INDAHNYA ISLAM

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ”Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 55).


Selasa, 01 Mei 2012


 –** Episode Empat **-
Ke Bandara
Ketika aku naik mobil, aku berkata kepada sopirnya dengan menggunakan bahasa Rusia; “ke bandara, Pak supir!”  Aku telah mengenal bahasa Rusia sedikit-sedikit. Tapi istriku berkata: “Tidak, kita tidak pergi ke bandara. Kita akan pergi ke kampung ‘anu’.”
“Kenapa tidak ke bandara? Bukankah kita mau pergi dari negeri ini?” tanyaku heran.
Ia menjawab: “Benar. Tapi, jika keluargaku mengetahui pelarianku ini, mereka akan langsung mencari kita ke bandara. Maka sebaiknya kita pergi ke kampung ‘anu’ dulu.”
Ketika kami sampai di kampung yang ia sebutkan, kami pun turun, lalu naik mobil lagi, kemudian turun, dan naik mobil lagi yang ketiga kalinya, serta naik lagi menuju salah satu kota yang memiliki bandara internasional. Ketika kami sampai di bandara itu, kami tak bisa langsung terbang ke negeri kami. Ada gangguan teknis yang cukup lama, sehingga kami perlu menginap dan menyewa sebuah kamar terlebih dahulu.
Setelah kami berada di kamar dan merasa nyaman, istriku melepas mantelnya. Kulihat ia, ya Allah, tak ada satu pun anggota tubuhnya yang selamat dari noda darah; kulitnya terkelupas, darah di sekujur tubuhnya telah mengering, rambutnya rontok, serta bibirnya membiru….

Cerita Pilu
Kutanyai istriku: “Bagaimana ini bisa terjadi?” Ia menjawab: “Ketika kita masuk ke rumah keluargaku, aku duduk-duduk bersama mereka. Mereka pun bertanya kepadaku; “Pakaian apakah ini?” Aku jawab; “Ini pakaian Islam.” Mereka bertanya lagi; “Sipakah laki-laki itu?” Aku menjawab: “Ia suamiku. Aku telah masuk Islam, dan menikah dengan lelaki itu.” Mereka pun berkata: “Tidak, ini tidak mungkin.”
Kukatakan kepada mereka: “Dengarkan, aku ingin menceritakan awal mula kejadiannya…….” Kuceritakanlah kepada mereka tentang si pengusaha Rusia yang bermaksud mempekerjakanku dalam pekerjaan bejad itu, lalu bagaimana aku bisa lari darinya, dan selanjutnya bertemu denganmu.
Mereka malah mengatakan: “Jika saja kamu melakukan pekerjaan mesum, itu lebih kami sukai dari pada kamu masuk Islam.” Lalu mereka berkata: “Kamu takkan bisa keluar dari rumah ini, kecuali setelah kembali menjadi ortodoks, atau dengan tubuh yang telah hancur!!
Saat itulah, mereka lalu menjambakku dan mengikat kedua tanganku. Dan setelah itu, mereka menuju ke arahmu dan memukulimu. Aku mendengarmu ketika engkau dipukuli itu. Engkau berteriak, sedangkan aku telah diikat. Ketika engkau mampu melarikan diri, saudara-saudaraku itu kembali kepadaku, menghardikku, dan mencelaku lagi. Lalu mereka pergi membeli rantai, dan mengikatku dengannya. Mulailah mereka mencambukku… Maka, aku harus merasakan cambukan demi cambukan yang mengerikan, setiap hari!! Dimulai setelah waktu Ashar, hingga menjelang tidur.
Adapun di pagi hari, ayah dan saudara-saudaraku pergi ke tempat kerjanya, sedang ibuku tinggal di rumah. Tak ada yang menemaniku saat itu, kecuali adik perempuanku yang berusia 15 tahun. Ia selalu datang sambil tersenyum untuk melihat keadaanku. Inilah satu-satunya waktu santai yang bisa kurasakan. Percayakah kamu, mereka mencambukku hingga aku tertidur. Aku tidur, dalam keadaan tak sadarkan diri! Mereka mencambukku hingga aku pingsan dan tertidur. Mereka hanya menuntutku untuk keluar dari agama Islam saja. Namun aku menolak dan tetap bertahan. Suatu saat, adik kecilku bertanya-tanya kepadaku; “kenapa engkau meninggalkan agamamu, agama ibumu, agama ayahmu, dan agama nenek moyangmu…?

