahaya
Wahai para pemuda,
Wahai mereka yang memiliki cita-cita luhur
Untuk membangun kehidupan
Wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama Allah
Wahai semua yang turun ke medan,
Demi mempersembahkan nyawa di hadapan Rabb-nya
Disinilah petunjuk itu, disinilah bimbingan
Disinilah hikmah itu, disinilah kebenaran
Di sini kalian dapati keharuman pengorbanan dan kenikmatan jihad
Bersegeralah, bergabung dengan parade mujahid
Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi
Untuk menyatu dalam pasukan
Sehingga tak ada lagi fitnah di muka bumi
dan agama seluruhnya milik Allah
(sedikit gubahan)Apa kabar akhi? Bagaimana keadaan imanmu hari ini? Bagaimana pula kabar imanmu hari ini? Karena engkau pasti tahu bahwa yang menjadi ukuran kita selamat di Yaumil Akhir nanti adalah tingkat amal kita di dunia.
Pernahkah engkau mengingat kematian wahai akhi? Karena kematian menjadi kepastian; tanah menjadi tempat pembaringan; munkar dan nankir menjadi tamu; kuburan menjadi tempat tinggal; perut bumi menjadi tempat menetap; kiamat menjadi janji yang pasti; surga dan neraka menjadi tempat kembali.
Pernahkah terbersit dipikiranmu? Tatkala manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar? Pernahkah terbersit dipikiranmu wahai akhi, tatkala disana matahari sangat dekat di ujung kepala? Rasulullah SAW bersabda : Di hari kiamat nanti matahari akan mendekati manusia, sehingga jaraknya hanya satu mil. Manusia akan berada dalam keringatnya masing-masing sesuai dengan amal perbuatannya. Ada yang keringatnya sampai mata kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai setengah badan dan ada yang tenggelam sampai mulutnya.
Akhi,
Pernahkah engkau membayangkan tentang neraka? Tentang kegelapan neraka yang sangat pekat? Rasulullah bersabda : Api neraka dinyalakan seribu tahun hingga memerah, kemudian dinyalakan lagi seribu tahun hingga memutih dan dinyalakan lagi seribu tahun hingga menghitam. Dan jadilah neraka itu gelap pekat.
Akhi,
Pernahkah engkau membayangkan tentang minuman akhli neraka? Allah berfirman dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumkannya air nanah tersebut (Q.S Ibrahim : 16). Rasulullah bersabda : Ketika didekatkan kemulutnya maka mulutnya terpanggang dan kulit kepalanya terkelupas. Dan ketika dia meminumnya, maka terputuslah ususnya sehingga minumannya keluar dari duburnya.
Akhi,
Cukuplah cerita tadi bagi kita, karena keadaan sesungguhnya pastilah lebih mengerikan!
Maafkan aku akhi, karena membuat hatimu gelisah oleh cerita itu. Tapi karena kecintaanku padamu karena ALLAH SWT, maka aku ceritakan pula. Aku hanya ingin kita menjadi orang-orang yang selamat dari keburukan-keburukan itu.
Akhi,
Yang aku harapkan hanyalah agar kita selalu waspada terhadap kematian dengan jalan perbaiki diri tentunya. Dan pada saatnya nanti, kita menjadi orang yang siap mengahadap-Nya.
Rabbana atina fid dun-yaa hasanataw wa fil aakhiratihasanataw waqinaa ’adzaabannar(Q.S Al-Baqarah : 210)
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat, dan periharalah kami dari siksa neraka. AMIN.
-wahai akhi tolong semoga indahnya Surga Nya bukan sekedar dongeng bagi kita
Tidak ingin menyinggung-nyinggun masalah tabu bernama virus merah jambu
Namun juga merasa tidak ada salahnya kalau ana berkomentar sedikit tentang seorang mujahidah yang ana dambakan.
Tidak tahu apakah ana sudah layak dapat mujahidah apa belum?
Kalau belum Ya Allah, jadikan dengan cinta-Mu aku bisa terus berproses dalam perbaikan
Sehingga bisa menyambut mujahidah yang kau hadiahkan sebagai pendamping pengembaraan hamba di jagat fana ini.
Kenapa ana tidak menggunakan kata-kata ‘bidadari.’ Afwan tapi memang ana tidak mencari seorang bidadari (yang secara terminologi ikhwah digambarkan begitu’sempurna’)
Karena insyaAllah bidadari itu adalah reward Allah yang telah dengan amat rindu menanti kita di syurga. Selain itu kata-kata bidadari -meskipun melenceng dari makna fitriyahnya- acapkali dicondongkan pada penampakan fisik. Astaghfirullah, Ya Allah jaga hati hamba sehingga tidak terperangkap di dalamnya (meski mungkin sampai sekarang ana masih sulit untuk mengacuhkan hal tersebut (fisik-red). Ini sebagaimana tulisan yang pernah ana tulis dalam sebuah lembaran buku usang binder ana, yaitu berupa do’a yang agak nyeleneh;
” Ya Allah apakah salah kalau hamba-Mu ini tidak hanya mendamba penyejuk hati, namun juga penyejuk mata”
Mungkin sekarang ana sering tertawa sendiri atau malah miris kalau membaca tulisan tersebut. Dan mungkin izinkan. Ya Allah hamba yang hina ini meng-edit sedikit do’a nyeleneh tersebut-menjadi seperti ini ”Ya Allah ampuni hamba kalau hamba tidak hanya mendamba penyejuk hati, namun juga penyejuk mata. Dan kuatkan hati hamba untuk mencintai, mujahidah yang kan kau kirimkan nanti, dengan hati hamba dan bukan dengan mata hamba".oleh :Sri Lestari, Ssi., Apt
Beberapa waktu belakangan ini marak diberitakan dan diperdebatkan tentang gerakan Islam transnasional yaitu gerakan Islam yang tidak hanya bekerja dan mempunyai kegiatan di sebuah negara tapi mempunyai jaringan secara internasional. Pro kontra tentang keberadaan gerakan Islam transnasional ini sendiri agaknya malah secara implisit mengarah kepada tuduhan – tuduhan yang cenderung negatif terhadap gerakan dakwah islam yang berkembang di Indonesia.
