INDAHNYA ISLAM

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ”Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 55).


Senin, 19 Desember 2011

[KISAH POHON APEL] Untuk kedua OrangTuaku: Maafkan Aku

Diposting oleh Yusuf shadiq
Dahulu kala, ada sebuah pohon apel besar. Seorang anak kecil suka datang dan bermain-main setiap hari. Dia senang naik ke atas pohon, makan apel, tidur sejenak di bawah bayang-bayang pohon apel … Ia mencintai pohon apel iu dan pohon itu senang bermain dengan dia. Waktu berlalu …….

Anak kecil itu sudah dewasa dan dia berhari-hari tidak lagi bermain di sekitar pohon. Suatu hari anak itu datang kembali ke pohon dan ia tampak sedih. “Ayo bermain dengan saya,” pinta pohon apel itu. Aku bukan lagi seorang anak, saya tidak ‘bermain di sekitar pohon lagi. “Anak itu menjawab,” Aku ingin mainan. Aku butuh uang untuk membelinya. “” Maaf, tapi saya tidak punya uang ….. tapi Anda bisa mengambil buah apel saya dan menjualnya. Maka Anda akan punya uang. “Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua apel di pohon dan pergi dengan gembira. Anak itu tidak pernah kembali setelah ia mengambil buah apel. Pohon itu sedih.

Suatu hari anak itu kembali dan pohon itu sangat senang. “Ayo bermain-main dengan saya” kata pohon apel. Saya tidak punya waktu untuk bermain. Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Dapatkah Anda membantu saya? “Maaf tapi aku tidak punya rumah. Tetapi Anda dapat memotong cabang-cabang saya untuk membangun rumahmu.” Lalu, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting dari pohon dan pergi dengan gembira. Pohon itu senang melihatnya bahagia, tapi anak itu tidak pernah kembali sejak saat itu.

Pohon itu kesepian dan sedih. Suatu hari di musim panas, anak itu kembali dan pohon itu begitu gembira. “Ayo bermain-main dengan saya!” kata pohon. “Saya sangat sedih dan mulai tua. Saya ingin pergi berlayar untuk bersantai dengan diriku sendiri. Dapatkah kau memberiku perahu?” … “Gunakan batang pohonku untuk membangun perahu. Anda dapat berlayar jauh dan menjadi bahagia.” Lalu anak itu memotong batang pohon untuk membuat perahu. Dia pergi berlayar dan tak pernah muncul untuk waktu yang sangat panjang.

Akhirnya, anak itu kembali setelah ia pergi selama bertahun-tahun. “Maaf, anakku, tapi aku tidak punya apa-apa untuk Anda lagi. Tidak ada lagi apel untuk ananda. …” kata pohon “…..
” Saya tidak punya gigi untuk menggigit “jawab anak itu.”
” Tidak ada lagi batang bagi Anda untuk memanjat” .
“Saya terlalu tua untuk itu sekarang” kata anak itu.”
“Saya benar-benar tak bisa memberikan apa-apa ….. satu-satunya yang tersisa adalah akar sekarat” kata pohon apel dengan air mata.
“Aku tidak membutuhkan banyak sekarang, hanya sebuah tempat untuk beristirahat. Saya lelah setelah sekian tahun.” Anak itu menjawab.
“Bagus! Akar Pohon Tua adalah tempat terbaik untuk bersandar dan beristirahat di situ.” “Ayo, ayo duduk bersama saya dan istirahat”
Anak itu duduk dan pohon itu sangat gembira dan tersenyum dengan air mata.

……………………..

Ini adalah cerita untuk semua orang. Pohon adalah orang tua kita. Ketika kita masih muda, kita senang bermain dengan Ibu dan Ayah … Ketika kita tumbuh dewasa, kita meninggalkan mereka … hanya datang kepada mereka ketika kita memerlukan sesuatu atau ketika kita berada dalam kesulitan. Tidak peduli apa pun, orang tua akan selalu berada di sana dan memberikan segala sesuatu yang mereka bisa untuk membuat Anda bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak laki-laki itu kejam kepada pohon tapi itu adalah bagaimana kita semua memperlakukan orang tua kita.
Read More - [KISAH POHON APEL] Untuk kedua OrangTuaku: Maafkan Aku

Menuju Insan Terbaik

Diposting oleh Yusuf shadiq
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia yang Allah SWT ciptakan diantara seluruh makhluk lain di dunia ini, demikian Allah SWT tegaskan dalam QS Al-Israa ayat 70; “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkat mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
Kemuliaan yang Allah berikan disertai dengan segala potensi manusia, baik akal, alat indera, fisik, hati, dan sebagainya. Potensi-potensi tersebut harus diaktualisasikan selain sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya juga sebagai bentuk ekspresi syukur kepada sang Khaliq. Diantara sekian banyak umat manusia, mereka ada yang bersyukur (orang beriman) dan ada yang kufur (musyrik). Orang yang bersyukur inilah yang sesuai dengan harapan Allah untuk senantiasa beribadah kepada-Nya sebagaimana Allah nyatakan dalam QS.Al-Dzariyat ayat56: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaku.”
Menjadi seorang mu’min tentulah harus menjadi seorang yang terbaik di antara mu’min yang lainnya. Predikat ini lah yang Rasulullah SAW harapkan agar menjadi mu’min yang berkualitas. Dalam beberapa haditsnya, Rasul SAW telah memberikan kriteria mu’min yang terbaik . Terdapat hadith ringkas tetapi sangat sangat maknanya. Ia dikutip dalam buku Al-Jami’ush Shaghir yang ditulis Imam Suyuthi. Hadithnya berbunyi, “Khairun naasi anfa’uhum linnaas.” Terjemahan: Sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak manfaat pada orang lain.
Khairunnaas anfa’uhum linnaas (sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat untuk manusia yang lainnya). Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain merupakan perkara yang sangat dianjurkan oleh agama. Hal ini menjadi indikator berfungsinya nilai kemanusiaan yang sebenarnya. Eksistensi manusia sebenarnya ditentukan oleh kemanfataannya pada yang lain. Adakah dia berguna bagi orang lain, atau malah sebaliknya menjadi parasit buat yang lainnya. Permisalan umum yang sering diungkapkan adalah “hiduplah bagai seekor lebah, jangan seperti lalat.”
Seekor lebah dia hidup selalu dari yang indah/bersih, dia hinggap di tangkai bunga tanpa mematahkannya, dia mengeluarkan sesuatu dzat yang sangat berguna atau menyehatkan yaitu madu. Sedangkan lalat, dia hidup selalu di lingkungan yang kotor, memberikan atau menyebarkan penyakit ke mana-mana.
Kalau kita coba menginstrospeksi diri kita, maka lihatlah keluarga kita, tetangga kita, saudara, kerabat, dan umat secara keseluruhan. Apakah mereka semua merasa senang ketika kita ada atau malah sebaliknya ? Secara filosofis keberadaan kita itu harus berimbas kemaslahatan buat yang lain bukan hanya sekedar diri kita saja.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan. 

Pertama
, kerena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw pernah bersabda yang bunyinya seperti ini: orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?

Kedua,
kerena ia melakukan amal yang terbaik. Kaedah usul fiqh menyebutkan bahawa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat berbanding yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu boleh menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Kerena itu tidak hairan jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhal untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat sukar mendapatkann air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah tua dan tidak ada yang akan menjaga, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.

Ketiga,
kerena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu keperluannya, maka itu lebih aku cintai daripada I’tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.

Keempat
, memberi manfaat kepada orang lain tanpa keluh kesah, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayyit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Kerena itu di dalam surah At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baik amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahawa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.

Untuk menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa perkara dalam diri kita. 


Pertama,
tingkatkan darjat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa keluh-kesah adalah amal yang hanya mengharap ridha kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt sahaja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan boleh beramal ikhlas Lillahi Ta’ala.
Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.

Kedua,
untuk boleh memberi manfaat yang banyak kepada orang lain, kita harus mengikis habis sifat ego dan rasa serakah terhadap material dari diri kita. Allah swt memberi contoh kaum Anshar. Lihat surah Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka perlukan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah cukup secara finansial, tidak terdetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.

