A.Pendahuluan
Suatu kesuksesan studi berdiri di atas beberapa unsur dasar yang saling melengkapi dan berinteraksi satu sama lain, sesuai dengan beberapa prinsip, juga dengan menggunakan beberapa perangkat dan fasilitas untuk mewujudkan tujuan tertinggi dalam proses pendidikan.
Para pakar pendidikan telah banyak menjelaskan tentang unsur-unsur yang mengantarkan kepada kesuksesan studi. Mereka menyimpulkan bahwa salah satu unsur yang terpenting adalah sebagai berikut:
· Seorang pelajar yang memegang nilai dan mempunyai sikap yang membuatnya siap untuk menerima ilmu pengetahuan.
· Pengajar yang menjadi panutan dan teladan yang mendidik dan mengajarkannya.
· Beberapa ilmu yang bermanfaat yang membentuk pribadi yang kuat.
· Unsur materi untuk mempermudah proses penyerapan ilmu.
B. Sifat-Sifat Penuntut Ilmu dalam Islam dan Pengaruhnya dalam Mewujudkan Prestasi Ilmiah
Islam memandang para penuntut ilmu sebagai para pemimpin masa depan, pencipta hari esok, pembangun masyarakat, fondasi pembangunan, tiang bangunan peradaban, dan sumber semangat dan energi untuk berjihad di jalan Allah.
Penuntut ilmu yang saleh juga merupakan fondasi masyarakat yang saleh, maju, dan berperadaban. Maka, jika penuntut ilmu itu rusak, rusak pulalah masyarakat. Sedangkan jika penuntut ilmu itu baik, maka baik pulalah masyarakat. Dari para penuntut ilmu itulah nantinya akan terlahir para pemimpin yang membawa masyarakat menuju kepada kebaikan dan kemajuan.
Yang dimaksud dengan penuntut ilmu dalam Islam adalah sosok pelajar yang berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan yang terpuji dan bermanfaat menurut syariat untuk kepentingan umat manusia.
Para pakar pendidikan telah menetapkan beberapa sifat yang wajib dimiliki oleh penuntut ilmu sehingga ia menjadi penuntut ilmu yang sukses, menjadi pelopor dan bermanfaat. Di antara sifat-sifat ini adalah sebagai berikut.
1. Berniat dengan Ikhlas
Yaitu penuntut ilmu meniatkan usahanya dalam mencari ilmu itu untuk beribadah, taat kepada Allah, dan menjalankan kewajiban menuntut ilmu. Seorang yang belajar itu dalam belajarnya bertujuan untuk meraih kebaikan dirinya dan masyarakatnya. Kebaikan dirinya terwujud dengan memperbaiki batinnya dan memperindahnya dengan semua keutamaan. Dan, pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan itu tak dapat diraih kecuali dengan cara belajar. Penuntut ilmu seperti ini akan meniatkan usahanya untuk meningkatkan ruhaninya, yaitu mendekatkan diri kepada Allah swt. dan meningkatan derajatnya sehingga mendekat kepada hamba-hamba Allah yang mulia, yaitu para malaikat dan orang-orang muqarrabin. Bukan bertujuan untuk mendapatkan jabatan, kekayaan, kemegahan, dan bersaing dengan teman.
Yaitu penuntut ilmu meniatkan usahanya dalam mencari ilmu itu untuk beribadah, taat kepada Allah, dan menjalankan kewajiban menuntut ilmu. Seorang yang belajar itu dalam belajarnya bertujuan untuk meraih kebaikan dirinya dan masyarakatnya. Kebaikan dirinya terwujud dengan memperbaiki batinnya dan memperindahnya dengan semua keutamaan. Dan, pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan itu tak dapat diraih kecuali dengan cara belajar. Penuntut ilmu seperti ini akan meniatkan usahanya untuk meningkatkan ruhaninya, yaitu mendekatkan diri kepada Allah swt. dan meningkatan derajatnya sehingga mendekat kepada hamba-hamba Allah yang mulia, yaitu para malaikat dan orang-orang muqarrabin. Bukan bertujuan untuk mendapatkan jabatan, kekayaan, kemegahan, dan bersaing dengan teman.
