‘Abdullah Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah ‘alaihi ash shalatu wa sallam, ” Ya Rasulullah…amalan apakah yang paling dicintai Alloh?” Beliau menjawab, “Mendirikan sholat pada waktunya,” Aku bertanya kembali, “Kemudian apa?” Jawab Beliau, “Berbakti kepada orang tua,” lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, “Kemudian?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Alloh.” (HR. Al Bukhari no. 5970).
dari untaian hadits di atas…
1. Maka LIHATLAH SHALATMU wahai akhi…sudahkah engkau melangkah ke masjid berjama’ah (laki-laki)…??? Sudahkah di awal waktu??? Sudahkah di waktu yang disyariatkan???
“Barangsiapa mendengar adzan, kemudian tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya kecuali ia memiliki udzur/halangan”(HR. Ibnu Majah no. 793, Al Hakim I/245 dan Al Baihaqi III/174)
bahkan…tatkala MERANGKAK adalah satu – satunya cara untuk mendatangi shalat ja’maah di masjid, MAKA LAKUKANLAH…!!! Demi sebuah keutamaan yang engkau tak akan pernah tahu berapa dan betapa besarnya…
“Seandainya kalian mengetahui keutamaan yang ada pada shalat jamaah Isya dan Shubuh niscaya kamu mendatanginya meskipun dengan merangkak.” (HR. Al Bukhari dan Muslim, hadits no. 1079 pada Kitab Riyadush Shalihin)
2. Maka lihatlah BAKTI & SAYANGMU PADA AYAH – BUNDAMU wahai akhi…Sudahkah mereka tersenyum karena baktimu…??? Sudahkah mereka berbangga karena akhlakmu…??? Sudahkah kau tenangkan hatinya tatkala mereka merindukanmu…??? Sudahkah mereka kalian sayangi melebihi sayang kalian pada bidadari yang mendampingimu…??? Sudahkah peluh mereka engkau balas dengan doa…??? Sudahkah didikan mereka engkau balas dengan cinta…???
Pandang Ibundamu akhi…!!! Tatap wajahnya…
Sebelum beliau beranjak tua, cium tangannya…cium pipinya dengan sayang…haturkan kata menyejukkan setiap bertutur padanya…tenangkan hatinya dengan kepulanganmu…tenangkan hatinya dengan doa – doamu…
Pandang ibundamu akhi…!!! Tatap wajahnya…
Sebelum beliau beranjak dari dunia, buatlah beliau ridha padamu…dengarkan nasehat dan pintanya padamu…jadikan beliau bangga mendidik putra sepertimu… dan jadikan beliau tidak menyesal membesarkanmu…
Dan tatkala…beliau telah tiada…
HATURKAN DOA TULUSMU PADANYA… DI SETIAP KAU TERSUNGKUR DALAM SUJUDMU…
DOAKAN SURGA FIRDAUS UNTUKNYA… AGAR IA BISA BERTEMU DENGAN WANITA MU’MINAH YANG LAINNYA…
MENANGISLAH MEMOHON TEMPAT TERINDAH BAGINYA…
karena sungguh… sekali saja jerit tangis beliau tatkala melahirkanmu, tak akan pernah bisa engkau balas dengan sesuatu apapun…!!!
Jangan sekali – kali kau buat beliau kecewa… Jangan sekali – kali kau buat beliau murka… dan jangan sekali – kali kau buat beliau terluka…
INGAT AKHI…!!! kau tak akan pernah bisa lari dari doa orang yang terdzalimi…apalagi dia adalah wanita yang telah mengandungmu dengan payah, melahirkanmu dengan susah, merawatmu tanpa berkeluh kesah…
tatkala beliau murka…maka CELAKA ENGKAU…!!!
dan ayahmu akhi…
Ikhlash-nya mencari nafkah, tegarnya menjaga keluarga serta tanggung jawabnya… TAK AKAN PERNAH MAMPU TERBALASKAN APAPUN KECUALI DOA DAN BAKTIMU PADANYA,,,setelah baktimu pada Ibundamu.
Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya. Kakeknya ini berkata, Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, kepada siapa aku harus berbuat baik?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Kemudian siapa?” “Ibumu,” jawab beliau. “Kemudian siapa setelah itu?” tanyaku. “Ibumu,” jawab beliau. “Kemudian siapa?” tanyaku lagi. Baru beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. At-Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Datang seseorang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling pantas untuk aku bergaul dengan baik kepadanya?” Beliau menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa?” “Ibumu.” Kemudian setelahnya siapa?” “Ibumu.” Untuk kali berikutnya orang itu kembali bertanya, “Lalu siapa?” “Ayahmu,” jawab beliau. (HR. Al Bukhari – Muslim, Shahih)
3. Maka lihatlah KESUNGGUHANMU DALAM ILMU…
Ibnu al Qayyim menjelaskan…dalam buku beliau…Zaadul Ma’aad Fii Hadyi Khoiril Ibaad 3/5 – 11
Jihad melawan diri sendiri (hawa nafsu), dan hal ini terbagi lagi menjadi empat tingkatan
a. Berjihad dalam menuntut ilmu agama yang tidak akan ada kebahagiaan di dunia dan di akhirat kecuali dengannya. Barangsiapa yang ketinggalan ilmu agama maka dia akan sengsara di dunia dan di akhirat.
b. Berjihad dalam mengamalkan ilmu yang dia pelajari, karena ilmu tanpa amal jika tidak memadharatkannya, minimal ilmunya tidak bermanfaat.
c. Berjihad dalam dakwah (menyeru manusia) kepada ilmu tersebut dan mengajarkannya kepada yang tidak tahu. Jika tidak, maka dia termasuk orang yang menyembunyikan ilmu yang telah diturunkan Allah dan tidak akan bermanfaat ilmunya serta dia tidak akan selamat dari adzab Allah.
d. Berjihad dalam bersabar menghadapi rintangan di jalan dakwah serta gangguan manusia karena Allah.
Jika seorang hamba telah menyempurnakan keempat tingkatan ini, maka dia tergolong Robbaaniyyiin (orang-orang Robbani). Para salaf dahulu telah sepakat bahwa seorang alim tidak bisa dikatakan Robbani hingga dia tahu kebenaran, lalu mengamalkan dan mengajarkannya. Barangsiapa yang mengetahui (kebenaran) lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya, maka dia akan tersanjung dikalangan para penghuni langit.
Sungguh akhi…aku haturkan ini untukmu demi kebaikanku dan kalian semua…
Barakallahu Fiykum, dari Al Fitrah Abu ‘Abdirrazzaq.
dari untaian hadits di atas…
1. Maka LIHATLAH SHALATMU wahai akhi…sudahkah engkau melangkah ke masjid berjama’ah (laki-laki)…??? Sudahkah di awal waktu??? Sudahkah di waktu yang disyariatkan???
“Barangsiapa mendengar adzan, kemudian tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya kecuali ia memiliki udzur/halangan”(HR. Ibnu Majah no. 793, Al Hakim I/245 dan Al Baihaqi III/174)
bahkan…tatkala MERANGKAK adalah satu – satunya cara untuk mendatangi shalat ja’maah di masjid, MAKA LAKUKANLAH…!!! Demi sebuah keutamaan yang engkau tak akan pernah tahu berapa dan betapa besarnya…
“Seandainya kalian mengetahui keutamaan yang ada pada shalat jamaah Isya dan Shubuh niscaya kamu mendatanginya meskipun dengan merangkak.” (HR. Al Bukhari dan Muslim, hadits no. 1079 pada Kitab Riyadush Shalihin)
2. Maka lihatlah BAKTI & SAYANGMU PADA AYAH – BUNDAMU wahai akhi…Sudahkah mereka tersenyum karena baktimu…??? Sudahkah mereka berbangga karena akhlakmu…??? Sudahkah kau tenangkan hatinya tatkala mereka merindukanmu…??? Sudahkah mereka kalian sayangi melebihi sayang kalian pada bidadari yang mendampingimu…??? Sudahkah peluh mereka engkau balas dengan doa…??? Sudahkah didikan mereka engkau balas dengan cinta…???