Yang ketiga
, tanamkan dalam diri kita logika bahawa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seorang sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibahagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibahagikan. Itulah milik kita yang hakiki kerena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibahagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk kerena waktu, hilang kerena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tidak hairan jika dalam sejarah kita melihat bahawa para sahabat dan salafussaleh mudah saja menginfakkan wang yang mereka miliki. Sampai-sampai tidak terfikir untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.

Keempat,
kita akan mudah memberi manfaat tanpa keluh-kesah kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahawa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.

Kelima
, untuk boleh memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, fikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita boleh memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita boleh mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita boleh membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosial, dengan begitu kita boleh hadir untuk orang-orang di sekitar kita.

MANUSIA TERBAIK


Suatu ketika, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku beritahu siapa “manusia terbaik”?” Mereka menjawab, “Tentu wahai Rasulullah!” Rasulullah menjawab, “Yaitu orang jika kalian memandangnya, ia mengingatkan kalian kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala”
Laa ilaaha illa Allah! Itu lah manusia “terbaik” menurut Sang Rasul. Luar biasa! Siapakah diantara kita yang pernah menyaksikan atau bertemu dengan orang seperti itu? Orang yang benar-benar memiliki kekuatan magis Ilahi. Dia mampu menembus qalbu-qalbu yang hidup dan bersemi di ‘ladang ketakwaan’. Mungkin kita belum pernah bertemu dengan orang yang seperti itu
Sebaliknya, kita malah sering bertatap muka atau bahkan bertetangga dengan orang yang mengingatkan kita kepada “kenikmatan duniawi”. Kita selalu –jika bertemu dengan orang ini–diingatkan kepada anak, istri, saudara, ladang, peternakan, pertanian, pekerjaan, duit, tabungan, ATM, deposito dan sawah kita. Semuanya adalah kenikmatan dunia. Ya, kenikmatan semu dan palliative
Perlu rasanya kita bertemu dan bersilaturahim dengan ‘orang ini’. Yang jika menatapnya, kita bergumam dalam hati, “Ya Allah.” Jika kita ngobrol dengannya, kita berucap refleks, “SubhanAllah.” Kalau kita berpapasan dengannya kita berkata, “Allahu Akbar.” Seandainya kita bertetangga dengannya, kita selalu mengatakan, “Masya Allah.” Bukan hanya itu, jika kita melihatnya selalu diingatkan akan neraka, dosa dan kesalahan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Kita perlu mencari teman yang mampu mengingatkan kepada kita akan nikmat-nikmat Allah. Kita butuh seseorang yang mampu membeberkan kepada kita isi kitab suci Al-Qur’an. Kita memerlukan sosok orang yang mampu menggetarkan qalbu kita ketika diceritakan tentang kepribadian Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam. Kita juga sangat rindu kepada orang yang mampu membawa kita kepada dzikrullah, selalu ingat kepada Allah. Kapan itu bisa kita rasakan? Kapan itu bisa kita temui? Kapan itu bisa kita dapatkan? Kapan saja bisa. Saat ini juga bisa
Besok, insya Allah, bisa. Bahkan minggu depan juga mungkin. Kalau bisa hari ini kita melihat orang itu. Jangan tunggu hari esok. Jangan nanti minggu depan. Besok atau minggu depan, insya Allah mentari akan terbit seperti biasanya, karena itu pekerjaannya. Tapi mungkin kita sudah tidak ada lagi. Dan kita tidak akan bertemu dengan orang itu. Manusia terbaik yang dikatakan Kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam
Indahnya kehidupan para sahabat. Jika Rasul Shalallahu’alaihi wa sallam bercerita tentang neraka, mereka ingat akan dosa-dosa mereka ketika zaman Jahiliyah dulu. Mereka pun menangis. Tak sadar buliran bersih dan jernih mengalir di pipi mereka. Jika Sang Nabi bercerita tentang surga Allah, mereka gembira dan berdoa agar bisa termasuk sebagai ahli surga. Mereka begitu berharap agar bisa bersatu dengan Rasulullah di dalam surga. Setiap malam mereka bangun untuk qiyamullail. Mereka begitu rindu kepada Allah. Berbeda dengan kita
Kita banyak diselimuti kemalasan. Orang bercerita tentang Allah kita tinggalkan. Orang berkisah tentang kehidupan Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam kita anggap ketinggalan zaman. Orang bertutur tentang kehidupan para sahabat kita klaim tidak kompatibel dengan globalisasi. Bahkan ada yang berani mengatakan bahwa “surga dan neraka” itu tidak ada. Akhirat itu bohong. Surga itu hanya ‘opium’ yang membius masyarakat. Allah tidak ada. Allah adalah ilusi manusia yang terlalu mengikutkan perasaannya saja
Jika demikian, kapan kita akan merasakan kehadiran ‘Manusia Terbaik’ itu? Sementara ‘keran-keran’ yang mengarah ke sana sudah kita putus. Hidayah-hidayah menuju Allah sudah kita tolak mentah-mentah. Kita banyak yang apriori. Kita banyak merasa sudah tahu tentang Allah. Kita merasa sudah pintar, sudah hebat, sudah jago, dslb. Padahal “sekulit ari” pun belum sampai pengetahuan kita tentang Allah
Sekarang tahu kan caranya bertemu dengan ‘Manusia Terbaik’ itu?
Caranya adalah: cari keran-keran yang mengalirkan dan menghanyutkan kita kepada orang-orang yang berbicara tentang Allah. Tentang dzat-Nya, sifat-Nya, nama-nama-Nya yang baik (Asma’ul Husna), ciptaan-Nya, alam semesta-Nya, laut-Nya, daratan-Nya, hewan-Nya, air-Nya, bencana-Nya, nikmat-Nya, murka-Nya, ‘sindiran’-Nya, cobaan-Nya, cinta-Nya, ampunan-Nya, ‘senyum’-Nya, kasih-sayang-Nya, keindahan-Nya, dlsb
Jika bertemu dengan orang itu, pastikan bahwa kita telah bertemu dengan ‘Manusia Terbaik’ itu
“Ya Allah, pertemukan kami dengan ‘Manusia Terbaik’ itu. Yang mampu membuat qalbu-qalbu kami mampu menembus hijab yang selama ini menutupi mata kasat kami dari melihatmu. Jadikan qalbu kami bercahaya. Ya, cahaya yang mampu menembus kegelapan ‘kabut cinta’ yang menghalangi cinta kami kepada-Mu. Ya Rasulallah, ya Nabiyallah, semoga kami bisa bertemu dengan orang yang kau katakan itu. Kami rindu mereka, kami menginginkan kehadiran mereka. Semoga kami cepat bertemu dengan mereka. Kami ingin bertemu mereka secepatnya, saat ini juga.”
Read More - Menuju Insan Terbaik

Minggu, 18 Desember 2011

Menjadikan Anak Kita Lelaki Peminang Bidadari

Diposting oleh Yusuf shadiq


DARI RAHIM YANG DICATAT SEJARAH

Ketika Imam Syaifii di tanya sejak kapan beliau mendidik anak, maka jawabannya sungguh diluar dugaan.
"Sejak aku belum menikah" Kata Beliau
"Aku mencarikan Istri yang baik lagi sholeha, sebagai tempat lahirnya anak-anakku" lanjut beliau.

Iya Benar
Disini kita tak boleh salah pilih.
karena Istri adalah sebagian dari darah...
sebagian dari nyawa.....
yang akan membentuk Karakter anak itu kelak
maka mengetahui latar belakang akhlak calon istri
adalah wajib hukumnya

Lihatlah bagaimana Umar Ibn Khattab, menikahkan putranya, dengan seorang gadis jujur, yang ia dengar percakapan gadis itu dengan ibunya, dimana gadis itu menolak mencampurkan susu dengan air, karena itu adalah perbuatan curang lagi tercela, sekaligus dosa

Maka dinikahkanlah Gadis itu dengan putranya..
kelak lahirlah dari rahim gadis itu cucu Umar Ibn Khattab
yang kita kenal juga dengan nama Umar
Umar bin Abdul Aziz....Penyelamat sejarah Bani Umayyah, sekaligus termasuk dalam kategori Khalifah ke 5 diluar dari 4 Khalifah yang kita kenal

Maka bagaimana mungkin akan lahir Generasi Rabbani
jika Calon Istrimu
memiliki sejarah hitam dalam lumpur maksiat
maka buanglah cintamu itu di pojok sejarah...
Carilah Istri, yang Sholeha lagi Cantik dan Baik Hati..
disana lah Rahim itu akan mencatat generasi baru
Generasi Rabbani

3 KONSEP MEWARNAKAN JIWA PUTIH ITU

Ali bin Abu Thalib, membagi 3 tahapan dalam pendidikan atau Tarbiyah anak, yang harus dilakukan orang tua

Pertama
Usia 0-7 Tahun Menjadikan anak Ibarat Seorang Raja
pada usia ini, adalah usia dimana anak-anak harus menikmati masa kanak-kanaknya
maka isilah dengan pola-pola pembelajaran akhlak dalam suasana bermain
inilah awal menanamkan tunas itu
menanamkan karakter itu.....