2. Ketakwaan dan Kesalehan
Yang dimaksud adalah seorang penuntut ilmu harus berpegang pada sifat-sifat hamba Allah yang bertakwa, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur`an. Di antara bentuk kemujizatan Al-Qur`an adalah bahwa Allah mengiringkan antara ketakwaan dengan pencapaian ilmu pengetahuan. Allah swt. berfirman,
“… Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (al-Baqarah: 282)
Maka, seorang penuntut ilmu harus merasa khauf dan khas-yah kepada Allah dan ilmu yang dicarinya hendaknya sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh Allah.
3. Menghindarkan Diri dari Kemaksiatan
Seorang penuntut ilmu harus menghindarkan diri dari semua macam kemaksiatan dan menjaga agar perbuatannya selalu baik dan sesuai dengan apa yang ia telah pelajari, sehingga tak bertentangan dengan ilmu yang telah ia miliki itu. Sebagai contoh: berdusta, mengajak orang lain untuk berbuat baik sementara melupakan dirinya, dan mengatakan apa yang tidak ia sendiri tidak lakukan, sehingga dia tak memberikan pengaruh apa-apa bagi masyarakatnya. Allah swt. mengancam orang-orang seperti itu dengan azab yang pedih. Allah swt. berfirman,
Seorang penuntut ilmu harus menghindarkan diri dari semua macam kemaksiatan dan menjaga agar perbuatannya selalu baik dan sesuai dengan apa yang ia telah pelajari, sehingga tak bertentangan dengan ilmu yang telah ia miliki itu. Sebagai contoh: berdusta, mengajak orang lain untuk berbuat baik sementara melupakan dirinya, dan mengatakan apa yang tidak ia sendiri tidak lakukan, sehingga dia tak memberikan pengaruh apa-apa bagi masyarakatnya. Allah swt. mengancam orang-orang seperti itu dengan azab yang pedih. Allah swt. berfirman,
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Alkitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (al-Baqarah: 44)
4. Tawadhu
Seorang penuntut ilmu tidak boleh takabur kepada ilmu, guru, atau kepada siapa pun. Karena hal itu akan mengantarkannya kepada kebodohan. Karena sebanyak apa pun ilmu yang ia dapatkan, itu masih sedikit. Dasarnya adalah firman Allah swt., “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (al-Israa’: 85) Dan ada dalam atsar seperti ini, “Siapa yang menyangka dirinya telah mengetahui, berarti ia masih jahil.” Rasulullah saw. telah mewasiatkan kita untuk menuntut ilmu sepanjang hayat kita. Seperti terdapat dalam atsar, “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga lubang kuburan.”
Seorang penuntut ilmu tidak boleh takabur kepada ilmu, guru, atau kepada siapa pun. Karena hal itu akan mengantarkannya kepada kebodohan. Karena sebanyak apa pun ilmu yang ia dapatkan, itu masih sedikit. Dasarnya adalah firman Allah swt., “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (al-Israa’: 85) Dan ada dalam atsar seperti ini, “Siapa yang menyangka dirinya telah mengetahui, berarti ia masih jahil.” Rasulullah saw. telah mewasiatkan kita untuk menuntut ilmu sepanjang hayat kita. Seperti terdapat dalam atsar, “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga lubang kuburan.”
5. Menghargai dan Menghormati Ilmu
Seorang penuntut ilmu harus menghargai dan menghormati gurunya, hingga meskipun gurunya itu nonmuslim. Karena seorang guru adalah simbol dan nilai. Allah swt. berfirman tentang kedudukan para ulama sebagai berikut.
Seorang penuntut ilmu harus menghargai dan menghormati gurunya, hingga meskipun gurunya itu nonmuslim. Karena seorang guru adalah simbol dan nilai. Allah swt. berfirman tentang kedudukan para ulama sebagai berikut.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (al-Mujaadilah: 11)
Rasulullah saw. bersabda tentang kedudukan ulama bahwa mereka adalah para pewaris nabi-nabi.