Islam dari awal diturunkan adalah sebuah agama yang berisi aturan-aturan yang mengatur segala aktivitas manusia, tidak terbatas pada tempat, negara,suku atau bahasa tertentu. Sampai hari ini ajaran Islam telah menyebar ke seluruh dunia walaupun tempat pertama kali kemunculannya adalah di Mekah dan Madinah.Realitas sejarah ini menjadi bukti bahwa Islam adalah sebuah gerakan transnasional.Kalau kita menilik penyebaran agama-agama yang ada didunia ini baik Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu dll, maka dapat dikatakan juga merupakan gerakan transnasional.
Lebih jauh lagi, ideologi-ideologi yang ada di dunia semisal liberalisme, sosialisme, feminisme, marxisme juga dapat dikatakan sebagai gerakan transnasional karena melampaui tempat atau negara dimana ideologi itu pertamakali dilahirkan.
Kalau kemudian ada tuduhan terhadap beberapa gerakan Islam yang akhir-akhir ini berkembang di Indonesia seperti Hizbut Tahrir Indonesia, Gerakan Tarbiyah, Jamaah Salafy, Jamaah Tabligh sebagai gerakan transnasional yang membahayakan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu merupakan tuduhan yang berlebihan. Ini seperti cara lama yang digunakan kembali yaitu dengan menggunakan stigma-stigma negatif terhadap ormas, gerakan atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Apalagi jika kemudian menggunakan kata-kata “membahayakan kedaulatan negara”.
Indonesia telah berhasil mengakomodasi keragaman yang ada di dalamnya dan tidak perlu dipersoalkan lagi tentang perbedaan-perbedaan yang ada termasuk metode dakwah yang dikembangkan oleh beberapa gerakan Islam seperti yang dicontohkan diatas karena faktanya jelas menunjukkan bahwa gerakan-gerakan tersebut tidak terkait sama sekali dengan tindakan makar yang membahayakan kedaulatan NKRI.
Setiap warga negara Indonesia boleh saja memiliki opini, pendapat dan berhimpun dalam organisasi sepanjang tidak melanggar hukum. Seseorang yang mengaku sebagai seorang marxis atau liberalis tidak serta merta dapat ditangkap dan dianggap sebagai orang yang membahayakan kedaulatan negara, demikian pula seseorang yang mengaku sebagai muslim dan mempunyai pandangan tersendiri tentang keberagamaannya.Lalu, kenapa harus dibikin ribut?
Beberapa waktu belakangan ini marak diberitakan dan diperdebatkan tentang gerakan Islam transnasional yaitu gerakan Islam yang tidak hanya bekerja dan mempunyai kegiatan di sebuah negara tapi mempunyai jaringan secara internasional. Pro kontra tentang keberadaan gerakan Islam transnasional ini sendiri agaknya malah secara implisit mengarah kepada tuduhan – tuduhan yang cenderung negatif terhadap gerakan dakwah islam yang berkembang di Indonesia.
Islam dari awal diturunkan adalah sebuah agama yang berisi aturan-aturan yang mengatur segala aktivitas manusia, tidak terbatas pada tempat, negara,suku atau bahasa tertentu. Sampai hari ini ajaran Islam telah menyebar ke seluruh dunia walaupun tempat pertama kali kemunculannya adalah di Mekah dan Madinah.Realitas sejarah ini menjadi bukti bahwa Islam adalah sebuah gerakan transnasional.Kalau kita menilik penyebaran agama-agama yang ada didunia ini baik Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu dll, maka dapat dikatakan juga merupakan gerakan transnasional.
Lebih jauh lagi, ideologi-ideologi yang ada di dunia semisal liberalisme, sosialisme, feminisme, marxisme juga dapat dikatakan sebagai gerakan transnasional karena melampaui tempat atau negara dimana ideologi itu pertamakali dilahirkan.
Kalau kemudian ada tuduhan terhadap beberapa gerakan Islam yang akhir-akhir ini berkembang di Indonesia seperti Hizbut Tahrir Indonesia, Gerakan Tarbiyah, Jamaah Salafy, Jamaah Tabligh sebagai gerakan transnasional yang membahayakan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu merupakan tuduhan yang berlebihan. Ini seperti cara lama yang digunakan kembali yaitu dengan menggunakan stigma-stigma negatif terhadap ormas, gerakan atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Apalagi jika kemudian menggunakan kata-kata “membahayakan kedaulatan negara”.
Indonesia telah berhasil mengakomodasi keragaman yang ada di dalamnya dan tidak perlu dipersoalkan lagi tentang perbedaan-perbedaan yang ada termasuk metode dakwah yang dikembangkan oleh beberapa gerakan Islam seperti yang dicontohkan diatas karena faktanya jelas menunjukkan bahwa gerakan-gerakan tersebut tidak terkait sama sekali dengan tindakan makar yang membahayakan kedaulatan NKRI.
Setiap warga negara Indonesia boleh saja memiliki opini, pendapat dan berhimpun dalam organisasi sepanjang tidak melanggar hukum. Seseorang yang mengaku sebagai seorang marxis atau liberalis tidak serta merta dapat ditangkap dan dianggap sebagai orang yang membahayakan kedaulatan negara, demikian pula seseorang yang mengaku sebagai muslim dan mempunyai pandangan tersendiri tentang keberagamaannya.Lalu, kenapa harus dibikin ribut?
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الواحد الأحد الفرد الصمد الذى لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير.وأشهد أن محمد عبده ورسوله أرسله الله بشيرا ونزيرا بين يدى الساعة فاد الأمانة وبلغ الرسالة ونصح الأمة وجاهد فى الله حق جهاده.الصلاة والسلام على حبيبنا وشفيعنا وزخرنا محمد بن عبد الله إمام المتقين وقائد الدعاة المجاهدين وعلى آله وصحبه ومن سار على هدية إلى يوم الدين.
أما بعد :
قال الله تعالى : واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا واذكروا نعمة الله عليكم إذ كنتم أعداء فألف بين قلوبكم فأصبحتم بنعمته إخوانا.