Kedua
Usia 7-14 Tahun, jadikan anak Ibarat Tawanan Perang
maksudnya, pada rentang usia itu
Disiplin adalah nafasnya
adalah unsur dominannya
Sholat mulai di peringatkan
mulai di beri sanksi jika lalai melaksanakan sholat...

pada usia ini pula diberikan Pelatihan-pelatihan Beladiri untuk anak laki-laki, agar unsur Maskulinnya menguat..

Ketiga
Usia 14-dst menjadikan anak sebagai Seorang Sahabat
pada rentang Usia ini, dialog dari hati kehati adalah kewajiban orang tua
sapaan bersahabat adalah menu sehari-hari
maka akan terbukalah jiwanya
maka akan mudahlah kita menyempurnakan karakternya

Kelak ketika kita merasa dirinya sudah cukup matang
ketika dirimu mengatakan...
"Nak Mau kah engkau Menikah..., abi Insya Alloh mempunyai data wanita sholeha untukmu..."

Maka ia hanya tersenyum pasti...
"Ananda ikut abi dan Ummi saja, Insya Alloh pilihan Abi dan Ummi adalah yang terbaik buat ananda..."

Maka Lahirlah Gerenarsi Umar bin Abdul Aziz Baru....
Maka Lahirlah Generasi Imam Syafii Baru....

JANGAN BIARKAN CITA-CITA MENGALIR BEGITU SAJA
DI KONSEP DAN EVALUASI SELALU SETIAP SAAT !!!

Engkau Harus Sadar !!
Ketika engkau menikah !!
Maka Harus mempunyai cita-cita
yang Tinggi
Besar
dan Bening...

Surga Alloh...!!
itulah cita-cita kita semua

Maka jangan biarkan mengalir...!
karena jika mengalir cita-cita itu tak terkendali

Dikonsep !!
di evaluasi !!

agar setiap saat kita bisa mengukur
masih dekatkah darmaga kita akan melabuhkan kapal ini...!!
atau Masih Jauh ??
atau berbalik arah ??
atau mulai Karam ??
mengukur semua itu
hanya bisa lewat konsep yang jelas...!!
Terang
seterang Matahari

LELAKI PEMINANG SURGA
adalah bahasa kiasan
dari arti, melahirkan generasi Rabbani
yang lahir dari keturunanmu
keturunanku
keturunan kita semua....

Semoga Alloh mencatatnya sebagai cita dan doa yang terijabah
Read More - Menjadikan Anak Kita Lelaki Peminang Bidadari

Cintaku,Ibadahku

Diposting oleh Yusuf shadiq

Bismillah..
Assalamualaykum..
Bertahan Satu Cintaaaaa…
Bertahan Satu C.I.N.T.A..
Syair dari sebuah Band ternama ini hanya salah satu dari ratusan lagu tentang cinta..yaa..lagi-lagi cinta. Tema ini saya angkat atas permintaan seorang sahabat yang lagi-lagi bimbang dalam keindahan cinta.
“kenapa yaa wanita yang cantik menurut kebanyakan laki-laki itu yang rambutnya hitam panjang tergerai,yang body nya tipis semampai,yang putih layaknya artis bule..kalo ana yang orang Asia,kuning langsatpun gak,cuma sawo mateng kematengan pula,bisa ga yaa kita dapet cinta sejati”. Itu sedikit dialog saya dengan sahabat yang membuat saya tersenyum-senyum.

Mungkin kita(muslimah) emank gak termasuk dalam Kategori yang disebutkan sahabat saya,tapi perlu di ingat,dengan berpikiran seperti itu sista tidak percaya diri terhadap inner beauty yg AllOh berikan,bukannya AllOh menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Justru karna kita mematuhi,tunduk padaNya,kita akan mendapatakan cinta sejati.
========================================
Saya jadi teringat ketika membaca sebuah artikel dari Abdurrahman Ibn Al-Jauzy menceritakan dalam Shaed Al-Khathir kisah berikut ini: Abu Utsman Al-Naisaburi ditanya: ”amal apakah yang pernah anda lakukan dan paling anda harapkan pahalanya?”
Beliau menjawab, ”sejak usia muda keluargaku selalu berupaya mengawinkan aku. Tapi aku selalu menolak. Lalu suatu ketika, datanglah seorang wanita padaku dan berkata, ”Wahai Abu Utsman, sungguh aku mencintaimu. Aku memohon—atas nama Allah—agar sudilah kiranya engkau mengawiniku.” Maka akupun menemui orangtuanya, yang ternyata miskin dan melamarnya. Betapa gembiranya ia ketika aku mengawini puterinya.
Tapi, ketika wanita itu datang menemuiku—setelah akad, barulah aku tahu kalau ternyata matanya juling, wajahnya sangat jelek dan buruk. Tapi ketulusan cintanya padaku telah mencegahku keluar dari kamar. Aku pun terus duduk dan menyambutnya tanpa sedikit pun mengekspresikan rasa benci dan marah. Semua demi menjaga perasaannya. Walaupun aku bagai berada di atas panggang api kemarahan dan kebencian.
Begitulah kulalui 15 tahun dari hidupku bersamanya hingga akhir ia wafat. Maka tiada amal yang paling kuharapkan pahalanya di akhirat, selain dari masa-masa 15 tahun dari kesabaran dan kesetiaanku menjaga perasaannya, dan ketulusan cintanya.
========================================
Subhanallah..Brader n sista,itu lah gambaran kemuliaan cinta.Cinta,lima huruf yang sering di bicarakan banyak orang bahkan banyak orang yang sering merasakannya tapi sulit mendefinisikannya.
Bukan dari wajah lah cinta itu tampak,bukan dari tubuhlah cinta itu tergambar,bukan dari harta lah cinta itu datang,tapi dari ketulusan,kehormatan,kepatuhan juga keimanan yang kata Rosulullah tidak beriman diri kita hingga mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya.
Cinta..ooh..cinta..entah apa yang dipikirkan brader n sista kalo udah bicarain tentang cinta,tapi biasanya nih pikiranya langsung pada lawan jenis…
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Ali ‘Imran: 14)
Dari ayat di atas tergambar jelas cinta bukan hanya pada lawan jenis,tapi pada semua yang ada di dunia ini,yaa..ini adalah gambaran jelas cinta membutakan akhirat kita,hanya pada kelezatan jiwa sesaat yang akan hilang pada waktunya.
Sesungguhnya cinta adalah fenomena jiwa,fitrah kehidupan,tapi merupakan amalan hati yang bisa di wujudkan dalam amalan lahiriyah. Bila cinta kita wujudkan karna harap ridho AllOh,maka cinta itu akan bernilai ibadah. Begitupun sebalikya,bila cinta di wujudkan dalm kemaksiatan dan kenistaan,maka murka AllOh lah yang kita tuai.
Gunakan lah fitrah cinta ini hanya untuk mengharap ridho AllOh bukan nikmat kemaksiatan.
Wallahu’alam bi Showwab.
Read More - Cintaku,Ibadahku

Jumat, 16 Desember 2011

Sadarlah Saudaraku!!!