Allah Memberi Jalan Keluar
Mulailah aku meyakinkan adikku, menjelaskan perihal agama ini kepadanya, serta menanamkan tauhid ke dalam hatinya. Dan, ia tampak terpengaruh dengan penjelasanku. Kebenaran agama Islam ini mulai tergambar di depannya! Tiba-tiba, ia mengatakan kepadaku; “Engkau berada di jalan benar. Ini agama yang benar. Ini agama yang layak pula aku anut!!” Kemudian ia berkata: “Aku ingin menolongmu.” Kukatakan kepadanya: “Jika kamu hendak membantuku, tolonglah aku agar dapat bertemu suamiku!” Maka, ia pun sering naik ke atas rumah untuk melihat-lihatmu di luar, lalu ia melaporkan hasil pengamatannya kepadaku; “aku melihat seorang lelaki dengan ciri-ciri begini…dan begini.” Aku pun berkata: “Ya, itu suamiku. Jika kamu melihatnya lagi, bukakan pintu, agar aku bisa berbicara dengannya!”
Ia benar-benar membukakan pintu, maka aku keluar dan bercakap-cakap denganmu. Namun aku tak bisa keluar, karena keadaanku terikat oleh dua rantai yang kuncinya dipegang kakakku., serta satu rantai lagi diikatkan ke salah satu tiang rumah ini, sehingga aku tak bisa keluar. Kunci rantai yang ketiga ini, dipegang adik perempuanku, agar ia bisa melepasku jika aku hendak pergi ke wc.
Ketika aku berbicara denganmu dan memintamu untuk tinggal di kamar kontrakan sampai aku datang kepadamu, keadaanku masih terikat oleh rantai-rantai itu. Dan, aku masih meyakinkan adik perempuanku untuk masuk Islam. Hingga, ia pun masuk Islam, dan punya keinginan memberikan pengorbanan yang bisa melebihi pengorbananku ini. Ia pun memutuskan untuk membantuku lari dari rumah. Namun, kunci-kunci rantai itu ada pada saudaraku yang laki-laki. Ia terus menerus berpikir keras bagaimana caranya menyelamatkanku….
Suatu hari, ia menyiapkan arak yang berkadar tinggi untuk saudara-saudaraku. Mereka pun meminumnya, dan terus meminumnya sampai semuanya mabuk berat, dan tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. Maka adikkku mengambil kunci-kunci itu dari saku kakakku, dan membuka rantai-rantai ini. Kemudian aku mendatangimu di malam yang pekat itu.
Aku bertanya kepada istriku: “Lalu adik perempuanmu, bagaimana nasibnya?” istriku menjawab: “Tak perlu dirisaukan, aku telah memintanya agar tidak mengumumkan dulu keislamannya, sampai tiba waktu yang tepat.” Lalu kami tidur di malam itu, dan besoknya sudah bisa terbang ke negeri kami….
Setibanya di sana aku langsung membawa istriku ke rumah sakit, ia diharuskan untuk dirawat beberapa hari, untuk memulihkan setiap luka akibat penyiksaan keluarganya. Dan saat ini kami masih mendo’akan adik perempuannya; supaya Allah semakin meneguhkannya untuk tetap berada di atas agama-Nya…
*** TAMAT ***
–**–**–**–**–**–**–**–**–**
Sumber: Kutaib “Innaha Malikah” Penulis: Dr. Muhammad bin ‘Abdurrahman Al-’Arifi. Penerjemah: Abu Haitsam Buldan M.Fattah

0 komentar:

Posting Komentar