(آل عمران : 153)
MUQADDIMAH
Kewujudan manusia merupakan keunikan alam anugerah Allah. Komunikasi antara mereka memperlengkapkan survival sebuah kehidupan, manakala hubungan raya manusia dan penciptanya pula menempah kejayaan hakiki. Manusia memiliki fitarah kejadian yang seni dan agung jua sebagai pembalut naluri yang berfungsi untuk membina kestabilan asas keinsanan seorang manusia.
Cinta menepati satu angka perangkaan fitrah manusia. Tanpa nilai cinta yang berdefinisi sebagai cetusan rasa dari orbit naluri ke arah mengenali satu objek dengan penghayatan hakikat dan kewujudannya akan membantutkan tumbesar manusia.
Kesenian cinta yang didasari runtutan fitrah tanpa dicabul oleh hawa syahwat merupakan logo kedamaian, keamanan dan ketenangan. Namun cinta seringkali diperalatkan untuk melangsai keghairahan nafsu dan kebejadan iblis laknatullah. Demi kemakmuran manusia sejagat, kita mesti menangani fenomena cinta dengan nilai fikrah yang suci dan iman yang komited kepada Allah.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
من سره أن يجد حلاوة الإيمان فليجب المرء لا يجبه إلا الله عزوجل . (رواه أحمد والحاكم)
Permasalahan cinta antara yang dihadapi secara serius oleh umat Islam hari ini. Pertembungan antara cinta hakiki dan cinta palsu menyebabkan umat Islam menghadapi dilema perasaan yang kronik. Krisis cinta palsu telah memapah umat Islam ke medan pertembungan yang memusnahkan etika spritual-membunuh solidariti dan menodai sosial.
Individu mukmin sewajarnya peka terhadap kehadiran cinta yang mengenai jiwa. Cinta yang berlogikkan nafsu dan syahwat hanyalah cinta palsu yang penuh jijik dan dihina.
Firman Allah SWT :
- Surah Shad ayat : 26 –
Firman Allah SWT :
- Surah Yusoff ayat : 30 –
Cinta yang dinaungi kesucian fitrah dan berpandukan akidah Islamiah ialah cinta hakiki yang membina realiti kemakmuran dan mengundang keampunan Allah.
Firman Allah SWT :
- Surah Ali Imran ayat : 31 –
1. CINTA DI PENYATA WAHYU
Menelusuri cinta bahagia dan hakiki sayugianya melangkah melalui lebuh
raya yang luas terbentang menuju penyata Ilahi. Sebarang lorong dan alur rentas yang tidak menuju Irsyadur Rabbani hanyalah mempertemukan cinta dan nafsu dalam serkap yang gelita.
Firman Allah SWT :
- Surah Al-Jasyiyah ayat : 18 –
Melalui penyata yang juga merupakan surat kiriman dari Allah tertera mengenai
cinta.
a) Cinta kehadrat Ilahi.
Ketinggian nilai taqarrub Al-Abid kepada Khaliq dapat dikesan melalui skil
cinta murni kehadrat Ilahi. Tanpa cinta kepada Allah perlakuan hamba tidak memberi pulangan yang bererti sedangkan ia menjadi tunjang kepada Islam ialah mengenali dan dan menyintai Allah.
(أول الدين معرفة الله ).
Sinaran cinta itu jua akan mendorong hamba bertindak ikhlas di mihrab
pengabdian diri kepada Allah serta menghasilkan cahaya iman yang mantap. Firman Allah SWT :
- Surah Al-baqarah ayat : 165 –
Meletakkan diri dalam zumrah orang-orang yang menyintai Allah mestilah
bertindak penuh dengan mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya.Firman Allah SWT :
- Surah Al-Kahfi ayat : 11 –
Pencinta Allah adalah pemilik iman yang komited merangkap pejuang yang
dinamis.Mereka menanggapi kewujudan Allah sebagai Qadhi Rabbul Jalil yang tiada tandingan.
Firman Allah SWT :
- Surah Al-Maidah ayat : 50 –
- Surah an-Nisa’ ayat : 124 –
Merekalah tentera Allah yang aktif dan terpilih untuk bertugas gigih bagi
memastikan agama tertegak di muka bumi ini,pula layak menyandang pingat kejayan sejati.
- Surah Al-Maidah ayat : 54 –
Individu mukmin dalam memburu kesempurnaan ibadat dan kejayaan perjuangan sepastinya merangkul erat nilai cinta kepada Allah.
1. تقرب إلى الله
2. مراقبة الله
3. جهاد فى سبيل الله
Kecintaan kepada Allah antara semboyan untuk mengundang nusrah dan cinta
Allah sedangkan nusrah dan cinta Allah pula menjadi saranan terpenting yang digunakan untuk menjamin keistiqomahan dan kekuatan dalam menghadapi konspirasi musuh-musuh Allah .
Memiliki cinta Allah seharusnya menjadi kebanggaan individu mukmin lantaran keagungan nilai dan ketulusan ihsan-Nya.Namun menjadi suatu kesukaran untuk meraih cinta Allah tanpa pengabdian yang menjurus tepat kepada-Nya. Menjelaskan tentang nilai cinta Allah telah berkata :
العلامة أبو يزيد البسطامى : ليس العجب من حبى لك وأنا عبد فقير إنما العجب من حبك لى وأنت ملك قدير
ترجمة فى الطبقات الكبرى 1/65)
b) Kecintaan kepada Rasul
Perutusan duta besar المصطفى ملعم adalah pemegang mohor yang maha Agung
untuk menguruskan dan mengendalikan titah perintah عزوجل sehingga terlaksana pengabdian diri kepada Allah dan pembenterasan الطواغيت
Firman Allah SWT :
- Surah An-Nahl ayat : 36 –
Justeru itu menjadi hak mutlak bagi Baginda Rasul saw bahawa ia semestinya
dicintai lantaran Baginda telah berselut lumpur menghidupkan obor diri sekaligus menyungkurkan puak jahili.