Diposting oleh Yusuf shadiq
Disini kusendiri dalam pengasingan
dalam ruang sempit
yang hanya ditemani rintihan sujud pemujaan
tersujud dalam alam bawah sadar membawa derasnya air mata
Apakah makna kita hidup didunia ini?
Jika bernafaspun bukan milik kita
Jika apa yang telah kita dapatkan tidaklah lebih dari sebatas titipan
Punya hak apa kita untuk menuntut hidup?
saat mereka mempermasalahkan nikmatnya makanan
mari kita bersujud mengharap halal yang akan kita makan
Saat mereka mempermasalahkan tentang nikmatnya beribu wanita
mari kita bersujud mengharap halal  sang hawa untuk kita nikmati
tidak sadarkah??
mengapa kau mengotori aliran darahmu dengan makanan haram
yang dengan itu mata hati akan tertutup!
itulah sebuah kehinaan yang nyata…
Tidak Sadarkah??
Mengapa kau menikmati lubang dari surga dunia
yang dengan itu tersembunyi adzabnya yan sangat perih
Itu hanyalah sebelanga Racun yang terbungkus setetes madu.
Tidakkah kalian sadar wahai saudaraku!?
Dia yang Maha atas segala Maha
akan datang membawa baju penderitaan
kendaraan kesengsaraan, kegalauan hati
dan teman keburukan…
Sadarlah….
Read More - Sadarlah Saudaraku!!!

Selasa, 13 Desember 2011

MABUK CINTA

Diposting oleh Yusuf shadiq
Imam Ibnul Qayyim, rahimahullah berkata, “Jenis cinta tercela yang paling berat adalah mencintai sesuatu dengan kadar yang sama dengan cinta kepada Allah. Seorang itu telah mencintai sesuatu dan menyamakannya dengan kadar cintanya kepada Allah. Jenis cinta syirik ini merupakan penyebab utama kesengsaraan seorang. Sebaliknya jenis cinta terpuji yang paling besar adalah cinta hanya kepada Allah. Jenis cinta ini adalah penyebab utama kebahagiaan seorang. Mereka yang memiliki cinta ini meski masuk ke dalam neraka karena dosa-dosanya tetapi mereka tidak kekal disana .”[2]

Penyakit cinta yang paling mewabah umat, terutama para pemuda dan pemudi Islam adalah penyakit isyq (mabuk cinta/kasmaran), yang berarti الإفراط في المحبة, kecintaan kepada lawan jenis dengan kadar yang berlebihan[3]. Betapa banyak orang yang terfitnah dengan jenis cinta ini.
Renungkanlah kondisi kebanyakan orang yang dirundung cinta buta ini. Jika kita menimbang sisi keimanan dan ketauhidan yang mereka miliki dengan kondisi kecintaan yang menimpa mereka, maka timbangan atau jika kita mengukur keridhaan Allah dan rasul-Nya, maka timbangan antara keridhaan Allah dan rasul-Nya dengan keridhaan diri seorang yang mencintai kekasihnya tersebut akan sama beratnya. Bahkan sebagian pemabuk cinta secara terang-terangan lebih mencintai kekasihnya daripada menauhidkan Allah. Salah seorang dari mereka mengatakan,
يترشفن من فمي رشفات … هن أحلى فيه من التوحيد
“Perempuan-perempuan itu menghisap mulutku lebih nikmat daripada menauhidkan Allah.”

Yang lain mengatakan ia lebih bersyahwat kepada kekasihnya daripada rahmat Allah, dia mengatakan,
وصلك أشهى إلى فؤادي … من رحمة الخالق الجليل
“Berhubungan denganmu lebih aku senangi di hatiku daripada rahmat Allah, sang Pencipta yang Agung.”

Oleh karenanya, cinta buta ini tidak hanya menghantarkan seorang kepada kemaksiatan, bahkan cinta ini terkadang menghantarkan kepada kesyirikan dan kekafiran. Jika ia menjadikan kekasihnya sebagai tandingan selain Allah, berarti ia telah mencintainya dengan kadar yang sama dengan kecintaannya kepada Allah. Inilah kecintaan yang mengandung kesyirikan. Demikian pula, jika cintanya kepada sang kekasih melebih kecintaannya kepada Allah, maka cintanya ini merupakan jenis dosa cinta kesyirikan, keduanya tidak akan diampuni Allah karena termasuk syirik yang paling besar, kecuali dia bertobat.

Salah satu tanda kesyirikan dalam cinta ini adalah dia lebih mengutamakan keridhaan dan kesenangan orang yang dicintainya daripada keridhaan dan kesenangan Allah. Jika antara kepentingan Allah dan kepentingan yang dicintainya bertentangan, ia lebih menaati orang yang dicintainya daripada taat kepada Allah. Ia memberikan kepada yang dicintainya sesuatu yang lebih berharga dan tidak memberikannya kepada Allah.[4]
Oleh karena bahayanya yang teramat besar, salah seorang ulama pernah mengatakan,
لئن أبتلى بالفاحشة مع تلك الصورة أحب إلى من أن أبتلى فيها بعشق يتعبد لها قلبي ويشغله عن الله
“Saya lebih suka ditimpa musibah dosa melakukan kekejian daripada aku ditimpa dosa ‘isyq (cinta buta), sehingga hatiku beribadah kepadanya dan melalaikan diriku dari Allah.”[5]




Dampak Negatif Mabuk Cinta
Seorang yang tertimpa kasmaran (mabuk cinta) akan mengalami berbagai mafsadah (kerusakan), baik dalam hal dunia maupun agama. Imam Ibnul Qayyim rahimahulah menyebutkan beberapa mafsadah tersebut dalam kitabnya, Al Jawabul Kaafi. Berikut diantaranya,
  • Dia akan disibukkan dengan mengingat-ngingat makhluk dan mencintainya dari kesibukan dzikir dan cinta kepada Allah. Kedua dzikir dan cinta ini tidak mungkin menyatu dalam hati seorang karena keduanya akan saling bertarung dan yang akan menguasai adalah yang paling dominan.
  • Hatinya akan tersiksa karena objek yang dicintainya; karena barangsiapa yang mencintai selain Alah, ia akan tersiksa dengannya. Cinta buta meski terkadang dinikmati oleh pelakunya, namun pada hakekatnya ia merasakan ketersiksaan hati yang paling berat.
  • Hatinya tertawan dan terhina dalam genggaman orang yang dicintainya. Namun karena ia mabuk cinta, ia tidak merasakan musibah yang menimpanya, seperti anak burung dalam genggaman anak kecil yang mempermainkan burung kecil itu.
  • Ia disibukkan oleh kekasihnya sehingga lalai terhadap urusan agama dan dunianya. Tidak ada orang yang paling menyia-nyiakan agama dan dunia melebihi orang yang sedang dirundung mabuk cinta. Ia menyia-nyiakan maslahat agamanya karena hatinya lalai untuk beribadah kepada Allah. Kalau pun dia beribadah kepada Allah, dia akan melaksanakannya dengan hati yang lalai dari mengingat Allah, dia beribadah namun hatinya tertuju kepada kekasihnya.
  • Jika kekuatan setan menguasai seorang, ia akan merusak akal dan memberikan rasa was-was. Bahkan orang yang tertimpa ‘isyq mungkin tidak ada bedanya dengan orang gila. Dia tidak menggunakan akalnya secara layak. Padahal yang paling berharga bagi manusia adalah akal, yang akan membedakan antara dirinya denan binatang. Apa yang membuat gila seorang pria dalam kisah Laila Majnun atau orang yang sepertinya kalau bukan mabuk cinta? Hal ini seperti kata penyair,
قالوا جننت بمن تهوى فقلت لهم … العشق أعظم مما بالمجانين
العشق لا يستفيق الدهر صاحبه … وإنما يصرع المجنون في الحين
Mereka bilang, “Kamu tergila-gila dengan orang yang kau cintai?”
Aku pun menjawab, “Cinta buta lebih dahsyat daripada orang gila.”
Orang yang terserang cinta buta tidak akan tersadar sepanjang masa
Sementara orang gila akan siuman dari kegilaannya
  • Cinta buta akan merusak indera atau mengurangi kepekaannya, baik indera yang kongkrit maupun yang abstrak. Kerusakan indera maknawai (abstrak) akan mengikuti rusaknya hati, sebab jika hati telah rusak, maka organ pengindera lain seperti mata, lisan, telinga juga turut rusak. Artinya dia akan melihat yang keburukan kekasihnya sebagai sesuatu yang baik.
Mata hati akan buta melihat keburukan dan kekurangan orang atau sesuatu yang dicintainya, sehingga mata fisiknya tidak mampu melihat hal itu. Telinganya akan tuli mendengarkan celaan orang kepada orang yang dicintainya.
Berbagai kesenangan dan perasaan cinta buta akan menutup kekurangan dan aib, sehingga jika kesenangannya hilang dia akan melihat aib-aib itu. Semakin kuat kecintaan orang maka semakin pekat kegelapan yang menutup matanya sehingga tidak mampu melihat sesuatu dalam bentuk sebenarnya. Kata seorang penyair,
هويتك إذ عينى عليها غشاوة … فلما انجلت قطعت نفسي ألومها
“Kecintaanku kepadamu menutup mataku
Namun ketika terlepas cintaku, semua aibmu menampakkan diri”
  • Seperti yang disebutkan bahwa ‘isyq adalah berlebihan dalam mencintai, sehingga orang yang dicintainya sudah pada tingkat menguasai dan mengendalikannya. Ia selalu terpikir dengannya dan tidak pernah hilang dari dirinya. Itu artinya kekuatan jiwanya hanya digunakan untuk cintanya. Sehingga kekuatan untuk hidupnya hati dan kekuatan emosionalnya tidak berfungsi. Kalau fungsi ini tidak digunakan, maka fisik dan ruhnya akan terserang berbagai penyakit yang sulit disembuhkan.