Pandang Ibundamu akhi…!!! Tatap wajahnya…
Sebelum beliau beranjak tua, cium tangannya…cium pipinya dengan sayang…haturkan kata menyejukkan setiap bertutur padanya…tenangkan hatinya dengan kepulanganmu…tenangkan hatinya dengan doa – doamu…
Pandang ibundamu akhi…!!! Tatap wajahnya…
Sebelum beliau beranjak dari dunia, buatlah beliau ridha padamu…dengarkan nasehat dan pintanya padamu…jadikan beliau bangga mendidik putra sepertimu… dan jadikan beliau tidak menyesal membesarkanmu…
Dan tatkala…beliau telah tiada…
HATURKAN DOA TULUSMU PADANYA… DI SETIAP KAU TERSUNGKUR DALAM SUJUDMU…
DOAKAN SURGA FIRDAUS UNTUKNYA… AGAR IA BISA BERTEMU DENGAN WANITA MU’MINAH YANG LAINNYA…
MENANGISLAH MEMOHON TEMPAT TERINDAH BAGINYA…
karena sungguh… sekali saja jerit tangis beliau tatkala melahirkanmu, tak akan pernah bisa engkau balas dengan sesuatu apapun…!!!
Jangan sekali – kali kau buat beliau kecewa… Jangan sekali – kali kau buat beliau murka… dan jangan sekali – kali kau buat beliau terluka…
INGAT AKHI…!!! kau tak akan pernah bisa lari dari doa orang yang terdzalimi…apalagi dia adalah wanita yang telah mengandungmu dengan payah, melahirkanmu dengan susah, merawatmu tanpa berkeluh kesah…
tatkala beliau murka…maka CELAKA ENGKAU…!!!
dan ayahmu akhi…
Ikhlash-nya mencari nafkah, tegarnya menjaga keluarga serta tanggung jawabnya… TAK AKAN PERNAH MAMPU TERBALASKAN APAPUN KECUALI DOA DAN BAKTIMU PADANYA,,,setelah baktimu pada Ibundamu.
Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya. Kakeknya ini berkata, Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, kepada siapa aku harus berbuat baik?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Kemudian siapa?” “Ibumu,” jawab beliau. “Kemudian siapa setelah itu?” tanyaku. “Ibumu,” jawab beliau. “Kemudian siapa?” tanyaku lagi. Baru beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. At-Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Datang seseorang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling pantas untuk aku bergaul dengan baik kepadanya?” Beliau menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa?” “Ibumu.” Kemudian setelahnya siapa?” “Ibumu.” Untuk kali berikutnya orang itu kembali bertanya, “Lalu siapa?” “Ayahmu,” jawab beliau. (HR. Al Bukhari – Muslim, Shahih)
3. Maka lihatlah KESUNGGUHANMU DALAM ILMU…
Ibnu al Qayyim menjelaskan…dalam buku beliau…Zaadul Ma’aad Fii Hadyi Khoiril Ibaad 3/5 – 11
Jihad melawan diri sendiri (hawa nafsu), dan hal ini terbagi lagi menjadi empat tingkatan
a. Berjihad dalam menuntut ilmu agama yang tidak akan ada kebahagiaan di dunia dan di akhirat kecuali dengannya. Barangsiapa yang ketinggalan ilmu agama maka dia akan sengsara di dunia dan di akhirat.
b. Berjihad dalam mengamalkan ilmu yang dia pelajari, karena ilmu tanpa amal jika tidak memadharatkannya, minimal ilmunya tidak bermanfaat.
c. Berjihad dalam dakwah (menyeru manusia) kepada ilmu tersebut dan mengajarkannya kepada yang tidak tahu. Jika tidak, maka dia termasuk orang yang menyembunyikan ilmu yang telah diturunkan Allah dan tidak akan bermanfaat ilmunya serta dia tidak akan selamat dari adzab Allah.
d. Berjihad dalam bersabar menghadapi rintangan di jalan dakwah serta gangguan manusia karena Allah.
Jika seorang hamba telah menyempurnakan keempat tingkatan ini, maka dia tergolong Robbaaniyyiin (orang-orang Robbani). Para salaf dahulu telah sepakat bahwa seorang alim tidak bisa dikatakan Robbani hingga dia tahu kebenaran, lalu mengamalkan dan mengajarkannya. Barangsiapa yang mengetahui (kebenaran) lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya, maka dia akan tersanjung dikalangan para penghuni langit.
Sungguh akhi…aku haturkan ini untukmu demi kebaikanku dan kalian semua…
Barakallahu Fiykum, dari Al Fitrah Abu ‘Abdirrazzaq.
0 komentar:
Posting Komentar