Menyintai Baginda Rasul saw bererti memberi syahadah dan ikatan bai’ah demi perlaksanaan syariat Allah SWT.Firman Allah SWT :
- Surah Al-Hasyar ayat : 7 –
Realiti cinta kepada Saiyidil Mursalin saw mampu menghadirkan cinta Allah
sebagai satu gandingan cinta sejagat. Cinta inilah yang berenergy tinggi ke lokasi tenang dan bahagia serta penyelamat dari sentuhan azab.Firman Allah SWT :
- Surah At-Taubah ayat : 24 –
c) Cinta mukmin
Interaksi cinta sesama mukmin antara pembuluh yang menyalurkan ‘Izzah dan
Himmah Ummah Muhammadiah. Keprihatinan Islam mengorientasi ummah berkombinasi dan bersepadu adalah melalui perlaksanaan program ukhuwwah Addiniah yang bercagarkan percintaan sesama insan.Abu Al A’la Al Maududi dalam risalahnya (تيف السبيل إلى وحدة الأمة الإسلامية ) telah merakamkan :
لست مبالغا فيما أقول أنه لا توجد نظرية لا فى لقديم ولا فى الحديث توجد الإنسانية وتصلح أساسا للدولة العالمية إلا نظرية الإسلام والإسلام فقط هذه هى منهجية الوحيدة التى باستطاعتها أن تجمع بين الناس جميعا وتجعل منهم عائلة واحدة يتكون منها مجتمع عالمى و تنشاء عليها دولة عالمية.
Jalinan erat hati dan tenaga sesama mukmin,menyuburkan semangat تناصر dalam pembinaan akidah yang mantap,sosial yang sihat dan kekuatan tenaga yang ampuh.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
لا تحاسدوا ولا تناجشوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا بيع بعضكم على بيع بعض وكونوا عباد الله إخوانا المسلم أخو المسلم لا يظلم ولا يخذله ولا يحقره التقوى ها هنا ويشير إلى صدره ثلاث مرات ( أخرجه المسلم )
Akidah yang mantap, sosial yang sihat dan kekuatan yang ampuh merupakan senjata serampang tiga yang efektif untuk menggempur elemen jahiliyyah dan menangani manipulasi Al-Ahzab moden. Berlangsungnya pembelengguan dan penjajahan ummah kini lantaran ketandusan cinta dan kegersangan kasih sayang. Dunia kini merintih kehausan عدالة – سعادة – ومحبة angkara retaknya solidariti ummah.lantas itulah Allah berfirman :
واعتصموا بحبل الله جميعا و لا تفرقوا واذكروا نعمة الله عليكم……..
- Surah Ali Imran ayat :
3. NILAI CINTA MURNI
رابطة العقيدة
- Surah At-Taubah ayat : 11 –
سعادة البشرية
- Surah Al-Hijr ayat : 45-48 –
إصلاح المجتمع
- Surah Al-Hujurat ayat : 10 –
أخوة الرفيقة
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
والذى نفس بيده لا يؤمن عبد حتى يحب لجاره –أو قال – لأخيه ما يحب لنفسه.
(أخرجه البخارى – فتح البارى 13)
رفع العذاب
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
سبعة يظلمهم الله فى ظلله يوم لا ظل إلا ظله (ومنهم) رجلان تحابا فى الله اجتمعا عليه وتفرق عليه (متفق عليه)
Integrasi Cinta Mukmin dengan Gerakan Islam.
Cinta mukmin antara prioriti pelengkap gerakan Islam yang berwibawa.Du’at yang berkasih sayang sebagai tenaga dinamis membina keutuhan tanzim sementara budaya التواص بالحق والصبر beroperasi lancar diatas sama cinta sedangkan ia adalah sumber kekuatan dalaman.
Persefahaman (تفاهم ) pengorbanan (تضحية ) dan persaudaraan (الأخوة ) pula merupakan Intisari Cinta Mukmin.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
ترى المؤمن فى تراحمهم وتوارحم وتعاطفهم كمثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر جسده بالسهتر والحمى.
Al Imam Hassan al Banna dalam kitabnya (أحاديث الجمعة ) ketika menafsirkan Islam menyentuh perihal ukhuwwah Islamiyyah.
( إن الإسلام عقيدة وجنسية ليست جنسية الدم والأرض ولكنها جنسية الأخوة والروح وهى أقوى وأفضل)
Baginda Rasulullah saw di ambang pembentukan daulah Islamiyah Al Fadhilah terlebih dahulu mempersaudarakan al Muhajirin dan al Ansar agar mereka saling cinta-mencintai diantara satu sama lain sebagai asas للتناصر فى بناء الدولة .
d) Cinta Dunia
Terpesona dan ghairah terhadap sandiwara dunia mencacatkan kredibiliti
ummah malah menyemarakkan barah الوهن .Baginda Rasulullah saw ketika ditanya :
ما الوهن يا رسول الله ؟ قال رسوا الله صلى الله عليه وسلم : حب الدنيا وكراهية الموت.
- Surah Al-hadid ayat : 20 -
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : تعس عبد الدنيا وتعس عبد الدرهم وتعس عبد الخميصة (رواه البخارى)
Kehancuran dunia hari ini berpunca dari kerakusan dan sikap tamak haloba sesetengah pihak memboloti kemewahan dunia.Masalah penghakisan tanah,kepupusan hidupan liar,ketipisan lapisan ozon adalah antara permasalahan yang mengancam kestabilan dunia antara tindakan mereka.
- Surah Ar-Rum ayat : 41 –
Cinta dunia menjadi satu vacum yang membekukan daya juang dan kepekaan ummah terhadap rentak tari musuh.Faktor ini mengekalkan ummah di paras الدونية seterusnya menggagalkan strategi pembinaan
الخلافة الإسلامية. Sementara pelupusan iman,taqwa,tawakkal dan tawadhu’ yang mengakibatkan keonaran sosial juga bertunas cambah dari sentimen mata dunia yang tidak berkesudahan.
ANASIR CINTA DUNIA
Cinta harta
Cinta pangkat dan kedudukan
Cinta keturunan (Asobiyah)
Cinta nafsu
CINTA MUDA MUDI (REMAJA) :PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN
Mengharungi pasca moden mencetus komunikasi berani antara manusia. Sopan susila, adat budaya, adab bangsa kian diketepikan. Susila barat, budaya hippies dan adat rimba dibangga-banggakan sebagai trend dunia kini.