Penyebab Cinta Buta
Setiap penyakit tentu ada penyebabnya. Orang yang berakal tentu berusaha untuk mencari penyebab penyakit tersebut sebagai upaya pencegahan. Demikian pula penyakit mabuk cinta, tentu ada penyebabnya. Kami sebutkan beberapa penyebab mabuk cinta/cinta buta secara ringkas kepada anda.
  1. Berpaling dari Allah
  2. Ketidaktahuan seorang tentang bahaya yang akan muncul karena mabuk cinta. Barangsiapa yang tidak mengetahui bahayanya niscaya akan terjerumus dalam kubangan cinta.
  3. Kekosongan hati. Inilah faktor terbesar yang menyebabkan seorang terjangkit penyakit isyq. Ibnu ‘Uqail pernah mengatakan, “Tidaklah penyakit asmara akan muncul kecuali atas orang yang suka melamun dan menganggur. Jarang sekali orang yang memiliki kesibukan terjangkit penyakit ini, baik kesibukan dalam bentuk memproduksi barang-barang ataupun berniaga. Apalagi seorang yang disibukkan dengan ilmu syar’i ataupun hukum syar’i.”[6]
  4. Media informasi yang merusak.
  5. Taklid buta.
  6. Pamer kecantikan atau tabarruj (bersolek ala jahiliyah)
  7. Mengumbar pandangan mata
Pandangan mata ibarat anak panah yang dilepaskan iblis sebagaimana yang terdapat dalam hadits. Siapa saja yang melepaskan pandangan tanpa kendali, niscaya akan merugi selamanya. Hal yang paling berbahaya bagi hati adalah melepaskan pandangan tanpa kendali. Sebab hal itu akan mendorong seorang untuk selalu mencarinya dan tidak akan mungkin untuk sabar menahan diri. Oleh karenanya syari’at ini memerintahkan umatnya untuk menundukkan pandangan. Apalagi model-model wanita zaman sekarang mengharuskan para pria untuk menjaga pandangan mereka.


Obat Cinta Buta[7]
Mengenai cinta buta ini, Ibnul Qayyim telah menyebutkan obatnya,
Pertama, untuk mengobati cinta buta ini seorang harus mengetahui bahwa yang menimpanya adalah sesuatu yang bertentangan dan menafikan tauhidnya kepada Allah. Ia juga harus menyadari bahwa ia melakukan semua itu adalah karena kelalaian hatinya kepada Allah. Oleh karena itu, ia harus mengetahui dan menyadari untuk bertauhid kepada-Nya, sunnah-sunnah-Nya dan bukti-bukti kekuasaan Allah.
Kedua, melakukan berbagai ibadah lahir dan batin sehingga hati dan pikirannya senantiasa berpikir kepada ibadah-ibadah tersebut. Hendaklah ia memperbanyak kembali dan mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh ketundukan, rendah diri dan keikhlasan. Tidak ada obat yang paling efektif daripada ikhlas hanya kepada Allah. Allah ta’ala menyebutkan ini di dalam Al Qur-an,(yang artinya),
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (Yusuf: 24).
Dalam ayat di atas,Allahya’ala menyelamatkan nabi Yusuf dikarenakan beliau adalah seorang hamba yang mukhlas (ikhlas dalam beribadah kepada-Nya).

Waffaqaniyallahu wa iyyakum
Gedong Kuning, Yogyakarta, 10 Rabi’uts Tsani 1430.


[1] Diadaptasi dari Al Jawab Al Kaafi.
[2] Al Jawaab Log OutAl Kaafi hal.141.
[3] Al Mishbah Al Munir 2/412.
[4] Al Jawaab Al Kaafi hal. 150.
[5] Al Jawaab Al Kaafi hal. 150.
[6] Al Adab Asy Syar’iyah 3/126.
[7] Al Jawabul Kahfi.


Islam Tidak Mengharamkan Cinta, Islam Hanya Mengaturnya! “Katakanlah kepada orang-orang mu’min laki-laki agar mereka menundukkan sebagian pandangan mereka serta menjaga kemaluan mereka.” “Dan katakan kepada para wanita mu’minah, agar mereka menundukkan sebagian pandangan mereka dan menjaga farji mereka.” (QS. An Nur : 30,31) “Seandainya ditusuk pada kepala salah seorang kalian dengan jarum besi panas, maka itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thobroni, Lihat As Shohihah : 226)
Read More - MABUK CINTA