6. Disiplin dan Pandai Memanfaatkan Waktu
Di antara sifat seorang penuntut ilmu adalah pandai mengatur waktunya. Dia mengetahui kapan waktu belajar dan melakukan penelitian? Menghibur dirinya dengan hiburan yang dibolehkan syariat. Kapan tidur dan kapan bangun?
Di antara sifat seorang penuntut ilmu adalah pandai mengatur waktunya. Dia mengetahui kapan waktu belajar dan melakukan penelitian? Menghibur dirinya dengan hiburan yang dibolehkan syariat. Kapan tidur dan kapan bangun?
Karena waktu adalah kehidupan. Sementara kedisiplinan adalah dasar bagi kesuksesan dan keberhasilan. Dan salah satu ayat-ayat Allah dalam penciptaan semesta ini adalah keteraturan. Allah swt. berfirman,“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Yaasiin: 40)
7. Pandai Belajar
Seorang penuntut ilmu harus memfokuskan perhatiannya dan memahami dengan baik materi yang ia pelajari. Yang menjadi tujuannya bukan semata mengisi otaknya dengan informasi, tapi pemahaman dan fokus serta pembentukan pengetahuan yang benar. Untuk kemudian dilanjutkan dengan pandai dalam beramal dan memperbaiki amalnya itu, yang merupakan salah satu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah swt. kepada kita. Allah swt. berfirman,“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.” (al-Kahfi: 30)
Seorang penuntut ilmu harus memfokuskan perhatiannya dan memahami dengan baik materi yang ia pelajari. Yang menjadi tujuannya bukan semata mengisi otaknya dengan informasi, tapi pemahaman dan fokus serta pembentukan pengetahuan yang benar. Untuk kemudian dilanjutkan dengan pandai dalam beramal dan memperbaiki amalnya itu, yang merupakan salah satu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah swt. kepada kita. Allah swt. berfirman,“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.” (al-Kahfi: 30)
8. Berteman dengan Orang yang Tepat
Seorang penuntut ilmu harus pandai memilih teman yang saleh, yang dapat membantunya dalam masalah urusan agama dan dunia serta menjauhi diri dari berteman dengan orang-orang senang berbuat dosa. Allah swt. telah memerintahkan bertindak seperti itu secara umum. Firman Allah,“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (al-Kahfi: 28)
Seorang penuntut ilmu harus pandai memilih teman yang saleh, yang dapat membantunya dalam masalah urusan agama dan dunia serta menjauhi diri dari berteman dengan orang-orang senang berbuat dosa. Allah swt. telah memerintahkan bertindak seperti itu secara umum. Firman Allah,“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (al-Kahfi: 28)
9. Menggunakan Perangkat Modern
Seorang penuntut ilmu harus segera menggunakan perangkat-perangkat modern dalam meraih ilmu pengetahuan. Seperti komputer dan perangkat audio-visual, berupa ensiklopedi, kamus, dan internet, meskipun hal itu merupakan hasil ciptaan nonmuslim. Ini adalah perangkat-perangkat yang bebas nilai, yang dapat digunakan untuk tujuan yang dibolehkan syariat. Hal itu telah ditegaskan oleh Rasulullah saw.,“Hikmah itu adalah milik kaum muslimin, di mana pun ia menemukannya, maka ia adalah orang yang paling berhak untuk mengambilnya.” (HR Thabrani)
Seorang penuntut ilmu harus segera menggunakan perangkat-perangkat modern dalam meraih ilmu pengetahuan. Seperti komputer dan perangkat audio-visual, berupa ensiklopedi, kamus, dan internet, meskipun hal itu merupakan hasil ciptaan nonmuslim. Ini adalah perangkat-perangkat yang bebas nilai, yang dapat digunakan untuk tujuan yang dibolehkan syariat. Hal itu telah ditegaskan oleh Rasulullah saw.,“Hikmah itu adalah milik kaum muslimin, di mana pun ia menemukannya, maka ia adalah orang yang paling berhak untuk mengambilnya.” (HR Thabrani)
0 komentar:
Posting Komentar