Muda mudi adalah agen yang terlalu ketara membantu penguatkuasaan gejala keruntuhan moral. Pergaulan bebas menjadi slogan perjuangan mereka.Hidup mereka hanyut ke tengah gelombang ganas yang membunuh akidah. Realiti ini suatu tragedi yang mencuit perasaan.
Cinta di kalangan muda-mudi turut tercemar oleh wabak jijik yang bermaharajalela. Seringkali percintaan antara mereka berakhir dengan kekecewaan dan maksiat yang keji.
a) REALITI SEBUAH TRAGEDI
Asy Syauqi bersyair :
نظرة فابتسامة فسلام # فكلام فموعد فلقاء
وقال الشاعر : وما الحب إلا نظرة أثرة نظرة # تزيد نموا إن تزيده لجاجا
1. Main mata sebagai agenda pertama dalam aksi mengorat.sekiranya ada respon, pasangan semakin berani bertindak.
2. Bersahut suara dan saling hubung menghubungi melalui surat,telefon dan sebagainya. Kesempatan ini akan digunakan oleh kedua-dua pihak untuk berbuat sesuatu agar hubungan semakin erat termasuk penggunaan mentera.
3. Merancang pertemuan (dating) di tempat-tempat umum untuk meluahkan perasaan masing-masing. Bungaan ayat dihamburkan demi memaut hati pasangan.
Contoh :
i lautan api sanggup kuharungi.
ii kalau tak percaya belahlah dada.
iii Berkorban apa saja,sanggup sehidup semati
4. Tatkala kemesraan kian bersemi pasangan bercinta teramat sukar untuk ‘tidak menyentuh’ antara satu sama lain.Tindikan minima, mereka akan bersentuhan bahu dan berpegangan tangan ketika berjalan.Tindakan mereka lebih berani apabila beraksi ditempat sunyi seperti kelab istirehat, di tepi pantai dan seumpamanya.
الإلتزام بجماعة المسلمون
- Al-Anfal ayat : 46 –
تكوين البنة الصالحة
- Ali-‘Imran ayat : 115 –
أشراف الزواج
عن عبد الله بن مسعود قال : قال لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه اغض للبصر وأحسن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء. (رواه البخارى والمسلم)
Agenda yang membantu
- Menggunakan institusi orang tengah
- Menubuhkan unit Taqdim.
3. CINTA SELEPAS BERKAHWIN
Cinta bersemarak dengan nilai yang suci murni dari noda dan dosa akan menumbuhkan kebahagiaan dan kepuasaan yang hakiki. Cinta sebelum perkahwinaan adalah dengusan perasaan yang sering membawa imej yang pura-pura dan keterlaluan. Luahan perasaan dan rengekan suara antara pasangan yang belum halal hanyalah membentuk cinta bernoda dan sering dikuasai oleh helah syaitan. Sungguh pun batas syariat cuba dipelihara namun menjadi suatu hal yang dibimbangi apabila berlangsung hubungan antara dua pasangan yang bukan muhram.
Sikap merahsiakan perhubungan antara pasangan bukan muhram ini antara api syubhat yang bakal hangus benteng syariat antara mereka.
Cinta diperingkat ini juga memberi kesan negatif kepada psikologi individu yang terlibat lantaran angan-angan dan khayalan yang sering menghantuinya.
Perkahwinan sebagai satu penyelesaian kepada konflik ‘Cinta Lutong’ ini. Ianya akan mengajar erti realiti sebuah cinta. Cinta sejati adalah kemuncak rasa yang sukar dicapai. Pengorbanan dan ketabahan sebagai modal pokok ke arah pencapaiannya.
Merentasi cabaran dan menyelami perasaan masing-masing (antara kedua-dua pasangan) akan menjelaskan nilai cinta murni yang suci dari penipuan dan khayalan bahkan penuh keinsafan dan tanggungjawab.
4.TIPS CINTA UNTUK KEBAHAGIAAN BAIT MUSLIM
Pendakian puncak ustaziatul alam mestilah melalui beberapa marhalah dan aqabah.Bait muslim sebagai marhalah kedua merupakan aqabah yang sukar di daki dengan penuh jaya dan gemilang.Ketabahan,kesabaran dan kebijaksanaan antara prinsip untuk berjaya.
Seringkali isu ‘Kegagalan Rumah Tangga’ diperkatakan sehingga ia memberi kesan buruk kepada pasangan yang akan berkahwin. Fenomena ini dapat disaksikan di negara-negara barat apabila muda-mudi bosan dengan perkahwianan lantas mengamalkan ‘free sex’.
Rumahtangga yang berjaya ialah yang memiliki suasana asas sebagaimana yang disebut oleh Allah dalam firman-Nya :
- Ar-Rum ayat : 21 –
4.1 TIPS CINTA UNTUK SUAMI
- Bersikap baik dan lembut dengan isteri.
- Menjaga kehormatan rumahtangga.
- Jangan sekali-kali memukul isteri dan penuhi keinginannya dengan baik.
- Bersabar dengan karenah isteri.
- Mengandalikan nafkah dengan baik.
- Bergurau senda dengan isteri dan anak.
- Membantu tugas-tugas isteri dirumah.
4.2 TIPS CINTA UNTUK ISTERI
- Berterima kasih di atas pemberian suami.
- Segera memenuhi permintaan suami.
- Bertindak diatas keizinan suami–jangan sekali-kali mengangkat suara.
- Pastikan suami tidak menemui sesuatu yang buruk pada isteri.
- Pastikan suami tidak mencium melainkan bau yang wangi.
- Jaga hartanya dengan sebaik-baik tadbir.
- Jangan mengingkari suami dan merahsiakan sesuatu darinya.
- Membantu urusan perjuangannya.
- Berkhidmat ikhlas dan aktif untuk ketenangan suami.
- Berlembut apabila di marahi dan senyum apabila digembirakan.
4.3 TIPS CINTA UNTUK KEDUA SUAMI ISTERI
- Persefahaman.
- Ta’awun.
- Tasamuh
- Wujud suasana romantis.
- Atasi bebanan kerja
- Kepuasan seks.
- Elakkan sikap mengkritik pasangan.