Senin, 12 Desember 2011

Keutamaan Al-Qur`an

Diposting oleh Yusuf shadiq

Allah Ta’ala berfirman:
وأنزلنا إليك الكتاب بالحق مصدقا لما بين يديه من الكتاب ومهيمنا عليه
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (QS. Al-Maidah: 48)
Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata, “Batu ujian adalah yang terpercaya, Al-Qur`an adalah terpercaya di atas seluruh kitab sebelumnya.”
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
“Tidak boleh ada hasad (kecemburuan) kecuali pada dua hal. (Pertama) kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al Qur`an, sehingga ia membacanya siang dan malam. (Kedua) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakannya harta itu siang dan malam (di jalan Allah).” (HR. Al-Bukhari no. 4638 dan Muslim no. 1350)
Dari Utsman radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 4639)
Dari ‘Aisyah radhiallahu anha dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan tertatah-tatah, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala.” (HR. Muslim no. 1329)
Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا
“Perumpamaan orang yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Utrujjah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Sedang orang yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun baunya tidak ada. Adapun orang Fajir yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Raihanah, baunya harum, namun rasanya pahit. Dan perumpamaan orang Fajir yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya juga tidak sedap.” (HR. Al-Bukhari no. 4632 dan Muslim no. 1328)
Para malaikat juga ada yang mempunyai tugas khusus turun untuk mendengarkan bacaan orang yang membaca Al-Qur`an. Abu Said Al Khudri radhiallahu anhu bercerita:
أَنَّ أُسَيْدَ بْنَ حُضَيْرٍ بَيْنَمَا هُوَ لَيْلَةً يَقْرَأُ فِي مِرْبَدِهِ إِذْ جَالَتْ فَرَسُهُ فَقَرَأَ ثُمَّ جَالَتْ أُخْرَى فَقَرَأَ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا قَالَ أُسَيْدٌ فَخَشِيتُ أَنْ تَطَأَ يَحْيَى فَقُمْتُ إِلَيْهَا فَإِذَا مِثْلُ الظُّلَّةِ فَوْقَ رَأْسِي فِيهَا أَمْثَالُ السُّرُجِ عَرَجَتْ فِي الْجَوِّ حَتَّى مَا أَرَاهَا قَالَ فَغَدَوْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَيْنَمَا أَنَا الْبَارِحَةَ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ أَقْرَأُ فِي مِرْبَدِي إِذْ جَالَتْ فَرَسِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَقَرَأْتُ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَقَرَأْتُ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَانْصَرَفْتُ وَكَانَ يَحْيَى قَرِيبًا مِنْهَا خَشِيتُ أَنْ تَطَأَهُ فَرَأَيْتُ مِثْلَ الظُّلَّةِ فِيهَا أَمْثَالُ السُّرُجِ عَرَجَتْ فِي الْجَوِّ حَتَّى مَا أَرَاهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ
“Pada suatu malam, Usaid bin Hudlair membaca (surat Al Kahfi) di tempat penambatan kudanya. Tiba-tiba kudanya meloncat, ia membaca lagi, dan kuda itupun meloncat lagi. Kemudian ia membaca lagi, dan kuda itu meloncat kembali. Usaid berkata, “Saya khawatir kuda itu akan menginjak Yahya, maka aku pun berdiri ke arahnya. Ternyata (aku melihat) sepertinya ada Zhullah (sesuatu yang menaungi) di atas kepalaku, di dalamnya terdapat cahaya yang menjulang ke angkasa hingga aku tidak lagi melihatnya. Maka pada pagi harinya, aku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, semalam saya membaca (Al Qur`an) di tempat penambatan kudaku namun tiba-tiba kudaku meloncat.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Kemudian aku pun membacanya lagi, dan kuda itu juga meloncat kembali. Beliau bersabda: “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Kemudian aku pun membacanya lagi, dan kuda itu juga meloncat kembali. Beliau bersabda lagi, “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Ibnu Hudlair berkata; Maka sesudah itu, akhirnya saya beranjak. Saat itu Yahya dekat dengan kuda, maka saya khawatir kuda itu akan menginjaknya. Kemudian saya melihat sesuatu seperti Zhullah (sesuatu yang menaungi) yang di dalamnya terdapat cahaya yang naik ke atas angkasa hingga saya tidak lagi melihatnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Itu adalah Malaikat yang sedang menyimak bacaanmu, sekiranya kamu terus membaca, niscaya pada pagi harinya manusia akan melihatnya dan Malaikat itu tidak bisa menutup diri dari pandangan mereka.” (HR. Muslim no. 1327)
Disunnahkan untuk mendengarkan bacaan Al-Qur`an, meminta orang yang hafal untuk membacanya, menangis ketika membaca dan mendengarnya, serta mentadabburi kandungannya. Semua ini dipetik dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu bahwa dia berkata:
قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى بَلَغْتُ: { فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا }.قَالَ أَمْسِكْ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku: “Bacakanlah Al Qur’an kepadaku! Aku berkata; Bagaimana aku membacakan kepadamu, padahal Al Qur’an diturunkan kepadamu? Beliau menjawab: “Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari orang lain.” Lalu aku membacakan kepada beliau surat An Nisa` hingga tatkala sampai ayat, “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu.” (QS. An Nisa`: 41).” Beliau berkata, ‘Cukup.’ Dan ternyata beliau mencucurkan air mata (menangis).” (HR. Al-Bukhari no. 4216 dan Muslim no. 1332)
Ini adalah keutamaan umum untuk semua ayat dalam Al-Qur`an. Hanya saja ada dalil-dalil khusus yang menyebutkan keutamaan sebagian surah dalam Al-Qur`an, di antaranya:
a.    Keutamaan Al-Fatihah.
Dari Abu Sa’id bin Al Mu’alla radhiallahu anhu dia berkata:
كُنْتُ أُصَلِّي فِي الْمَسْجِدِ فَدَعَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي فَقَالَ أَلَمْ يَقُلْ اللَّهُ: { اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ }. ثُمَّ قَالَ لِي لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ قُلْتُ لَهُ أَلَمْ تَقُلْ لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ
“Suatu saat saya sedang melaksanakan shalat di masjid, tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilku namun saya tidak menjawab panggilannya hingga shalatku selesai. Setelah itu, saya menemui beliau dan berkata; “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sesungguhnya pada waktu itu saya sedang shalat.” Beliau bersabda: “Bukankah Allah ‘azza wajalla telah berfirman; ‘Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu.’” Beliau bersabda lagi: “Sungguh, saya akan mengajarimu tentang surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an sebelum kamu keluar dari Masjid.” Kemudian beliau memegang tanganku, dan saat beliau hendak keluar Masjid, saya pun berkata; “Bukankah engkau berjanji; ‘Saya akan mengajarimu surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an.’ Beliau menjawab; (Yaitu surat) AL HAMDU LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta Alam), ia adalah As Sab’u Al Matsani, dan Al Qur`an Al Azhim yang telah diwahyukan kepadaku.” (HR. Al-Bukhari no. 4114)
b.    Keutamaan Al-Baqarah dan Ali Imran.
Abu Umamah Al Bahili radhiallahu anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ
“Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa’at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Zahrawain, yakni surat Al Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya. Bacalah Al Baqarah, karena dengan membacanya akan memperoleh barokah, dan dengan tidak membacanya akan menyebabkan penyesalan, dan para penyihir tidak mampu membacanya.” (HR. Muslim no. 1337)
c.    Keutamaan Ayat Kursi
Dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu dia berkata:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ قَالَ قُلْتُ: { اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ }. قَالَ فَضَرَبَ فِي صَدْرِي وَقَالَ وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hai Abu Al-Mundzir! tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat Al Qur`an yang ada padamu yang paling utama?” Abu Mundzir berkata; saya menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bertanya lagi: “Hai Abu Mundzir, tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat Al Qur`an yang ada padamu yang paling utama?” Abu Mundzir berkata; Saya menjawab, “ALLAHU LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUM.” Abu Mundzir berkata; lalu beliau menepuk dadaku seraya bersabda: “Demi Allah, semoga dadamu dipenuhi dengan ilmu, wahai Abu Al-Mundzir.” (HR. Muslim no. 1343)
d.    Keutamaan 2 Ayat Terakhir Al-Baqarah.
Dari Abu Mas’ud Al Anshari radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Barangsiapa yang membaca dua ayat ini, yakni dari akhir surat Al Baqarah di malam hari, maka keduanya sudah mencukupinya.” (HR. Al-Bukhari no. 3707 dan Muslim no. 1341)
e.    Keutamaan 10 Ayat Pertama Al-Kahfi
Dari Abu Ad-Darda` radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْف عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ
“Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat Al Kahfi, maka ia akan terpelihara dari (fitnah) Dajjal.” (HR. Muslim no. 1342)
f.    Keutamaan Al-Ikhlash
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang yang membaca surat: “QUL HUWALLAHU AHAD.” dan orang itu selalu mengulang-ngulangnya. Di pagi harinya, maka laki-laki itu pun segera menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengadukan mengenai seseorang yang ia dengar semalam membaca surat yang sepertinya ia menganggap sangat sedikit. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat itu benar-benar menyamai sepertiga Al Qur`an.” (HR. Al-Bukhari no. 4627)
g.    Keutamaan Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas.
Dari Aisyah radhiallahu anhu dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa bila hendak beranjak ke tempat tidurnya pada setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya dan membacakan: “QULHUWALLAHU AHAD..” dan, “QUL `A’UUDZU BIRABBIL FALAQ…” serta, “QUL `A’UUDZU BIRABBIN NAAS..” Setelah itu, beliau mengusapkan dengan kedua tangannya pada anggota tubuhnya yang terjangkau olehnya. Beliau memulainya dari kepala, wajah dan pada anggota yang dapat dijangkaunya. Hal itu, beliau ulangi sebanyak tiga kali.” (HR. Al-Bukhari no. 4630)
Read More - Keutamaan Al-Qur`an

Minggu, 11 Desember 2011

Jangan Bersedih Karena Allah Selalu Bersama Kita

Diposting oleh Yusuf shadiq
Dalam menjalankan hidupnya, manusia seringkali dilanda berbagai terpaan ujian , dari mulai ujian dalam pekerjaan, kesehatan, sampai pada ujian dalam rumah tangga/keluarga.
Dan diantara mereka ada yang bisa menyelesaikan atau mengatasi berbagai ujian tersebut dengan baik namun ada pula yang tidak bisa menyelesaikannya dengan baik.

Yang saya maksudkan "dengan baik" disini adalah dengan jalan/cara yang tentunya diridho'i oleh Allah SWT. Memang pada dasarnya semakin tinggi iman seseorang, maka semakin tinggi pula ujian yang di timpakanNya, namun jika kita benar-benar cermat dalam mengamati mengenai ujian yang telah diberikanNya, tentunya ada beberapa poin yang mesti dapat diambil hikmahnya, diantaranya :

1. Melatih tingkat loyalitas kita kepada Allah SWT.
2. Melatih kesabaran.
3. Melatih mental agar bisa menjadi insan yang kuat.
4. Melatih agar bisa belajar ikhlas.

Dan dengan berbagai ujian yang diberikan bagi insan yang beriman namun bisa menyelesaikannya dengan baik, maka tentu derajatnya akan semakin ditinggikan. Berat memang terkadang cobaan yang telah diberikan kepada kita, namun kita juga perlu yakin bahwa :

1. Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan kita. Disini kita harus meyakini janji Allah dengan sepenuh hati kalau ujian yang kita terima, pasti mampu untuk kita diselesaikan dengan baik..

2. Allah tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan, namun Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Memang banyak sekali keinginan manusia, ada yang ingin jadi kaya tapi hanya diberikan kehidupan yang serba berkecukupan, ada yang ingin jadi Bupati tapi hanya diberi amanah untuk jadi kepala rumah tangga dsb. Disini faktor dogma sangat berpengaruh besar, kita harus meyakini bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi makhluknya yang beriman, mungkin di sini Allah hanya memberikan kehidupan yang serba berkecukupan karena jika kaya pasti orang tersebut akan sombong/takabbur. Allah hanya menjadikan orang sebagai kepala rumah tangga, mungkin jika dijadikannya Bupati maka tidak akan bisa amanah, karena Allah itu maha tahu.

Maka dari itu selesaikanlah segala masalah dengan cara yang baik, lalui ujian yang diberikanNya dengan penuh keikhlasan dan yang diridhoi olehNya, namun bagi mereka yang sudah terlanjur menggunakan jalan yang tidak diridhoiNya segeralah untuk kembali ke jalanNya, lekaslah untuk bertaubat, karena tidak ada kata terlambat untuk bertaubat.
Begitulah kuasa dari Allah azza wajala, begitu kompleks apa yang diberikanNya kepada kita, maka dari itu kita tidak perlu bersedih, tidak ada gunanya bersedih,karena Allah selalu bersama kita, karena Allah itu maha pengasih, Allah itu maha penyayang, Allah itu maha pengampun, Allah itu maha perencana, dan Allah itu maha pemberi petunjuk namun Allah juga mempunyai azab yang pedih.

Never be sad, keep smile always.....

Fitri  Fatimah Zahra
Read More - Jangan Bersedih Karena Allah Selalu Bersama Kita

"DOSA TERSEMBUNYI SEORANG ISTERI"

Diposting oleh Yusuf shadiq
Sungguh tubuhku bergetar dan jantungku bagaikan di rentap saat membaca artikel seorang sahabat ini.

Subhanallah........
Maha KUASA-Mu ya ALLAH.....

Ya ALLAH ya Tuhanku....
Engkau menurunkan bala dan memperlihatkan di atas kejahilan hamba-Mu.
Inikah cara Engkau memalingkan muka-Mu krn kekufuran kami...
Semuanya diperlihatkan aibnya semasa kematian hamba-Mu yang melakukan dosa SYIRIK dan Ingkar menurut perintah-Mu.

Suatu hari aku di beritahu seorang jiran wanita berumur 74 tahun sedang nazak selama seminggu, seolah-olah susah jalan sakaratul mautnya. Terus aku bergegas ke rumah jiranku itu krn sifat makcik tu yang sangat baik terhadap jiran-jirannya. Kami pun membaca surah yasin, Al Mulk dan As Sajadah beramai-ramai....tiba-tiba lidahnya menjelir-jelir dan meronta-ronta menolak tangan salah seorang sahabat kami dan berkata:
 "AKU BELUM NAK MATI LAGI",
dia memanggil-manggil nama moyangnya minta tolong.. MasyaAllah...terkejut kami...!!! tapi kami terus membaca sehingga habis.

Allahuakbar...!
Rupa-rupanya perit dan sakitnya siksa sakaratul maut.

Esoknya mendengar khabar bahawa makcik itu meninggal dunia.  Kami pun pergi bersiap utk memandikannya. Suasana menjadi huru hara, apabila kami sedang memandikannya keluar najis besar tak henti-henti, setahu kami makcik tu sudah lama tidak makan, air mandinya tidak cukup-cukup. Maha Kuasa Allah....kemaluannya pula hancur dan melecur...Subhanallah...! hatiku berkata: "apakah yang Engkau mahu kami tahu dan lihat kebenaran azab-Mu itu Sungguh Janji-Mu itu Pasti Benar....takutnya ya Allah". Maha Sucinya Engkau...alhamdulillah ada seorang ustazah mulutnya tidak henti-henti membaca surah Al ikhlas dan menyebut (laa ilaaha illaalah) terus menjuruskan air di kepala makcik tu. syukur alhamdulillah...tiba-tiba najisnya serta merta berhenti....

Subhanallah...! Muhasabah wahai diriku...dapat melihat natijah besar seperti itu.
Aku menyelidik kenapa jadi sampai mcm tu, supaya aku takut melakukan dosa, Dosa apakah itu?
-Mempunyai pendampin (saka)
-Memakai susuk di kemaluan
-Mengamal ilmu pemanis wajah
-hatinya sentiasa marah pada suaminya (tdk ikhlas)
-suka menonton telivisyen (membuang waktu)
-tdk membaca Al quran
-tdk peduli dan menyuruh anak2nya solat dan menutup aurat
-suka meminta-minta duit anak2, melaga2kan anak menantu sehingga bercerai
-suka mengumpat perihal suami dan jiran tetangga. 

MAHA KUASA ALLAH
ALLAH MAHA MELIHAT
ALLAH MAHA MENDENGAR
ALLAH MAHA MENGETAHUI

Peristiwa wanita ke neraka pada malam Mikraj
Sayidina Ali Karamallahuwajhah berkata:
“Aku dengan Fatimah pergi menghadap Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Kami dapati Baginda sedang menangis, lalu kami bertanya kepadanya, apakah yang menyebabkan ayahanda menangis, ya Rasulullah?”

Fatimah pun bertanya kepada ayahandanya:
“Ayahanda yang dikasihi, beritakanlah kepada anakanda, apakah kesalahan yang dilakukan oleh perempuan?”

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab:
“Fatimah, adapun perempuan tergantung rambutnya itu adalah perempuan yang tidak menutup rambut daripada bukan muhrimnya. Perempuan tergantung lidahnya ialah perempuan yang menggunakan lidahnya untuk memaki dan menyakiti hati suaminya".

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:
“Perempuan menyakit hati suami dengan lidahnya pada hari kiamat nanti Allah jadikan lidahnya sepanjang 70 hasta kemudian diikat di belakang tengkoknya".

“Perempuan menggunakan lidah untuk menyakiti hati suaminya ia akan dilaknat dan kemurkaan Allah.”

“Perempuan diikat kedua kakinya dan tangannya ke atas ubun-ubunnya, disuakan ular dan kala kepadanya kerana ia boleh sembahyang tetapi tidak mengerjakannya dan tidak mandi janabah.


“Perempuan mengkufurkan suaminya dan mengkufurkan ihsannya, Jika engkau membuat baik kepadanya seberapa banyak pun dia belum berpuas hati dan cukup.” (Hadis riwayat Bukhari)

“Perempuan tidak mahu mandi daripada suci haid dan nifas ialah perempuan yang memakan badannya sendiri, juga kerana ia berhias untuk lelaki bukan suaminya dan suka mengumpat orang.


Aku berdiri di atas syurga, kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah golongan miskin dan orang kaya tertahan di luar pintu syurga kerana dihisab. Selain daripada itu ahli neraka diperintahkan masuk ke dalam neraka, dan aku berdiri di atas pintu neraka, aku lihat kebanyakan yang masuk ke dalam neraka adalah perempuan.”

Pengajaran dan hikmah cerita benar ini "Sesungguhnya Janji Allah Pasti"

Berkata Syaikh Ibnu ‘Athaillah, Sabda Rasulullah SAW berkata:

“Janganlah sekali-kali kamu berasa ragu atas janji Allah yang telah dijanjikan-Nya, sedangkan waktunya sudah pasti (akan datang), tetapi ia belum datang, agar keraguan kamu itu tidak akan mengotori basirah (pandangan batin) dan tidak memadamkan cahaya  nuranimu.”