- Saling percaya mempercayai di antara satu sama lain.
PENUTUP
Hidup manusia menjadi pasif tanpa cinta bahkan bertaraf durjana tatkala tiada nilai cinta rabbani yang menjadi asas pergerakan manusia membebaskan diri daripada kepungan api neraka Allah. Justeru itu cinta harus dipertemukan dengan fitrah demi kesejagatan Al-Hayah anugerah Allah.
Manusia wajib mencintai Allah, Rasul sesama mukmin sebagai teras pembinaan daulah Islamiah Al-Fadhilah. Tanpa cinta berperspektif Islam dunia akan binasa dan musnah dek kemarau Nusrah dan Hidayah Ilahi serta permusuhan manusia yang berpanjangan.
Nilai cintalah,ummat menjadi satu dan ‘izzah menjadi milik mereka.
Firman Allah SWT :
- Ali-‘Imran ayat : 103 –
By : Sri Lestari, Ssi., Apt
* Cerita ini adalah kisah nyata dan semoga kita mengambil pelajaran darinya
Beberapa hari yang lalu di suatu siang yang gerah karena awan yang bergelayut menjelang hujan, ada seorang laki-laki tua dan istrinya yang mendatangi tempat kerjaku. Dari penampilannya jelas tergambar mereka bukan orang berada. Ternyata mereka mau menawarkan madu yang mereka bawa didalam botol-botol yang dimasukkan ke dalam karung. Aku sempat berpikir, pasti berat membawanya berjalan kaki.
Si kakek menawarkan madunya dengan sikap yang menurutku sedikit agak kasar dan memaksa. Ah, mungkin ini hanya perasaanku saja karena mungkin begitulah adanya kesederhanaan yang mereka miliki. Aku sempat bertanya, dimana mereka tinggal dan mereka mengatakan tinggal di kampung yang dekat dengan hutan berbatasan dengan wilayah kabupaten lain.Wah, pasti jauh sekali. Terbayang olehku daerah kering di tepi hutan dengan rumah kecil-kecil mirip gubuk seperti yang sering aku lihat ketika aku naik kereta api pulang pergi ke Bandung.
Mereka juga membawa ember yang ditutup plastik yang berisi sarang lebah. Si kakek mengatakan bahwa dia membawa madu asli dan kalau mau bisa langsung diperas. Harga sebotolnya dia tawarkan 20 ribu, tapi karena dia mau segera pulang dia mau dibayar 100 ribu saja untuk 10 botol yang tersisa dengan wanti-wanti agar aku menjual ke orang lain dengan harga 20 ribu. Dia juga meyakinkan aku bahwa madu yang dia bawa itu asli dengan menuangkannya ke dalam air dan katanya madu itu tidak akan bercampur dengan air. Dia juga berani sumpah akan tertabrak motor kalau dia sampai berbohong.
Aku sedang sibuk berpikir, kasihan kakek ini datang dari jauh bersama istrinya untuk menjual madu yang mungkin uangnya untuk hidup beberapa hari. Aku langsung saja mengiyakan untuk membeli madu-madu itu. Bahkan aku tidak keberatan ketika si kakek meminta tambahan uang 5 ribu lagi. Dan aku tidak pernah berpikir untuk menjual kembali sepuluh botol madu itu. Aku teringat beberapa orang temanku yang sedang hamil dan sehari sebelumnya ada teman suamiku yang diopname di rumah sakit karena sariawan yang lumayan parah dan sempat pesan untuk dibawakan madu. Beberapa botol madu aku hadiahkan kepada teman kerjaku yang kebetulan ada di kantor pada saat itu. Beberapa aku simpan dan akan kuantar esok hari. Aku sempat membawa sebotol madu untuk suamiku yang kadang-kadang suka minta dibikinkan teh madu.
Ketika dalam perjalanan pulang dan sedang menunggu bis di halte aku ditanya oleh tukang becak yang memang sering ngobrol denganku. Dia menanyakan beli madu dimana, aku jawab ada orang yang jualan ke kantor. Kemudian dia menceritakan tentang kisahnya yang ditipu orang ketika membeli madu, yang ternyata bukan madu asli malah dia sendiri tidak berani mengkonsumsinya karena tidak tahu apa isi dari madu palsu itu.
Sesampainya di rumah, aku penasaran juga dengan madu yang aku beli. Aku mencicipinya sedikit ternyata rasanya tidak begitu manis. Aneh, pikirku. Kemudian aku tuang madu itu ketanganku, tidak lengket tapi lebih mirip larutan kanji yang sangat encer dan baunya juga aneh.Astaghfirullah, apakah .....aku ditipu? Aku masih tidak percaya ada kakek-kakek yang usianya mungkin sudah lebih dari 70 tahun bersama istrinya berbuat hal yang tercela seperti itu.
Sesaat aku sempat dongkol, aku rasanya sulit untuk mengikhlaskan apa yang telah mereka perbuat terhadapku. Aku segera menghubungi orang-orang yang telah aku beri hadiah madu itu agar tidak dikonsumsi karena aku sendiri juga tidak tahu apa isi sebenarnya botol-botol itu. Aku ceritakan kekesalanku pada suamiku. Dan suamiku menasehati bahwa walaupun aku tidak ikhlas tidak akan mengubah apapun. Sebenarnya aku bukan tidak ikhlas karena uang yang aku keluarkan, tapi yang aku sesalkan kenapa mereka yang sudah setua itu melakukan penipuan. Apakah tidak ada rasa takut dengan ajal yang semakin membayang di depan mata. Kenapa mereka tidak bilang saja jika mereka membutuhkan sejumlah uang, aku tidak akan keberatan membantu. Aku menyesalkan dosa yang telah mereka perbuat di penghujung usia disaat seharusnya kehidupan diisi dengan taubat dan kebaikan. Ini salah siapa? Mungkin juga salah kita yang sering mengabaikan orang-orang yang meminta pertolongan kepada kita. Ah...seandainya mereka mau jujur mengatakan mereka membutuhkan bantuan, betapa indahnya akhir dari cerita ini.
* Cerita ini adalah kisah nyata dan semoga kita mengambil pelajaran darinya
Beberapa hari yang lalu di suatu siang yang gerah karena awan yang bergelayut menjelang hujan, ada seorang laki-laki tua dan istrinya yang mendatangi tempat kerjaku. Dari penampilannya jelas tergambar mereka bukan orang berada. Ternyata mereka mau menawarkan madu yang mereka bawa didalam botol-botol yang dimasukkan ke dalam karung. Aku sempat berpikir, pasti berat membawanya berjalan kaki.
Si kakek menawarkan madunya dengan sikap yang menurutku sedikit agak kasar dan memaksa. Ah, mungkin ini hanya perasaanku saja karena mungkin begitulah adanya kesederhanaan yang mereka miliki. Aku sempat bertanya, dimana mereka tinggal dan mereka mengatakan tinggal di kampung yang dekat dengan hutan berbatasan dengan wilayah kabupaten lain.Wah, pasti jauh sekali. Terbayang olehku daerah kering di tepi hutan dengan rumah kecil-kecil mirip gubuk seperti yang sering aku lihat ketika aku naik kereta api pulang pergi ke Bandung.
Mereka juga membawa ember yang ditutup plastik yang berisi sarang lebah. Si kakek mengatakan bahwa dia membawa madu asli dan kalau mau bisa langsung diperas. Harga sebotolnya dia tawarkan 20 ribu, tapi karena dia mau segera pulang dia mau dibayar 100 ribu saja untuk 10 botol yang tersisa dengan wanti-wanti agar aku menjual ke orang lain dengan harga 20 ribu. Dia juga meyakinkan aku bahwa madu yang dia bawa itu asli dengan menuangkannya ke dalam air dan katanya madu itu tidak akan bercampur dengan air. Dia juga berani sumpah akan tertabrak motor kalau dia sampai berbohong.
Aku sedang sibuk berpikir, kasihan kakek ini datang dari jauh bersama istrinya untuk menjual madu yang mungkin uangnya untuk hidup beberapa hari. Aku langsung saja mengiyakan untuk membeli madu-madu itu. Bahkan aku tidak keberatan ketika si kakek meminta tambahan uang 5 ribu lagi. Dan aku tidak pernah berpikir untuk menjual kembali sepuluh botol madu itu. Aku teringat beberapa orang temanku yang sedang hamil dan sehari sebelumnya ada teman suamiku yang diopname di rumah sakit karena sariawan yang lumayan parah dan sempat pesan untuk dibawakan madu. Beberapa botol madu aku hadiahkan kepada teman kerjaku yang kebetulan ada di kantor pada saat itu. Beberapa aku simpan dan akan kuantar esok hari. Aku sempat membawa sebotol madu untuk suamiku yang kadang-kadang suka minta dibikinkan teh madu.
Ketika dalam perjalanan pulang dan sedang menunggu bis di halte aku ditanya oleh tukang becak yang memang sering ngobrol denganku. Dia menanyakan beli madu dimana, aku jawab ada orang yang jualan ke kantor. Kemudian dia menceritakan tentang kisahnya yang ditipu orang ketika membeli madu, yang ternyata bukan madu asli malah dia sendiri tidak berani mengkonsumsinya karena tidak tahu apa isi dari madu palsu itu.
Sesampainya di rumah, aku penasaran juga dengan madu yang aku beli. Aku mencicipinya sedikit ternyata rasanya tidak begitu manis. Aneh, pikirku. Kemudian aku tuang madu itu ketanganku, tidak lengket tapi lebih mirip larutan kanji yang sangat encer dan baunya juga aneh.Astaghfirullah, apakah .....aku ditipu? Aku masih tidak percaya ada kakek-kakek yang usianya mungkin sudah lebih dari 70 tahun bersama istrinya berbuat hal yang tercela seperti itu.
Sesaat aku sempat dongkol, aku rasanya sulit untuk mengikhlaskan apa yang telah mereka perbuat terhadapku. Aku segera menghubungi orang-orang yang telah aku beri hadiah madu itu agar tidak dikonsumsi karena aku sendiri juga tidak tahu apa isi sebenarnya botol-botol itu. Aku ceritakan kekesalanku pada suamiku. Dan suamiku menasehati bahwa walaupun aku tidak ikhlas tidak akan mengubah apapun. Sebenarnya aku bukan tidak ikhlas karena uang yang aku keluarkan, tapi yang aku sesalkan kenapa mereka yang sudah setua itu melakukan penipuan. Apakah tidak ada rasa takut dengan ajal yang semakin membayang di depan mata. Kenapa mereka tidak bilang saja jika mereka membutuhkan sejumlah uang, aku tidak akan keberatan membantu. Aku menyesalkan dosa yang telah mereka perbuat di penghujung usia disaat seharusnya kehidupan diisi dengan taubat dan kebaikan. Ini salah siapa? Mungkin juga salah kita yang sering mengabaikan orang-orang yang meminta pertolongan kepada kita. Ah...seandainya mereka mau jujur mengatakan mereka membutuhkan bantuan, betapa indahnya akhir dari cerita ini.
Waktu adalah kehidupan dan merupakan bagian tak terpisahkan dari eksistensi (keberadaan) manusia, maka orang yang menyia-nyiakan waktu pada hakikatnya menyia-nyiakan hidupnya. Kelak, di akhirat, mereka akan ditanya tentang waktu yang mereka nikmati selama hidupnya di dunia, dan secara sendiri-sendiri pula harus mempertanggungjawabkan untuk apa waktu itu dihabiskan.
Proses kehidupan manusia selalu terkait dengan dimensi waktu. Waktu yang telah berlalu dengan segala kenangannya, yang sedang kita geluti dengan segala problematikanya dan yang akan kita masuki dengan segala harapannya.
Waktu tidak menunggu kita. Banyak orang yang terperdaya dengan waktu, sehingga mengabaikan waktunya sendiri dan atau waktu orang lain.
Orang-orang mukmin itu tidak terikat dengan waktu kecuali oleh tiga hal; membekali diri untuk kembali ke akhirat, berjuang untuk kehidupan, dan menikmati apa yang tidak diharamkan. (Al Hadits)
Seiring dengan waktu, kewajiban yang harus kita laksanakan sangat banyak dan berpacu dengan waktu yang kita miliki. Asy Syahid Hasan Al Banna menyatakan, “Kewajiban lebih banyak daripada waktu yang kita miliki.”