Mohonlah TAUBAT sebelum terima azabNya di Dunia. Kisah perbuatan begini sudah menjadi kebiasaan pd zaman ini tdk kira perempuan atau lelaki, krn manusia inginkan kehidupan dunia, tidak takut dan sudah lali, lalai, leka. Gelap hati daripada melihat kebenaran Allah SWT.

Allah berfirman:
“Dan apabila bertanya hamba-hamba-Ku kepada engkau tentang Aku, maka (katakanlah), ‘sesungguhnya Aku adalah  Maha Dekat. Aku memperkenankan  permohonan orang yang berdoa jika dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memperkenankan (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, mudah-mudahan mereka sentiasa dalam kebenaran.”  (Surah al-Baqarah: 186)
Read More - "DOSA TERSEMBUNYI SEORANG ISTERI"

Sabtu, 10 Desember 2011

PADAMU AYAH BUNDA

Diposting oleh Yusuf shadiq
Bunda?

Kaulah pelita
Penyejuk hati pelipur lara
Pembawa kebahagiaan dalam jiwa
Senyummu menghapus luka
Kasih sayangmu tiada terkira
Meski anakmu takkan pernah bisa tuk membalasnya
Bunda?
Cintamu sepanjang masa
Bagai mentari yang senantiasa
Menyinari dunia dengan kehangatan sinarnya

Bunda?

Ketulusanmu sebening telaga
Penghilang rasa haus dahaga
Kau adalah madrasah yang pertama
Yang mendidik jundi-jundimu mengenal kehidupan dunia

Bunda?

Ketika malam telah larut kau masih terjaga
Dari tidurmu yang hanya sekejap mata
Hanya untuk mengganti kompres di atas kening belahan jiwamu yang
terbaring lemah tak berdaya
Rasa cemas terpancar dari wajahnya
Ketika panas badan anakmu semakin bertambah dan tak kunjung reda
Dalam hatimu berkata : ?Andai saja aku dapat menggantikannya?

Bunda?
Selalu kau sebut nama anak-anakmu dalam setiap doa
Memohon dengan segenap keikhlasan kepada-Nya
Demi keberhasilan anak-anakmu
Bunda?

Tiada kata yang bisa keluar dari mulut ananda
Untuk mengungkapkan ribuan kata terima kasih yang tak terhingga
Satu pinta dari ananda
Semoga Tuhan membalas kebaikan dan jasa-jasamu

Uhibbuki Ya Ummi..Rahimakillah..


 
 AYAHKU SAYANG

Ketika sang istri terbaring kesakitan tak berdaya
Untuk melahirkan buah hati dambaannya
Rasa cemas terpancar dari wajahnya
Tak lupa mulutnya selalu melantunkan do?a
Agar sang istri diberi kemudahan dalam persalinannya
Ketika terdengar jerit tangis yang membahana
Dari mulut mungil yang telah lama ditunggu kedatangannya
Senyum bahagia tersungging dari bibirnya
Tak lupa rasa syukur ia panjatkan ke hadirat-Nya
Bergegas ia menghampiri istri dan anaknya
Dikumandangkannya adzan di telinga anaknya
Agar kalimat pertama yang didengar darah dagingnya
Adalah kalimat tauhid yang mengesakan Tuhannya
Setelah itu tiba saatnya
Bagi sang ayah untuk memainkan perannya
Membanting tulang untuk masa depan anaknya
Rasa letih tak dihiraukannya
Panas mentari yang menyengat pun diabaikannya
Demi anak-anaknya tercinta

Ayahanda?

Jasamu tiada terkira
Hanya Tuhan yang mampu membalasnya

Uhibbuka Ya Abi..Hafidhakalloh..
Seorang anak lahir di dunia melalui ayah dan ibunya. Ia dibesarkan keduanya dengan penuh kasih sayang. Karenanya, Islam telah memerintahkan kepada kita untuk patuh, taat, dan hormat kepada kedua orang tua kita sedemikian rupa. Sehingga, ...Allah memerintahkan berbuat baik kepada mereka langsung setelah perintah untuk bertauhid.

''''Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah, selain Dia dan hendaknya kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.'''' (Al-Israa:23).

Begitu besarnya Islam menghargai ayah dan ibu. Sehingga, Anak yang durhaka kepada keduanya itu dicantumkan langsung sebagai dosa besar setelah syirik (menyekutukan Tuhan). Karena itulah, menurut Islam, kepatuhan kepada kedua orang tua bersifat wajib, kecuali jika mereka memerintahkan kita meninggalkan perbuatan wajib atau melakukan perbuatan terlarang.

Wallahua'lam
Read More - PADAMU AYAH BUNDA

JAGA HARGA DIRI DENGAN BEKERJA

Diposting oleh Yusuf shadiq
Setiap muslim tidak halal bermalas-malas bekerja untuk mencari rezeki dengan dalih karena sibuk beribadah atau tawakkal kepada Allah, sebab langit ini tidak akan mencurahkan hujan emas dan perak.

Tidak halal juga seorang muslim hanya menggantungkan dirinya kepada sedekah orang, padahal dia masih mampu berusaha untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri dan keluarga serta tanggungannya. Untuk itu Rasulullah SAW bersabda:

"Sedekah tidak halal buat orang kaya dan orang yang masih mempunyai kekuatan dengan sempurna." (Riwayat Tarmizi)

Nabi menghapuskan semua fikiran yang menganggap hina terhadap orang yang bekerja, bahkan beliau mengajarkan sahabat-sahabatnya untuk menjaga harga diri dengan bekerja apapun yang mungkin, serta dipandang rendah orang yang hanya menggantungkan dirinya kepada bantuan orang lain.

Maka sabda Nabi:

"Sungguh seseorang yang membawa tali, kemudian ia membawa seikat kayu di punggungnya lantas dijualnya, maka dengan itu Allah menjaga dirinya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka yang diminta itu memberi atau menolaknya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Islam menganggap tinggi beberapa pekerjaan yang kadang-kadang oleh manusia dinilai sangat rendah, misalnya menggembala kambing yang biasa diabaikan oleh manusia. Malah mereka tidak mau menilainya sebagai pekerjaan yang baik. Namun Rasulullah SAW tetap berkata:

"Allah tidak mengutus seorang Nabi pun melainkan dia itu menggembala kambing. Waktu para sahabat mendengar perkataan itu, mereka kemudian bertanya: Dan engkau, ya Rasulullah? Jawab Nabi: Ya! Saya juga menggembala kambing dengan upah beberapa karat, milik penduduk Makkah." (Riwayat Bukhari)

Nabi Muhammad sebagai utusan Allah dan penutup sekalian Nabi, juga menggembala kambing, dan itupun bukan kambingnya sendiri tetapi ia menggembala dengan upah milik sebagian penduduk Makkah. Diterangkannya ini kepada umatnya untuk mengajarkan mereka, bahwa kebesaran justru dimiliki oleh orang-orang yang suka bekerja, bukan oleh orang yang suka berfoya-foya dan penganggur.

Al-Quran pun mengkisahkan kepada kita tentang kisah Nabi Musa a.s, bahwa dia juga bekerja sebagai buruh bagi seorang yang sangat tua. Dia bekerja sebagai buruh selama 8 tahun sebagai persyaratan untuk dikawinkan dengan salah seorang puterinya. Nabi Musa dinilai orang tua tersebut sebagai pekerja yang baik dan buruh yang terpuji. Maka benarlah dugaan puteri orang tua itu, di mana salah satunya ada yang berkata: "Hai, ayah! Ambillah buruh dia itu, karena sebaik-baik orang yang engkau ambil buruh haruslah orang yang kuat dan terpercaya." (al-Qashash: 26)

Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Daud bekerja sebagai tukang besi untuk membuat baju besi. Adam bekerja sebagai petani, Nuh sebagai tukang kayu, Idris sebagai klermaker sedang Musa sebagai penggembala kambing. (Riwayat Hakim)

Untuk itulah setiap muslim harus menyiapkan diri untuk mencari pencaharian, sebab tidak seorang nabi pun kecuali bekerja dalam salah satu lapangan pencaharian.

Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadisnya mengatakan:

"Tidak makan seseorang satu makanan sedikitpun yang lebih baik, melainkan dia makan atas usahanya sendiri,dan Nabi Daud makan dari hasil pekerjaanya sendiri." (Riwayat Bukhari)
Read More - JAGA HARGA DIRI DENGAN BEKERJA