Setiap manusia, semestinya dapat mengambil bagian untuk masa depannya. Sebab ke sanalah setiap diri sedang menuju. Untuk itu waktu yang tersedia harus sepenuhnya digunakan untuk tetap istiqomah dalam mengerjakan kebajikan dan ketaatan di jalan Allah swt.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, seungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al Hasyr, 59:18)
Agar perputaran waktu yang demikian kompleks dan rumit dengan segala dinamikanya menuai keberhasilan dan keberuntungan maka kita harus mengisi waktu dengan sebanyak-banyaknya kebaikan.
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah, 2:148)
Suatu ketika, Mu’an bin Zaidah yang telah berumur tua datang menghadap Khalifah Al Ma’mun. Khalifah bertanya kepadanya (untuk mengingatkan kepada yang masih muda agar mengisi masa mudanya dengan beramal dan tidak menangguhkan ibadah ke masa tua), “Bagaimana keadaanmu ketika umurmu setua ini?” Ia menjawab, “Aku mudah tergelincir lantaran menginjak batu kecil. Bila lapar aku marah-marah. Bila makan, aku merasa bosan. Bila dalam majelis aku mengantuk. Sebaliknya, bila aku diatas pembaringan justru mataku tidak mau mengantuk.”
Asy Syahid Hasan Al Banna, sehubungan dengan pentingnya kita memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kualitas diri, untuk hal-hal yang berguna bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat, menyerukan kepada kita semua,
“Wahai saudaraku yang mulia! Setiap hari terbentang waktu pagi, sore dan waktu sahur dihadapanmu; engkau dapat menggunakannya untuk membawa ruhmu yang suci ke haribaan Tuhanmu, yang dengan begitu engkau akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Dihadapanmu terbentang hari Jumat dan malamnya; engkau dapat menggunakannya untuk mereguk limpahan rahmat yang dicurahkan oleh Allah untuk hambaNya pada saat itu. Di hadapanmu terbentang musim ketaatan, hari-hari ibadah dan malam-malam yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang telah dijelaskan oleh Al Quran dan Rasulullah saw. Karena itu, usahakan dirimu termasuk orang yang melakukan dzikir dalam waktu-waktu itu; bukan termasuk yang lalai. Jadilah orang-orang yang beramal; bukan yang malas. Manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya, sebab waktu itu seperti pedang. Janganlah menunda amal baik, sebab tiada yang lebih berbahaya dari sikap penundaan itu.”
Disarikan dari buku “Recik-recik spiritualitas Islam” karya Abu Ridho
Proses kehidupan manusia selalu terkait dengan dimensi waktu. Waktu yang telah berlalu dengan segala kenangannya, yang sedang kita geluti dengan segala problematikanya dan yang akan kita masuki dengan segala harapannya.
Waktu tidak menunggu kita. Banyak orang yang terperdaya dengan waktu, sehingga mengabaikan waktunya sendiri dan atau waktu orang lain.
Orang-orang mukmin itu tidak terikat dengan waktu kecuali oleh tiga hal; membekali diri untuk kembali ke akhirat, berjuang untuk kehidupan, dan menikmati apa yang tidak diharamkan. (Al Hadits)
Seiring dengan waktu, kewajiban yang harus kita laksanakan sangat banyak dan berpacu dengan waktu yang kita miliki. Asy Syahid Hasan Al Banna menyatakan, “Kewajiban lebih banyak daripada waktu yang kita miliki.”
Setiap manusia, semestinya dapat mengambil bagian untuk masa depannya. Sebab ke sanalah setiap diri sedang menuju. Untuk itu waktu yang tersedia harus sepenuhnya digunakan untuk tetap istiqomah dalam mengerjakan kebajikan dan ketaatan di jalan Allah swt.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, seungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al Hasyr, 59:18)
Agar perputaran waktu yang demikian kompleks dan rumit dengan segala dinamikanya menuai keberhasilan dan keberuntungan maka kita harus mengisi waktu dengan sebanyak-banyaknya kebaikan.
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah, 2:148)
Suatu ketika, Mu’an bin Zaidah yang telah berumur tua datang menghadap Khalifah Al Ma’mun. Khalifah bertanya kepadanya (untuk mengingatkan kepada yang masih muda agar mengisi masa mudanya dengan beramal dan tidak menangguhkan ibadah ke masa tua), “Bagaimana keadaanmu ketika umurmu setua ini?” Ia menjawab, “Aku mudah tergelincir lantaran menginjak batu kecil. Bila lapar aku marah-marah. Bila makan, aku merasa bosan. Bila dalam majelis aku mengantuk. Sebaliknya, bila aku diatas pembaringan justru mataku tidak mau mengantuk.”
Asy Syahid Hasan Al Banna, sehubungan dengan pentingnya kita memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kualitas diri, untuk hal-hal yang berguna bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat, menyerukan kepada kita semua,
“Wahai saudaraku yang mulia! Setiap hari terbentang waktu pagi, sore dan waktu sahur dihadapanmu; engkau dapat menggunakannya untuk membawa ruhmu yang suci ke haribaan Tuhanmu, yang dengan begitu engkau akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Dihadapanmu terbentang hari Jumat dan malamnya; engkau dapat menggunakannya untuk mereguk limpahan rahmat yang dicurahkan oleh Allah untuk hambaNya pada saat itu. Di hadapanmu terbentang musim ketaatan, hari-hari ibadah dan malam-malam yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang telah dijelaskan oleh Al Quran dan Rasulullah saw. Karena itu, usahakan dirimu termasuk orang yang melakukan dzikir dalam waktu-waktu itu; bukan termasuk yang lalai. Jadilah orang-orang yang beramal; bukan yang malas. Manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya, sebab waktu itu seperti pedang. Janganlah menunda amal baik, sebab tiada yang lebih berbahaya dari sikap penundaan itu.”
Disarikan dari buku “Recik-recik spiritualitas Islam” karya Abu Ridho
Langganan:
Postingan (Atom)